Sekarang kamu menyesal, kan?" Evan mendongak, mendapati Ivy yang menatapnya dengan wajah kesal. Ia kembali menunduk. Sungguh, rasanya begitu sakit. Seakan dalam dirinya ada yang hilang. Begitu hampa rasanya. Ivy membuang napas pelan, berusaha memaklumi sikap Evan barusan walau sebenarnya ia sangat kesal. Tapi seharusnya dia tak bersikap seperti tadi. Katanya dalam hati. Benar-benar tak menyangka pada tindakan Evan barusan. "Jika kamu ingin menangis, di rumah aja, Van. Kalau kamu sakit, pasti aku yang repot. Ayo!" Ivy setengah membungkuk saat meraih tangan Evan, lalu memaksa lelaki itu berdiri. "Setelah ini kamu bisa menangis sepuasnya," katanya sambil merogoh tas tangan lalu membuka pintu, mendorong pintu itu hingga membuka dan menguncinya segera begitu Evan masuk. Lelaki itu langsung