Setelah hampir dua minggu dirawat, akhirnya Nina benar-benar pulih secara fisik. Namun secara psikolgis, ia masih harus melakukan konsultasi secara rutin pada psikiater yang merawatnya sejak di rumah sakit. Hari Minggu yang cerah, Nina akhirnya kembali ke rumah, kembali ke apartemen Ryan yang terasa sudah begitu lama ia tinggalkan. “Selamat datang!” sambut bu Yati haru. Sejak pagi tadi, ia sudah ditelepon oleh Ryan agar menyiapkan apartemen sebelum Nina kembali. Memasakkan makanan kesukaan Nina dan sebagainya. Nina tersenyum menatap wanita separuh baya itu, ia memeluk bu Yati erat. “Apa kabar, Bu?” tanyanya lembut. Bukannya menjawab, bu Yati justru menitikkan air mata. Ia mengusap punggung Nina lembut. “Ya Tuhan, Mbak Nina….” Ia tergugu, tak dapat berkata-kata. Nina balas menepuk pun