Ryan terus berjalan menyusuri bangunan klinik itu. Ia masuk ke ruangan-ruangan kecil di dalamnya dengan Sherly yang terus mengekornya. Tepat ketika ia tiba di bagian belakang klinik, Ryan langsung berbalik. Membuat Sherly sedikit terkejut.
“Kenapa tiba-tiba berhenti?” tanya Sherly heran.
“Kamu mengikutiku?” todong Ryan tajam.
“Iya.”
Ryan mengernyit. “Iya?”
Sherly menghembuskan nafas pelan. “Sejujurnya aku nggak tahu harus mengawasi apa. Papa sedang bicara dengan mandor tukang. Aku tertarik dengan isi klinik ini, jadi aku ingin berkeliling. Aku ingin mengajakmu berkeliling bersama, Ryan, tapi sejak tadi kamu kan menghindariku.” Ia menatap Ryan dengan tatapan sedikit memelas. “Kenapa?” tanyanya lirih.
Ryan membuang nafas kasar. “Karena kamu terlalu mencurigakan.”
Kedua alis Sherly ber
