bc

DUDA ANAK SATU

book_age0+
2.6K
FOLLOW
34.3K
READ
love after marriage
pregnant
arrogant
dominant
CEO
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Being a single child widower is not an easy matter. He must be the father and mother of the child.

His work in the world of work makes it a bit difficult to care for the child who is still a toddler.

While his parents, only father.

Using the services of a babysitter he was afraid.

Finally, the father set him up with a girl. Children of his own best friend. Kirana Xavera.

Sweet, motherly, cheerful and patient.

However, these advantages do not necessarily make Adinata easily fall in love.

He married Kirana just to be the mother of Nou, the child. Not a wife for him.

"Never consider me a husband, because I will never consider you, wife!"

chap-preview
Free preview
BAB 1
Cerai adalah kata yang paling menyakitkan bagi Adinata. Begitu cintanya ia pada sang istri. Membuat luka di hatinya tak bisa terobati. Adinata adalah seorang pembisnis yang sukses di usia yang menginjak 30 tahun. Kehidupannya baru akan memasuki kebahagiaan yang sesungguhnya karena lahir sang putri yang lucu. Noushafarina Caesar. Namun, sial. Ketika perusahaannya sedang naik daun, kesibukannya membuat sang istri Inggrid, harus melepas Adinata. Ia tak sanggup jika harus terus menerus di tinggal pergi oleh Adinata. Di mana ia sangat membutuhkan kasih sayang seorang suami setelah melahirkan. Inggrid begitu kecewa dan marah pada Adinata yang seolah tak peduli padanya. Kurang lebih dua bulan setelah melahirkan. Inggrid menggugat cerai Adinata. Tepat saat Adinata menaiki fase tertinggi dalam jabatannya. Kesuksesan memang harus di bayar mahal. Dan Adinata menyesal.... ****** Noushafarina terbangun. Adinata yang baru saja akan memejamkan mata langsung kembali melotot lebar. Dengan cepat ia beranjak dari kamarnya dan membuka pintu kamar sang anak. Putri kecil berusia 9 bulan tengah menangis seorang diri di ranjangnya yang mungil. Di mana ranjang itu di kelilingi pagar pembatas agar tidak jatuh. Selimut yang menutupi tubuh kecilnya telah tersingkir dari tubuhnya. Kedua kakinya yang mungil nampak menendang-nendang dengan lucunya. Adinata mengusap kepala Nou dan mengangkatnya. Rengekannya tak berhenti dan saat dalam gendongan itulah Adinata tersadar. Jika, tubuh Nou, panas. Ia demam tinggi. Adinata panik. Dengan cepat ia menyambar selimut dan lari, Ia ambil kunci mobil dan membawanya ke rumah sakit. ******* Adinata tengah menghubungi sang ayah. Galen. Tak lama Galen pun sampai di rumah sakit dan menemani Adinata. Adinata nampak murung melihat sang anak yang masih begitu kecil harus berada di rumah sakit. "Nou, sakit apa?" Tanya Galen. "Demam tinggi. Katanya sih sudah lama. Dan kata dokter, jika aku terlambat membawa Nou. Nou bisa kejang, Yah." Air mata mengalir di pipi Adinata. Galen tak tega melihat anaknya sedih seperti ini. Ia sendiri tak bisa menjaga cucunya karena ia hanyalah seorang pria tua. Ibu Adinata telah meninggal sebelum sempat melihat cucunya lahir. Di rumah tak ada seorang pun yang mampu merawat bayi. Dan Adinata tak pernah mau jika sang putri di asuh oleh orang lain. Galen melihat Adinata tengah mengusap punggung tangan Nou, yang kecil dan terlihat pucat. Adinata bersiap membawa Nou pulang. Dengan obat-obatan yang sudah ia tebus. Adinata berjalan gontai keluar rumah sakit di temani Galen. "Ayah akan menginap, menemanimu." Adinata menoleh. "Terima kasih, Ayah." Mereka pun masuk ke dalam mobil milik Adinata. Karena Galen memang tidak membawa mobil. Ia menaiki taksi tadi.   ******   Galen mendapat telepon darurat dari kantor. Dan ia harus segera ke kantor secepatnya. Ia bingung karena sang anak sedang sakit. Di tambah tak ada yang menjaganya. Galen ada, tapi, mana mungkin Adinata meminta sang ayah untuk menjaganya. Akhirnya Adinata memilih membawa serta anak dan ayahnya ke kantor. Ia tak ada pilihan lain. Setidaknya di kantor ia dapat mengawasinya. Walau sebenarnya tak baik karena Nou tengah sakit. Namun, Adinata benar-benar tak ada pilihan lain. Setelah memberitahukan rencananya pada Galen. Ia lantas membuat susu botol. Lalu membawa serta susu bubuk dan botol kosong satu dan juga cemilan. Lalu tak lupa, ia juga membawa popok untuk jaga-jaga dan juga pakaian. Tak lupa juga mainan kesukaan Nou. Yang berbunyi seperti koin jatuh berbentuk bulat lucu. Adinata menggendong Nou, sementara Galen membawa tas perlengkapan Nou. Mereka seperti piknik. Tidak terlihat seperti akan ke kantor. Tapi, Adinata tak peduli. Karena ia tak mau mengulang kesalahannya yang lalu. Ia tidak akan membiarkan anaknya kesepian seperti ibunya dulu. Tidak, Adinata takut, jika Nou, akan meninggalkan dirinya. Hanya karena ia sibuk. Tidak lagi.   ,*****   Semua karyawan kantor di buat takjub dan kagum dengan bos mereka. Adinata yang tinggi, atletis, tampan rupawan. Berjalan dengan gagahnya dengan menggendong seorang balita Semua karyawan tahu. Jika bos mereka adalah seorang duda beranak satu. Dan mereka justru semakin cinta dan kagum dengan bosnya. Adinata masuk ke ruang kerjanya. Ia lantas membiarkan Nou bermain di lantai yang beralaskan karpet bulu yang halus. Di temani sang kakek Galen yang telah menaruh tas perlengkapan Nou. "Ayah, aku tinggal dulu, ya. Titip Nou." Galen mengangguk. Adinata pun keluar dari ruangannya untuk urusan pekerjaan. Galen lantas kembali fokus pada Nou yang mulai memainkan permainannya. Ia nampak mengoceh dan berisik sekali. Namun, Galen justru lega. Karena ia takut Nou akan terlihat lemas tak bersemangat. Syukurlah karena Nou adalah anak yang pintar.   ******   Sore ini Galen mendapat telepon dari sahabatnya. Ia mengabarkan jika dirinya tengah sakit dan butuh Galen untuk menjenguknya. Setidaknya ia ingin ada sahabatnya saat ia lemah. Mereka memang sahabat setia sedari muda. Galen yang mendapat kabar itu pun langsung meminta Adinata untuk mengantarnya ke rumah sahabat Galen. Ibrahim. Adinata sebenarnya lelah. Ia ingin istirahat, namun, melihat sang ayah sangat berharap. Ia tak tega. Akhirnya mengiyakan permintaan sang ayah. Selesai bekerja. Adinata langsung mengantar sang ayah ke rumah sahabatnya yang tak terlalu jauh dari rumah tinggalnya. Hanya butuh waktu sekitar 30menit naik mobil. Nou juga nampak tenang dan tidak rewel sama sekali. Membuat Adinata lebih tenang. Hingga mereka sampai di sebuah rumah yang terkesan minimalis. Bangunannya kecil tapi sangat bagus dan indah. Rapih dan tertawa apik. Banyak tanaman bunga yang terjajar sempurna. Dengan tatanan sesuai warna. Sangat bagus. "Ini rumahnya, Yah?" Tanya Adinata. "Iya, ayo, turun." Adinata pun mengangguk. Ia melepas sabuk pengamannya dan menggendong si kecil Nou. Ia asik saja mengedot pada dot mainanya. Galen langsung mengetuk pintu rumah Ibrahim. Lama tak ada jawaban membuat Adinata sangsi dengan adanya orang di dalam. "Nggak ada orang kali, Yah?" "Nggak mungkin, Ibrahim ada di dalem kok." "Sok tau, Ayah." "Ya, karena ayah tau!" "Ya deh." Adinata diam dan memilih bermain dengan si kecil Nou. Galen terus saja mengetuk pintu. Hingga muncul seorang gadis yang masuk ke halaman rumah Ibrahim. Sepertinya Galen tidak asing. Tapi, kondisi matanya yang sudah tidak terlalu awas membuatnya agak bingung. "Loh, Om Galen, ya?" Tanya gadis itu. Adinata masih cuek dan tak peduli pada gadis itu. "Kamu Kirana bukan?" Tanya Galen balik. Kirana tersenyum. "Iya, ini saya, Om. Om, lupa?" "Hahaha bukan lupa, Nak. Tapi, mata, Om, ini sudah rabun." Kirana tertawa kecil. "Mari, masuk, Om." Galen mengangguk. Galen melirik Adinata yang masih asik bercanda dengan Nou. Ia menarik lengan Adinata agar ikut masuk. Adinata dengan malas ikut masuk ke dalam. ****** Galen dan Ibrahim nampak asik mengobrol di dalam kamar Ibrahim. Sementara Adinata nampak duduk di ruang tamu bareng Nou. Kirana yang melihat itu mencoba untuk mengakrabkan diri. Ia duduk di dekat Adinata. Membuat Adinata agak risih dan menjaga jarak. "Hallo adik kecil, siapa namanya?" Adinata melirik Kirana. Dan ia baru melihat secara jelas wajah Kirana. Ternyata manis juga. Cantiknya khas Asia. data-p-id=8afe1812b2c5409670aef9b479160678,style=text-align:left;,"Hey, cantiknya... Usia berapa?" Kirana masih berusaha untuk mendekati mereka. Karena menurut Kirana tak bagus jika kita mengabaikan tamu. "Noushafarina Caesar." Kirana melirik Adinata dan tersenyum. Ia lantas menggenggam jemari kecil Nou. Dan herannya Nou tidak berusaha menghindar. Ia justru menggenggamnya dengan erat. "Wah... Kencang juga pegangannya. Hahaha. Nou, pintar sekali," puji Kirana. Adinata kembali melirik Kirana yang nampak tulus bermain dengan Nou. "Mau Tante gendong, Nou?" Kedua tangan Kirana ia julurkan pada Nou. Dan dengan cepat Nou menerima tangan itu. Membuat Kirana takjub. Dengan senang hati ia gendong Nou. Membuat Adinata bengong. "Nou, jangan buat Tante capek. Sama ayah saja sini." Adinata berusaha membujuk Nou agar kembali padanya. Dan anehnya Nou menolak itu. Ia memilih bersama Kirana. Kirana tertawa saat Nou memeluknya dengan erat. Bahkan ia senderkan kepalanya pada dada Kirana. Adinata terenyuh melihat itu. Anaknya pasti rindu sosok ibu. Belum pernah ia merasakan di gendong perempuan selama ini. Karena Nou selalu menjaga jarak dengan orang baru. Tapi, kenapa dengan Kirana ia nampak senang? ***** Galen keluar dari kamar Ibrahim dan berniat mengajak Adinata pulang. Namun, ia bingung karena Adinata nampak duduk sendiri di ruang tamu. "Nou, mana?" Tanya Galen. "Tidur." "Tidur? Di mana?" "Di kamar gadis tadi." "Kirana?" "Ya kali, aku nggak tau namanya." "Astaga... Bukankah cucuku itu tidak mau digendong perempuan?" Adinata mengangkat kedua pundaknya. "Adinata." Adinata menatap Galen. "Ya?" "Cobalah jadikan Kirana sebagai ibu bagi Nou." "Apa?????"    

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Not Dating

read
549.6K
bc

Turun Ranjang

read
578.7K
bc

LOVE ME

read
769.5K
bc

Hate You But Miss You

read
1.5M
bc

Perfect Marriage Partner

read
809.8K
bc

Sekretarisku Canduku

read
6.6M
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook