Bab 04

714 Words
Nancy menatap pantulan dirinya di cermin dengan penuh kepuasan. Blazer merah yang ia kenakan membalut tubuhnya dengan sempurna, berpadu dengan kemeja hitam ketat yang menonjolkan setiap lekuknya. Rok span merah pendek semakin menambah pesona menggoda yang sengaja ia tampilkan pagi ini. Dia menyentuh bibirnya dengan jemarinya, lalu tersenyum miring. Tak bisa disangkal, dirinya memang cantik. Sangat cantik. Dan ia tahu persis bagaimana menggunakan kecantikannya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Tawa kecil lepas dari bibirnya sebelum ia melangkah keluar kamar. Dengan penuh percaya diri, ia berjalan menuju ruang makan, langkahnya ringan namun pasti. Saat mencapai meja makan, ia langsung menyapa Om Vincent dengan nada manja. "Selamat pagi, Om Vincent," ucapnya, suaranya begitu lembut dan menggoda. Kemudian, ia menoleh pada Tante Sophia, memberinya senyuman manis. "Selamat pagi, Tante." Sophia yang sedang menuangkan teh untuk suaminya mendongak dan tersenyum melihat Nancy. "Pagi, sayang. Astaga, kamu cantik sekali hari ini! Seksi dan berkelas," puji Sophia dengan tawa kecil. Nancy menangkup pipinya, berpura-pura tersipu. "Ah, Tante bisa saja. Aku kan harus selalu tampil menarik. Siapa tahu ada CEO tampan yang tertarik padaku," ujarnya dengan nada bercanda. Namun, matanya justru mengarah langsung ke Om Vincent, yang tampak terdiam. Vincent berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap netral. Namun, tatapannya sempat jatuh pada d**a Nancy yang sedikit terbuka karena kemeja ketatnya. Ia buru-buru mengalihkan pandangan, tapi tidak luput dari perhatian Nancy. Gadis itu menyeringai dalam hati. Perlahan tapi pasti, Vincent mulai bereaksi terhadapnya. Sophia, yang tidak menyadari tatapan suaminya, tertawa kecil. "Kalau begitu, Vincent, ada tidak temanmu yang masih lajang? Siapa tahu ada yang cocok untuk Nancy?" Vincent, yang tengah menyesap kopinya, nyaris tersedak. Ia cepat-cepat mengerjapkan matanya dan menatap Sophia dengan keterkejutan. "Apa? Eh... Tidak ada," jawabnya singkat, berusaha agar suaranya terdengar wajar. Nancy memperhatikan kegugupan Vincent dengan penuh kemenangan. Ah, ini semakin menarik. Vincent yang selama ini selalu tenang dan berwibawa, mulai menunjukkan tanda-tanda tidak nyaman dengan kehadirannya. Itu berarti rencananya berjalan sesuai harapan. Sepanjang sarapan, Nancy terus melontarkan komentar-komentar ringan, sesekali menyentuh lengan Vincent atau melemparkan tatapan genit. Sophia, yang masih menganggap semua itu sebagai bentuk kedekatan keluarga, sama sekali tidak curiga. Justru dia merasa senang karena Nancy bisa begitu akrab dengan suaminya. Namun, bagi Vincent, situasi ini semakin sulit. Dia berusaha fokus pada makanannya, tetapi setiap kali Nancy bergerak atau tertawa, aroma parfumnya yang lembut menggelitik hidungnya, suaranya yang manja seakan sengaja menjerat pikirannya. Ini tidak benar. Dia harus segera mengendalikan situasi. Setelah selesai sarapan, Vincent segera beranjak dari meja makan. "Aku berangkat ke kantor dulu," katanya, mencoba menghindari kontak mata dengan Nancy. "Hati-hati di jalan, sayang," sahut Sophia. Nancy, yang masih duduk, menyeringai melihat Om Vincent terburu-buru pergi. Saat pria itu sudah keluar dari rumah, Nancy menatap Sophia dengan senyum misterius. "Tante, sepertinya Om Vincent tidak nyaman, ya? Apa mungkin aku terlalu menarik pagi ini?" Sophia tertawa kecil, mengibaskan tangannya. "Ah, jangan konyol, Nancy. Vincent memang begitu kalau pagi, selalu sibuk dengan pikirannya sendiri." Nancy hanya tersenyum kecil. Oh, dia tahu persis apa yang ada di dalam pikiran Om Vincent. Dan dia tidak akan berhenti sampai pria itu benar-benar jatuh dalam genggamannya. ** Di kantor, Vincent mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menghilangkan perasaan gelisah yang menghantuinya sejak pagi. Dia duduk di kursinya dengan ekspresi lelah, pikirannya masih berkecamuk tentang Nancy. Dia tidak boleh membiarkan dirinya terpengaruh. Nancy hanyalah keponakan istrinya. Tidak lebih. Namun, ketika pintu ruangannya diketuk, dan seorang pegawai mengatakan bahwa Nancy sudah tiba untuk mulai bekerja sebagai sekretarisnya, Vincent tahu, hari ini akan menjadi hari yang panjang. Nancy masuk dengan langkah percaya diri. Senyum menawan terukir di bibirnya. "Selamat pagi, Om Vincent," sapanya, matanya berbinar penuh arti. Vincent menegakkan punggungnya, mencoba menjaga jarak. "Pagi, Nancy. Mulai hari ini kamu bekerja di sini. Aku harap kamu bisa profesional." Nancy tertawa kecil, lalu mendekati meja Vincent dan bersandar di ujungnya, dengan sengaja membuat posisi tubuhnya terlihat lebih menggoda. "Tentu saja, Om. Aku pasti bekerja dengan sangat profesional..." katanya dengan nada yang dalam, nyaris berbisik. Vincent meneguk ludah. Dia tahu ini akan menjadi lebih sulit dari yang dia bayangkan. Dan Nancy? Dia hanya menikmati setiap detiknya, karena dia tahu permainan ini baru saja dimulai. Dan melihat sampai kapan Om Vincent bisa menahan untuk tidak tergoda oleh Nancy yang cantik dan seksi ini hem? Nancy tertawa kecil dalam hatinya karena dia hanya butuh beberapa langkah lagi memiliki Om Vincent.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD