Ternyata bangunan itu adalah sebuah panti asuhan milik yayasan yang juga menaungi sekolah Riry.
“Riry pergi sama siapa ke sini?” tanya Nina lembut. Mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti di depan bangunan panti asuhan itu.
“Sama tante tetangga,” jawab Riry tanpa mengalihkan tatapannya dari panti asuhan itu.
“Tante tetangga siapa?” Ryan dan Nina bertanya bersamaan. Pikiran mereka tertuju pada satu orang yang sama.
“Itu loh, tante tetangga yang kata Mama Nina genit. Masa lupa?”
Ryan dan Nina saling pandang. “Sherly?”
“Nggak tahu namanya.” Riry mengedikkan bahu. “Kata tante itu, kalau mama Nina punya adek, Riry bakal ditaruh di panti asuhan terus ditinggal. Riry bakal dibuang.” Nada sedih kembali terdengar pada kalimat Riry.
Wajah Nina mengeras seketika, namun ia berusaha tetap mema
