8. Bukan Friendzone 2

1474 Words
Awal mula Jayandra dan Arjuna menyadari 'keanehan' hubungan Yugi dan Geca berawal di suatu hari di akhir Desember. Hari itu adalah minggu pertama liburan sekolah. Bertepatan dengan perilisan film animasi minions pertama di Indonesia. Film yang sudah Geca nantikan sejak kemunculan tokoh berwarna kuning tersebut di film Despicable Me. Sejak masa UAS, Geca sudah ribut jika dia harus menonton film itu kalau bisa di hari pertama perilisan. Dan tentu saja Yugi, Jayandra dan Arjuna yang akan menemaninya. Bukannya tidak suka, tapi gengsi anak laki-laki yang masih duduk di bangku SMA itu membuat ketiganya bergidik ngeri membayangkan menonton film kartun di bioskop di antara anak-anak kecil yang kemungkinan memenuhi studio di minggu pertama penayangan. Jadi dengan tegas Arjuna dan Jayandra menolak. "NGGAK SETIA KAWAN BANGET SIH KALIAN!" Geca mencak-mencak dan ngambek seharian. Ngambek dalam artian seharian dia cuma bahas betapa teman-teman laki-lakinya itu tega karena tidak mau menemaninya hanya karena gengsi. "Lagian siapa yang mau ngeledekin kalian? Sini gue cubit mulutnya satu-satu. Apa salahnya sih nonton kartun? Kan nggak buat anak-anak doang." Sebetulnya Jayandra dan Arjuna tidak betul-betul menolak juga. Mereka hanya suka saja melihat reaksi Geca yang berlebihan sedikit hanya karena tokoh kartun kuning yang lebih mirip pisang bantet itu. Dan anehnya, Yugi hanya diam saja di antara kericuhan yang sedang dilakukan teman-temannya itu sambil menyantap siomay kantin. Sampai akhirnya Geca sendiri yang memutuskan menyerah dan berhenti merengek. "Yaudah deh. Kalau kalian beneran tega mah gue nonton sendiri aja." Geca sampai pada ancaman terakhirnya. "Sama gue." Yugi menyuap siomaynya dengan tenang tanpa menatap teman-temannya seolah tidak baru saja mengatakan apa-apa. Sedangkan tatapan Geca, Jayandra juga Arjuna sudah terarah kepadanya. "Lo mau nonton berdua doang sama Geca, bang?" Omong-omong, meskipun Arjuna dan Jayandra satu angkatan dengan Yugi, mereka memanggil Yugi dengan sebutan 'bang' semenjak tau usia Yugi setahun di atas mereka. Awalnya hanya iseng, lama-lama jadi kebiasaan. "Tumben." "Biar nggak bawel lagi." Yugi mendorong piring siomaynya yang sudah kosong, kini beralih ke gelas es teh manisnya. Masih belum mau mengalihkan pandangan ke arah teman-temannya yang sudah memandang penuh minat. Kecuali Geca yang kini memandangnya heran. Jayandra dan Arjuna saling bertatapan, apalagi saat mereka menyadari Geca juga terlihat agak salah tingkah. Keduanya saling melempar senyum penuh makna. Tapi bukan sahabat namanya kalau tidak mengisengi sahabat mereka. Arjuna dan Jayandra akhirnya tetap datang dan mengacaukan acara nonton berdua Yugi dan Geca. Mereka mengabari di pagi hari saat hari-h. Sengaja ingin melihat apakah Yugi akan kesal saat bertemu mereka nanti atau tidak. Kalau Yugi kesal, itu berarti dugaan mereka tentang Yugi benar. Bahwa lelaki itu ada rasa lain terhadap Geca. Entah Yugi yang terlalu pintar menyembunyikan perasaan di balik ekspresi datarnya atau memang Arjuna dan Jayandra salah menduga. Yugi kelihatan biasa saja saat mereka berdua sampai di depan studio bioskop tempat mereka janjian menonton hari itu. Geca sendiri belum sampai ketika tiga laki-laki itu sudah berkumpul. "Ini yang mau nonton malah belum dateng gimana, sih?" Jayandra mendumel kesal. "Luluran dulu apa ya dia? Padahal cuma mau nonton kartun." Arjuna terkekeh sedangkan Yugi tampak acuh seperti biasanya. Lelaki itu akhirnya berinisiatif membelikan tiket sebelum kehabisan karena pengunjung bioskop yang semakin ramai. Saat Yugi sedang membeli tiket, Geca datang dengan outfit mirip minions yang cukup mencolok. Kaos warna kuning terang yang ditiban dengan overall denim selutut. Tentu saja keberanian gadis itu dalam berpakaian mengundang tatapan orang-orang sekitar. Jayandra dan Arjuna sampai berjengit sok dramatis. "Gila lo, Ca? Terang banget bajunya buset!" Arjuna menutup mata pura-pura silau karena warna baju yang dipakai Geca. Geca mendengus. Ditatapnya Jayandra yang punya selera unik juga dalam berpakaian. Berharap mendapat pembelaan. "Jun pura-pura nggak kenal yuk!" Ternyata Jayandra malah lebih parah. Dia menarik Arjuna agak menjauh dari Geca membuat bibir gadis itu manyun. "Lagian lo apa-apaan sih Ca? Mau cosplay jadi minions?" "Ya kan biar totalitas?" Geca menatap pakaiannya sekali lagi. Kepercayaan dirinya yang semula melampaui batas mendadak merosot karena ulah dua teman laki-lakinya itu. "Emang aneh banget apa?" "Ya nggak sih... Tapi kuningnya nyala banget asli. Bikin sakit mata aja liatnya. Ntar di bioskop makin silau gara-gara warna minion dari layar juga kuning." Yugi kembali setelah mengantri membeli tiket dan baru menyadari kehadiran Geca yang sedang manyun karena diledek. Tatapan Yugi langsung terarah pada outfit yang dikenakan Geca hari itu. Tiba-tiba saja lelaki itu tertawa kecil yang bisa dibilang lebih mirip smirk meledek daripada tawa. Hati Geca langsung mencelos. Kepercayaan dirinya terjun bebas hingga menabrak dasar. "Gue beli popcorn dulu." Geca akhirnya memilih beranjak ke court makanan meninggalkan ketiga temannya. Meskipun Geca sudah berteman dengan mereka sejak lama dan mereka sudah cukup dekat, ada kalanya Geca tetap ingin dianggap sebagai perempuan. Meskipun ia sudah terbiasa diledek dengan bercandaan ala cowok oleh teman-temannya, ada masanya Geca juga tersinggung dengan perkataan atau sikap mereka. Anehnya, hari ini Geca tersinggung hanya karena Yugi menertawakannya. Bahkan Geca nyaris lupa ledekan Jayandra dan Arjuna dan hanya senyum miring Yugi yang ia ingat. Rasanya hati Geca seperti diremas. Padahal Yugi tidak mengatakan apapun dan Geca juga sudah biasa dengan sikap cuek hingga mendengar kalimat ketus dari mulut Yugi. Geca tidak mengerti dengan perasaannya sendiri hari ini. Saat mereka tengah menunggu pintu studio dibuka beberapa menit lagi, Yugi menyadari kalau Geca jadi lebih diam dari biasanya. Padahal sejak kemarin gadis itu sangat excited akan rencana mereka hari ini. Gadis itu hanya sesekali bicara dan selebihnya memilih memandangi sekeliling bioskop atau mencemili popcorn yang sudah dibeli. Jayandra dan Arjuna juga tentu saja menyadarinya. Tetapi mereka memilih pura-pura tidak tau karena kalau mereka bertanya suasana akan menjadi lebih canggung. Begitu ada pemberitahuan pintu bioskop dibuka, para pemilik tiket teater dua termasuk Yugi, Geca, Jayandra dan Arjuna pun bergegas masuk. Geca berjalan lebih dulu sambil memeluk popcorn dan menenteng gelas berisi Thai Tea khas XXI favoritenya. Disusul Yugi yang memegang karcis di belakang gadis itu. Yugi mempercepat langkah mengejar Geca yang berjalan mendahului mereka. "Ca, duduknya sebelah sini!" Yugi menarik tali baju overall Geca membuat gadis itu menghentikan langkah dan langsung berbelok sesuai petunjuk Yugi. Posisi duduk mereka adalah: Geca, Yugi, Jayandra lalu Arjuna. Sesuai prediksi, bioskop hampir didominasi oleh anak-anak kecil yang menonton bersama keluarga mereka. Mungkin karena minggu ini adalah minggu liburan sekolah, sebab itu meskipun ini hari weekday, bioskop nyaris penuh. Mood Geca sudah sedikit membaik meskipun belum sepenuhnya. Hal itu dikarenakan ada anak kecil yang duduk persis di depan kursi Geca menunjuk pakaian gadis itu yang mirip minions dan mengatakan Geca adalah minions cantik. Akhirnya lampu bioskop dimatikan dan trailer-trailer film coming soon pun diputar menandakan sebentar lagi film akan segera dimulai. Tiba-tiba Geca merasakan siku Yugi menyentuh siku miliknya membuat Geca menoleh ke arah lelaki itu. Anehnya, Yugi tidak menatap ke arah Geca seolah senggolan tadi memang tidak sengaja. Tetapi entah kenapa Geca menunggu seolah Yugi akan bicara padanya meskipun tatapannya terpaku pada layar. "Lucu kok." Geca mengernyit. Tatapannya terarah pada layar yang masih menampilkan identitas film yang akan mereka tonton hari ini. Memastikan tidak ada yang lucu pada layar. "Apanya?" tanyanya penasaran. "Bajunya." Tatapan Yugi masih terarah pada layar. Sama sekali tidak melirik kepada Geca yang sudah menatapnya penasaran. Seketika bibir Geca menyunggingkan senyum. Yugi mungkin sadar akan ketersinggungan Geca tadi. Karena terbawa perasaan, Geca lupa kalau teman laki-lakinya ini agak berbeda. Cuek dan galak di luar namun sebenarnya diam-diam perhatian. Bukan hanya pada Geca tetapi pada teman-temannya yang lain juga. Hanya dengan menyadari hal tersebut, perasaan Geca jadi jauh lebih baik. Bahkan sisa-sisa kedongkolan seharian ini seolah hilang tanpa jejak. "Bajunya doang nih? Guenya enggak?" tanya Geca iseng. Yugi tidak menjawab tentu saja. Geca lalu menyikut Yugi iseng. Geca juga memang tidak berharap lelaki itu akan menjawabnya. Lalu gadis itu memilih untuk fokus ke layar karena film sudah dimulai. Namun ketika film telah berjalan sekitar lima belas menit. Saat Jayandra dan Arjuna tengah sibuk berebut potongan kentang terakhir, Geca merasakan sikunya kembali disenggol. Kini Yugi menatapnya. Tepat di manik. Entah kenapa tiba-tiba Geca merasa ada yang lain. Entah itu tatapan Yugi atau perasaannya. Geca merasa seolah studio mendadak hening dan tatapannya terpaku pada Yugi. "Lo juga." Setelah mengatakannya, Yugi mengambil gelas minumannya yang ada di dekat sanggahan tangan Geca dan kembali menatap layar seolah dia tidak baru saja mengatakan apapun. Sedangkan Geca masih diam mematung mencoba mencerna. Geca juga tidak bertanya apa maksud Yugi karena jauh dalam lubuk hatinya, Geca tau apa arti kata-kata Yugi tadi. Geca pun buru-buru mengembalikan fokusnya kembali ke layar namun tanpa mereka sadari, sejak hari itu sesuatu di antara mereka telah berubah dan perlahan tumbuh setiap waktunya. Di lain sisi, Jayandra dan Arjuna sibuk menggosok ujung siku mereka satu sama lain. Karena merasa geli. Tidak pernah mereka duga akan melihat sesuatu yang cringe dilakukan dan keluar dari mulut Yugi. Dan dari sanalah mereka pun ikut menyadari bahwa kedua temannya ini memiliki rasa satu sama lain. Dan baik Arjuna atau Jayandra hanya berharap, kedua sahabatnya itu tidak terlambat untuk menyadari perasaan mereka dan terjebak dalam lingkaran setan yang sering mereka sebut, friendzone.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD