bc

HASAN

book_age18+
6.0K
FOLLOW
19.2K
READ
comedy
sweet
humorous
serious
like
intro-logo
Blurb

Warning!! Khusus 21++

Gadis yang sangat mempercayai sahabatnya (HASAN) harus terluka karna sahabat itu ternyata memperkosanya, karna marah gadis itu tidak mau menemuinya hingga beberapa tahun kemudian harus berhadapan karna suatu hal. Dapatkah gadis itu melupakan kesalahan sahabatnya?!

Baca kisahnya ....

chap-preview
Free preview
> BAB SATU <
Kata orang aku adalah gadis yang sangat ceria, tugasku setiap hari membantu bundaku Tia untuk membuat jamu dan menjualnya keliling desa. Setiap sorenya Aku berjualan sementara sorenya diam di rumah. Namaku sendiri adalah Dilla, aku juga mempunyai teman lelaki yang sangat tampan namanya Hasan, Hasan Muhammad. Dia putra dari salah satu orang terkaya di indonesia, Yusuf Muhammad. Hasan sangat dingin dan juga tertutup orangnya. Dia benar-benar pandai menjaga diri dan menjauhi yang namanya kaum perempuan. Dia begitu pandai dan selalu berprestasi di dalam segala hal. Aku benar-benar merasa kagum kepada dirinya. Sedangkan aku .... Aku bukanlah siapa-siapa, Aku adalah anak angkat dari bunda Tia dan juga ayah Irwan. Mereka mengadopsiku karna orang tua yang sudah melahirkan aku telah tiada. Dulu kata bunda Tia, Ibuku telah di perkosa oleh seorang pria yang sudah beristri dan sangat kaya. Berhubung si pria tidak mau bertanggung jawab, Ibuku menjadi stres di kala sedang hamil diriku. Beliau bertingkah seperti orang gila dan akhirnya tiada setelah melahirkan diriku ke dunia ini. "Dilla," panggil bunda Tia sambil mengusap kepalaku. "Iya bunda," jawabku ramah. "Cepat selesaikan mengupas kunyitnya, jangan melamun. Nanti kau kena pisau." ucapnya tersenyum. "Eh, iya bunda. Maaf ya," ujarku dan langsung mengupas kunyit dengan cepat. "Sudah bunda bilang, lebih baik kau ikut Umi Nur dan bekerja padanya." ucap Bunda Tia pelan. "Tidak bunda. Dilla sudah banyak merepotkan beliau, Dilla malu bunda," ucapku lirih. "Malu kenapa? Dia sahabat bunda, Abi Yusuf juga Sahabat bunda, kau tidak perlu malu." ucap bunda memaksa. "Bunda, sudahlah. Dilla kan sudah bekerja pada bunda, Dilla juga memiliki kerja sambilan. Apa kurang cukup?" tanyaku lembut. "Dasar kau, bunda tidak mau kau lelah sayang," ucapnya sambil menjitak kepalaku pelan. "Aku tidak akan merasa lelah bunda, Kan aku putri bunda," balasku sambil tertawa. "Oh ya, Bulan depan sahabatmu yang bernama Hasan itu akan kembali ke indonesia setelah 15 tahun berada di Arab karna sekolah sekaligus belajar bisnis dari kakeknya, kamu bantu Umi Nur ya sayang, Kasian dia sedang hamil anak kedua," perintah bunda membuatku panik. "Tidak mau bunda, Dilla malu ketemu sama Hasan, bunda saja yang membantu Umi Nur ya," pintaku mengharap. "Kenapa harus malu? Bukankah dulu kalian sangat dekat?" tanya bunda Tia heran. "Aish.. Itu hanya masa lalu bunda, Dilla sudah melupakannya." jawabku gugup. "Ada yang kau sembunyikan dari bunda?" ucapnya menyelidik. "Tidak. Buat apa aku menyembunyikan sesuatu dari bunda, tidak ada untungnya." ucapku salah tingkah. "Huh.. Terserah kau saja. Bunda lelah, mau istirahat." ucapnya sambil bangkit berdiri dan meninggalkanku seorang diri di dapur. "Bagaimana bisa aku menjelaskan pada bunda kalau Hasan pernah menyakiti hatiku beberapa tahun yang lalu. Pasti beliau akan langsung menyembelih Hasan seperti kambing Qurban," gumamku sambil menitikkan airmata. flashback on. "Hasan. Ayo ikut aku." ajakku ramah. "Kemana?" tanya nya malas. "Ke kantin. Aku lapar." jawabku lembut. "Baiklah, ayo," ucapnya sambil bangkit berdiri. Aku mengapit tangannya dengan manja. "Lepaskan tanganmu Dilla, kau membuatku malu." pintanya tidak suka. "Astaga, aku hanya mengapit tanganmu Hasan, jangan berlebihan." protesku kesal. Aku sengaja mengapit tangannya karna takut pada segerombolan anak laki laki yang sedang duduk di bangku kantin. Mereka biasa menggodaku dengan cara bersiul dan juga menepuk pantatku. Aku benar benar tidak suka. Kadang juga sampai menangis. Kalau sudah begitu. Hasan maju dan menghantam wajah mereka sepulang dari sekolah. Kami berjalan layaknya sepasang kekasih. Tapi jauh di lubuk hatiku yang paling dalam. Aku hanya menganggap Hasan sebagai pelindung serta satu satunya teman lelaki yang aku punya. Aku sama dengan dirinya. Dia menjauhi kaum wanita karna dia bilang sangat merepotkan. Sedangkan aku. Aku menjauhi kaum pria karna takut kejadian yang menimpa ibu kandungku itu terjadi pula kepada diriku. Aku tidak mau di perkosa sama seperti dirinya. Aku tidak mau menjadi gila sama seperti dirinya. Aku harus membuat ibu kandungku bangga di alam sana, dengan cara menjaga kehormatanku agar tidak di renggut oleh seorang pria yang tidak bertanggung jawab. Maka dari itu, aku selalu takut jika berhadapan dengan seorang pria. Untung saja Hasan adalah pria yang sopan dan tidak kurang ajar. Jadi bisa aku pastikan kalau dia pasti bakalan terus melindungiku dari hal hal yang buruk dan dari kejahatan pria pria mesum lainnya. "Duduklah, kamu mau makan apa?" tanya Hasan membuyarkan lamunanku. "Eh, kita sudah sampai ya?" ujarku sambil tertawa. "Makanya kalau jalan jangan melamun, Andai saja kau tidak menggandeng tanganku. Pasti sudah masuk kedalam sumur karna kebanyakan melamun." ucapnya datar. "Huft, dasar Batu. Keras sekali." gumamku lirih. "Kau mengejekku?" tanya Hasan tajam. "Oh. Tidak. Aku hanya haus. Aku mau pesan Bakso sama Es teh dingin saja. Pakai Batu." ucapku menggodanya. "Pakai batu??" serunya heran. "Maksudku es Batu." ucapku tertawa. "Dasar gadis bodoh. Es teh dingin. Di mana mana yang namanya Es teh pasti dingin, Astaga. Dasar kuno," gumam Hasan sambil memijat dahinya. "Kau menghinaku?!" tanyaku mulai emosi. "Tidak. Aku hanya merasa kesal, kenapa pesanannya belum datang?" jawabnya santai. "Huh." dengusku sebal. Hasan menatapku tajam. "Jangan mendengus. Upil di hidungmu menyembur keluar." ucapnya membuat aku malu dan langsung mengambil kaca di dalam tas ku. "Mana?! Tidak ada?" tanyaku sambil mengembangkan hidungku di depan kaca. Aku menjadi bingung karna tidak ada kotoran apapun, termasuk upil yang dia katakan barusan. "Astaga, lubang hidungmu kenapa bisa jadi lebar seperti itu?? Hentikan. Nanti banyak lalat masuk." ucapnya sambil menutup mulut menggunakan punggung tangannya. Aku tahu dia menahan tawa. Karna merasa kesal. Aku langsung menjewer telinganya dengan gemas. "Auwh. Sakit bodoh." rintihnya pelan. "Dasar pembohong, kau mempermainkan diriku." ucapku marah. "Maaf." ucapnya singkat. "Astaga, permintaan maafmu datar sekali. Dasar orang kaya kuno." ejekku sebal. Hasan bangkit dari tempat duduknya dan mencubit kedua pipiku dengan gemas. "Dasar anaknya tukang jamu," ucapnya menggodaku. "Biarin. Memangnya kau. Anaknya Abi Brewok. Kalau Abi Yusuf tentu tampan. Kalau dirimu pasti sudah kayak monyet kalau brewokan." balasku kesal. "Astaga, kau mengagumi Abi ku?! Awas ya. Aku bilangin ke Umi Nur biar kau di marahi karna sudah berani mencintai suami nya." ucap Hasan sambil tersenyum. "Menakutkan," ucapku santai. Sebelum Hasan kembali protes. Pesanan kami sudah datang dan kami pun makan dengan lahap. Dia sesekali menatapku dan juga menggodaku. "Dilla." "Hem," jawabku tanpa melihat ke arahnya. "Itu bibir kenapa kayak ulat lagi perang ya. Kalau makan. Tebal. tidak ada manis manisnya sama sekali," ucapnya membuatku tersedak. Uhuk. Hasan panik dan segera memberiku minum. Dia meminta maaf sambil tertawa. Dasar aneh. ****** INI ADALAH LANJUTAN DARI MAS BREWOK, YAAAA ... (SEQUEL) YANG BELUM TAHU MAS BREWOK, BISA BACA DI APLIKASI LAIN. JANGAN LUPA TEKAN LOVE PLUS FOLLOW YAAA, MAKASIH .... TBC.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dua Cincin CEO

read
231.4K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Dependencia

read
186.4K
bc

Mrs. Rivera

read
45.3K
bc

Married By Accident

read
224.2K
bc

Undesirable Baby 2 : With You

read
161.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook