5. Kisah Sang Bucin 2

641 Words
"Dek?" Oki tersadar dari keterpanaannya dari gadis itu dan segera mendirikan tubuhnya yang semula berlutut. Oki malu karena ketahuan terang-terangan terpana akan gadis itu. Yaampun, pasti kupingnya sudah semerah kepiting rebus.   "Terima kasih, ya..." "Syauqi." Oki menyebutkan namanya dengan pelan. Gadis itu tersenyum. "Syauqi. Terima kasih, Syauqi," ucapnya mengulang nama Oki seolah sedang membiasakan lidahnya dengan nama itu. Hati Oki berdesir. Dia baru tau namanya akan terdengar seperti itu jika diucapkan oleh wanita cantik. Uhuk! Oki, tahan hormonmu, nak. "Kamu anak sekolah mana?" tanya gadis itu sambil berdiri mengecek penampilannya. "Oh, aku baru lulus SMA di Jakarta." Gadis itu mengangkat alis. "Oh? Aku kira kamu baru lulus SMP. Meskipun badannya bongsor, tapi mukanya imut." Gadis itu tersenyum manis. Lutut Oki yang lemas melihatnya. Tapi apa katanya tadi? Imut? Pantas saja daritadi gadis ini memanggilnya dengan sebutan 'dek'! Gadis itu merasa ia sudah siap. Lalu berpamitan pada Oki karena harus berkumpul dengan teamnya sebelum tampil. Oki pun hanya bisa melihat gadis itu pergi tanpa sempat bertanya siapa namanya. Tetapi Tuhan Maha Baik. Takdir seolah berpihak pada Oki hari itu. Dan kebaikan itu disampaikan lewat Ibu. Iya, Oki akhirnya berkenalan dengan gadis cantik bernama Ayushita itu lewat Ibu. Ternyata Ibu dan ibunya Ayushita berteman baik saat SMA. Dari sana juga mereka akhirnya bertukar kontak. Ayushita empat tahun lebih tua dari Oki. Jadi saat itu ia sudah berada di tahun terakhir masa kuliahnya. Bahkan sebenarnya Ayushita sudah lulus dan sedang menunggu wisuda. Kepribadian Ayushita yang easygoing membuat mereka cepat akrab. Oki yang aslinya pemalu jadi mudah membuka diri karena Ayushita yang selalu bisa menyesuaikan. Di minggu ke dua setelah terakhir kali mereka bertemu di acara reuni, mereka pun akhirnya bertemu lagi. Kini mereka bertemu karena Ayushita yang mengajak Oki secara langsung. Katanya ada film yang sangat ingin gadis itu tonton tapi tidak sempat. Semua teman-temannya sudah menonton dan kalau Oki belum nonton, Ayushita ingin Oki menemaninya. Oki sudah menonton film itu bersama Tarqi dan Raja di Jakarta saat film itu baru saja rilis. Tapi Ayushita tidak perlu tahu, kan? Akhirnya hari itu Oki pun merasakan kencan pertamanya. Meskipun hanya dirinya sendiri yang menganggap acara menonton hari itu kencan, tapi intinya Oki sudah pernah kencan dengan perempuan ke bioskop. Setelah hari itu, intensitas percakapan mereka lewat aplikasi chat semakin bertambah. Begitu juga frekuensi pertemuan mereka. Oki memuaskan diri untuk bisa bertemu Ayushita sebanyak-banyaknya sebelum ia kembali ke Jakarta. Hingga tibalah hari di mana Oki menyatakan perasaannya pada Ayushita. Saat Oki mengakui perasaannya dan juga keinginannya menjalin hubungan lebih dengan Ayushita, gadis itu tidak kelihatan terkejut. Mungkin dia sudah menduga karena Oki memang terlalu jelas menunjukkan perasaannya sejak awal. Dengan senyuman manis yang selalu berhasil membuat lutut Oki melemas, Ayushita mengangguk. Oki senang bukan main. Tapi ternyata pacaran dengan gadis yang lebih tua tidaklah mudah. Meskipun belum wisuda, Ayushita sudah mulai bekerja di salah satu kantor asuransi di kota Surabaya. Akibat pekerjaannya itu, ia jadi semakin jarang menghubungi Oki. Kencan pun lebih banyaknya mereka hanya mengobrol di rumah Ayushita karena gadis itu yang malas keluar karena lelah setelah lima hari bekerja. Oki yang masih belum merasakan kerasnya dunia orang dewasa itu pun hanya bisa mengikuti apa mau kekasihnya. Selama Oki di sana, ia berusaha menjadi pacar yang baik. Terlebih karena Oki tidak punya pengalaman sebelumnya. Oki sebisa mungkin mengantar atau jemput Ayushita ke tempat kerja menggunakan motor. Terkadang, Ayushita menelfon Oki dan memintanya mengantarkan barang ke kantor bila ada yang tertinggal. Di malam hari pun biasanya Oki membelikan makanan untuk gadis itu yang seharian sudah lelah bekerja. Karena mereka tidak bisa sering berkencan, hanya hal-hal seperti itulah yang bisa Oki lakukan. Uang yang ia gunakan juga bukan hasil meminta orang tua tetapi hasil bayaran yang diberikan orang tuanya karena membantu di percetakan. Biasanya bayaran itu didapat ketika Oki membantu membuat design untuk klien. Semakin rajin Oki membantu, semakin loyal juga uang yang ia keluarkan untuk pacarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD