Bab 91. Kabar Buruk

1213 Kata

Ryan menyetir sendiri ke Bandung. Sorot matanya gelap dan tajam, rahangnya mengetat menahan amarah yang memuncak, cengkramannya begitu kuat pada kemudi mobilnya. Ia harus tiba di lokasi tempat istrinya berada secepat mungkin. “Argh… sial!” umpat Ryan geram ketika ia harus berhadapan dengan macet. Ia menggigit kuku jempolnya gelisah. Waktunya sudah banyak terbuang sejak ia memutuskan untuk menyusul Nina saat ini juga. Ia harus ‘mengusir’ bu Yati dan Rani lebih dulu. Harus mengantar Riry ke rumah orang tuanya dulu, belum lagi rentetan pertanyaan dari mama dan papanya yang heran melihat ekspresi putra sulung mereka. Ryan tak bisa menceritakan soal isi amplop cokelat itu. Tidak saat ini, ia masih harus memastikan kebenarannya. Ryan mendesah kasar, mobilnya hanya bisa maju semeter demi seme

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN