BAB 6

910 Words
Kirana berlarian dengan Nou di halaman rumahnya. Nou tak berhenti tertawa karena senang dapat terbang. Galen yang melihat itu nampak hangat, lama tak melihat Nou seceria itu. Biasanya anak itu lebih banyak diam dan asik bermain seorang diri. Di tambah setiap hari yang ia lihat hanya kertas dan bulpoin. Melihat ayahnya duduk di kursi kerjanya dan menandatangani berkas. Setiap hari hanya itu saja yang ia lihat. Kalau bermain dan tertawa seperti inikan, Nou jadi terlihat seperti anak seusianya. Galen menyeruput kopinya dan melihat sebuah mobil berhenti di depan rumah Kirana. Tak lama keluarlah seorang pria yang tampan dari dalam mobil. Ia mengenakan setelan jas lengkap dengan dasinya. Kirana yang melihat itu langsung diam. Nampak terkesima. Galen memiliki firasat buruk. Ia berdiri dan memperhatikan semuanya. "Aiden?" Galen mendengar Kirana menyebut nama Aiden. Namanya kah? "Aku rindu kamu, Ran." Kirana tersenyum dan ia langsung memeluk pria bernama Aiden itu. Galen sudah panas melihat mereka berpelukan seperti itu. Bagaimana pun. Kirana adalah calon menantunya. "Hey! Lepaskan Kirana!" Teriak Galen. Kirana dan Aiden tersentak. Galen mendekat dan menjauhkan Kirana dari Aiden. "Ran, siapa dia?" Tanya Aiden. "Om, jangan marah. Ini teman aku. Namanya Aiden. Kenalkan, Om." Galen masih memperhatikan Aiden. "Aiden, Om." Aiden menjulurkan tangannya yang di sambut ketus oleh Galen. Aiden nampak aneh dengan Galen. Ia bingung kenapa Galen harus ketus padanya? Apa salahnya coba? "Ehmm... Ran, jalan, yuk!" Ajak Aiden. Galen langsung melotot. "Tidak boleh!" Aiden dan dan melirik Galen. "Kenapa sih, Om? Om ini sebenarnya siapa?" Aiden mulai terpancing. Kirana menyentuh lengan Aiden. Membuat Aiden menahan emosinya. Sementara Galen tak suka melihat Kirana menyentuh lengan Aiden. "Yah...Yayah...." Seru Nou tiba-tiba. Galen, Kirana dan Aiden serentak melihat ke arah belakang. Di mana ada taksi terparkir di sana dan berdiri seorang pria tampan. Ia membawa paperbag beberapa buah. "Adinata, kau sudah pulang?" Galen menyambutnya dan membantu membawa paperbag itu. Adinata berjalan santai ke arah Kirana dan langsung menggendong Nou. Aiden agak tersentak melihat Adinata tiba-tiba mengambil bocah di tangan Kirana tanpa canggung. Adinata bahkan tak meliriknya sama sekali. d"Rindu, Ayah?" Tanya Adinata mengacuhkan mereka semua. Ia berjalan ke arah teras rumah Kirana. Galen bingung dengan sikap Adinata yang cuek saja. Galen melirik Kirana yang nampak bingung. "Ran, itu siapa?" Tanya Aiden akhirnya. Kirana menatap punggung Adinata. Lalu berpaling pada Aiden. "Bukan siapa-siapa. Lupakan saja. Kau tadi mengajakku pergikan?" Aiden tersenyum senang. "Ya." "Baiklah, ayo pergi." Galen panik. Ia menarik lengan Adinata. "Kau ini bagaimana sih, itu calon ibu Nou, sedang di culik orang!!" Adinata menghela nafas. Ia berbalik. "Kirana!" Serunya. Kirana yang hendak masuk mobil menghentikan niatnya dan menoleh malas. Aiden pun ikut dalam drama itu. Menatap Adinata yang terlihat dingin. "Kau kan calon istriku, mau pergi ke mana dengan pria lain di depan calon mu?" Kirana melongo. Aiden shock! Galen terkekeh. **** Aiden sudah pulang sedari tadi. Saat ia mendengar ungkapan Adinata dan tak ada penolakan dari Kirana. Aiden merasa percuma berada di sana. Kini, baik Kirana dan Adinata hanya saling diam. Mereka duduk dengan canggung. Hanya Kirana yang canggung. Adinata sih, biasa saja. Ia justru asik menimang Nou yang mulai tertidur. "Kenapa kamu mengatakan hal itu pada temanku?" Akhirnya Kirana bersuara. Adinata melirik Kirana. "Apa saya salah?" Tanya Adinata balik. Kirana berdecih. "Nggak, tapi, kan?" "Apa?" Kirana kehabisan kata. Ia hendak bangun. Namun, Adinata menahan lengan Kirana. Kirana menoleh. "Apa?" "Kamu mau menikah denganku, kan?" Kirana menggigit bibir bawahnya. Membuat Adinata menelan Salivanya dengan susah payah. Galen yang baru keluar dari kamar Ibrahim berinisiatif untuk menidurkan Nou di kamar Kirana. Agar tak mengganggu calon suami istri itu. Dan kini. Tinggallah mereka berdua di ruang tamu. Kembali mereka nampak diam. Adinata mulai terlihat canggung. Terlebih tak ada Nou di tangannya. "Jadi, kita hanya akan saling diam?" Tanya Kirana memecah kesunyian. Adinata menatap Kirana. "Kirana... Saya ini tidak pandai berbicara dengan perempuan. Saya harap, kamu paham." "Iya, keliatan kok." Adinata menatap Kirana dengan sebal. Kirana menahan tawanya. "Jadi, kamu sungguh mau menjadi ibu Nou?" Tanya Adinata. "Ya." "Emmm... Tidak keberatan atau apa begitu?" "Keberatan? Aku?" "Ya." "Menurut mu? Aku masih gadis loh, masih perawan, tapi, aku harus menikah dengan duda. Menurut mu?" Adinata menahan nafas. Sumpah ia kesal dengan jawaban Kirana. "Kalau tidak mau ya...." "Tapi, karena Nou. Aku melupakan itu semua." Adinata langsung menatap Kirana. Wajah sendu Kirana. Tatapan matanya yang serius. Kirana menatap tepat di mata Adinata. "Demi, Nou. Aku rela menjadi istrimu, Adinata." Adinata tak melihat kebohongan di mata Kirana. "Kenapa?" "Karena aku menyayangi Nou. Entah dari mana, padahal aku sendiri baru dengannya. Tapi, aku merasa seperti ada ikatan di antara kami. Aku langsung jatuh cinta pada, Nou." "Kau sungguh menyayanginya?" "Ya." "Sungguh ingin menjaganya?" "Ya." Adinata merogoh saku celananya. Ia    mengeluarkan kotak cincin yang ia beli di Surabaya. Kirana menatap itu tak percaya. Adinata memberikan kotak itu pada Kirana dan membukanya. "Menikahlah denganku? Jadilah ibu untuk anakku." Kirana menggigit bibir bawahnya. Dan Adinata tak sanggup lagi menahan godaan itu. Ia sematkan cincin itu pada jari Kirana dan tepat. Saat Kirana menatapnya. Adinata langsung mengecup bibir Kirana. Kirana tersentak. Ia mendorong tubuh Adinata. "Ad...hmmm." Adinata kembali mencium bibir Kirana dengan cepat. Melumat bibir Kirana. Membuat Kirana terbuai. Perlahan Kirana menikmati ciuman dari Adinata. Ciuman yang terkesan rindu. Bahkan punggung Kirana di usap dengan lembutnya. Membuat Kirana semakin nyaman. Tanpa sepengetahuan mereka. Galen menyaksikan adegan itu. Ia tersenyum karena anaknya mulai membuka hati untuk wanita lain. Walau mungkin, perasaan itu belum benar-benar tumbuh. Setidaknya benih itu mulai terasa. Yah... Menikahlah kalian.... Buatlah keluarga bahagia kalian. Lupakan masa lalu, kejarlah masa depan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD