Rasa sakit itu berdenyut sangat hebat seperti belati yang menikam tepat ke jantungnya dan melumpuhkan semua sistem syarafnya. Tubuhnya terjatuh begitu saja bukan sebab tamparan yang begitu keras, namun keterkejutan dan kesakitan luar biasa akibat apa yang dilakukan pria kecintaannya. Sera meraba pipinya dengan air mata yang sudah mengalir seperti anak sungai di wajah, tubuhnya langsung gemetar hebat saat menyadari jika apa yang terjadi bukanlah mimpi. Rasa panas di pipinya menembus sampai ke hati, apalagi saat dia mendengar pria itu mendekat padanya dan memanggilnya dengan begitu lembut seolah baru saja khilaf dari kesalahan yang sangat fatal. “Dek ..” Tubuh Sera langsung beringsut mundur, kepalanya sangat berisik dengan hati yang terus mencekit. Pelukan Nadia membuatnya merasa

