Aku semakin tersudut dengan keinginan Mas Galih, wajar dia meminta haknya tapi masalahnya aku bukan Arum dan kami terlarang untuk menyatu dalam hubungan penuh kebohongan ini. Ya Tuhan tolong aku, jangan biarkan aku semakin masuk ke dalam jurang kehancuran.
"Ayo" ajaknya lagi sambil menarik tanganku. Jantungku berdetak tak karuan menahan ketakutan disentuh Mas Galih dan juga takut penyamaranku terbongkar.
"Kamu kenapa sih kayak masih gadis aja hahaha kamu pengen aku gendong ya atau ala ala pengantin baru saat malam pertama?" godanya dengan senyum khas miliknya, andai Mas tau ini lebih menegangkan daripada malam pertamaku dulu dengan Benny.
Bahkan mulutku terkunci untuk mengeluarkan kata penolakan atau mencari alasan agar dia membatalkan keinginannya untuk b******a. Tanganku tak berhenti bergetar dan mulai terasa dingin, peluh memenuhi jidatku.
Ting tong ting tong
Saat Mas Galih ingin membuka pintu kamar tiba-tiba terdengar bunyi bel pintu berbunyi, Mas Galih melepaskan pegangannya sedangkan aku langsung membuang napas tanda bersyukur. Siapapun yang datang adalah penyelamat yang dikirim Arum untuk melepaskan aku dari Mas Galih.
"Mas, ada tamu..." kataku dengan suara bergetar tapi dengan raut wajah senang, Mas Galih melihatku dengan kening berkerut mungkin dia bingung melihat reaksiku yang terlihat senang kedatangan tamu.
"Iya, aku lihat dulu siapa yang datang" ujarnya sambil turun menuju lantai bawah, setelah kepergiannya aku mengurut d**a agar detak jantungku kembali normal. Aku harus mencari jalan keluar dari masalah ini, kali ini aku bisa lolos dari keinginan Mas Galih tapi kedepannya siapa yang tau.
"Makasih kak" ucapku penuh syukur, aku yakin Arum lah yang mengirim tamu untuk menyelamatkanku dari kondisi seperti tadi. Saat jantungku kembali berdetak dengan normal, aku pun ikut turun untuk melihat siapa tamu yang datang dan menjadi penyelamatku kali ini, aku harus berterima kasih atas bantuannya.
"Mas.... Siapa tamu yang da....tang" aku menutup mulut saat melihat 2 orang yang tidak asing sedang menatapku dengan dingin, ya siapa lagi kalo bukan kedua orangtua Mas Galih. Ujian terberat satu persatu bermunculan, ujian pertama menghindar dari usaha Mas Galih menyentuhku dan ujian kedua meluluhkan hati kedua orang tua Mas Galih agar bisa menerimaku sebagai menantunya... ah salah maksudku menerima Arum sebagai menantunya.
"Mama dan Papa kenapa datang nggak ngabarin aku dulu, aku bisa suruh supir menjemput di bandara" tanya Mas Galih yang sepertinya tidak terlalu suka kedua orangtuanya datang, mungkin dia tau bagaimana perlakuan mereka terhadap Arum.
"Buat apa repotin kamu, lagian kamu pasti sibuk dengan istrimu dan mungkin tidak bakal ada waktu buat jemput kami, kami nggak mau supir yang menjemput... ya kan Pa" balas Mama dengan nada penuh sindiran, aku mendengar suara helaan napas dari Mas Galih.
"Masuk dulu, mbak tolong bawa tas ibu saya ke kamar tamu" perintah Mas Galih kepada pelayan yang sudah menunggu dengan rapi di sampingnya.
"Dua kamar mbak" ujar Mama dengan nada angkuh.
"Loh kok dua, kalian pisah ranjang?" tanyaku tanpa sadar, Mama semakin melihatku dengan tatapan tidak suka, aku tau kesalahanku dan memilih menutup mulutku yang tak tau diri ini.
"Arum bertanya Ma, wajar dia bertanya seperti itu... kalian lagi pisah ranjang?" tanya Mas Galih membelaku, Mama sepertinya semakin tidak suka dan memutar tubuhnya kearah pintu masuk.
"Arabella sayang ayo masuk" panggilnya dengan nada lembut dan penuh kasih sayang, siapa Arabella? tidak mungkin wanita itu anak mereka karena setauku Mas Galih satu-satunya anak kandung mereka.
"Galih, ini Arabella panggil aja Ara... dia anaknya sahabat Mama, mau liburan di Indonesia dan Mama pikir kasihan membiarkan gadis secantik dia menginap sendirian di hotel, jadi lebih baik Ara menginap disini, sekalian kalian bisa belajar lebih dekat" radar bahaya tercium dihidungku saat mendengar ucapan Mama, aku tau niat wanita itu bukan hanya untuk berlibur saja tapi aku yakin dia dibawa ke rumah ini untuk menggoda Mas Galih dan membuat hubungan Arum dengan Mas Galih rusak, ini tidak bisa dibiarkan.
"Ara, nice to meet you... kamu terlihat tampan dibandingkan foto yang diperlihatkan aunty Rita" wanita bernama Arabella itu menjulurkan tangannya, aku sedikit jijik mendengar ucapan gadis manja dan centil itu, ckckkc apa dia tidak dengar Mas Galih sudah punya istri dan masih berani berniat menggodanya.
Aku mendekati Mas Galih dan memeluk pinggangnya tepat didepan wanita culas itu dan membalas uluran tangannya "Senang berkenalan dengan kamu Ara, saya Arum... istri sahnya Mas Galih... selamat datang di Indonesia, kalo perlu sesuatu bisa minta tolong pelayan atau kerjakan sendiri" kataku memperjelas kalau Mas Galih sudah mempunyai istri dan dia membatalkan niatnya untuk menggoda Mas Galih.
"Okey" jawabnya dengan nada angkuh sambil melihatku dari atas sampai kebawah setelah itu dia tersenyum sinis, "aunty, Ara lelah mau istirahat dulu... Mas Galih pokoknya Ara senang bisa kenalan sama Mas, besok kita bincang-bincang lagi ya..." dia mendekati Mas Galih dan berbisik entah apa, aku semakin mengeratkan pelukanku di pinggang Mas Galih. Bukannya salah tingkah yang ada Mas Galih malah tersenyum setelah Ara pergi menuju kamarnya.
"Tolong perlakukan Ara dengan baik, dia bukan saja tamu tapi dia itu calon... ya sudah buat apa juga saya memberitahu kamu, Galih Mama dan Papa istirahat dulu selamat malam" Mama melewatiku begitu saja dan dari kata-katanya aku yakin dia menginginkan Ara sebagai istri barunya Mas Galih dan aku harus waspada wanita seperti Ara akan melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.
Setelah kedua orang tua Mas Galih pergi aku langsung melepaskan peganganku dipinggangnya, dan meninggalkan Mas Galih begitu saja, aku tidak peduli dia memanggilku. Aku kesal sepertinya dia juga tertarik dengan Ara makanya tadi dia tersenyum saat wanita itu berbisik ditelinganya.
Aku kemudian masuk ke dalam kamar dan langsung menyelimuti seluruh tubuhku dengan selimut, sekarang bertambah lagi ujian selama aku menjadi Arum, yaitu menjauhi Ara dari Mas Galih.
Tak lama aku merasakan tangan Mas Galih memelukku dan meletakkan kepalaku di dadanya "Aku nggk tertarik dengan Ara sedikitpun, jangan cemburu nggak jelas ah... kamu taukan aku cintanya cuma sama kamu seorang" ckkckck dasar lelaki tukang gombal, tadi aja senyum-senyum nggak jelas.
"Bohong banget, kalo nggak tertarik kenapa tadi tertawa genit" tanyaku dengan nada sedikit marah, ya aku harus marah karena aku tidak mau Mas Galih tertarik dengan wanita lain selain Arum.
"Tadi dia bilang hal lucu ya aku tertawa dong, masa aku nangis" katanya dengan santai, lalu dia mencium keningku dengan lembut "dia bilang aku punya istri galak juga ternyata, sangat berbeda dengan apa yang diceritakan Mama" sambungnya, aku mendengus kesal, Arum dulu boleh terlihat lemah tapi tidak dengan Arum yang aku perankan, aku akan menjaga milik Arum sampai kapanpun.
"Syukurlah dia tau diri untuk tidak coba-coba mengganggu rumah tangga kita, atau dia akan langsung berhadapan dengan aku... Mas nggak taukan kalo istri sudah sakit hati dan merasa terancam, hal gila pun akan aku lakukan untuk menjaga milik aku"kataku dengan yakin.
"Wah kamu mulai berani ya semenjak melahirkan si kembar, aku suka dengan keberanian kamu tapi hati-hati Ara bukan wanita sembarangan, dia punya pengaruh besar dalam hidup Mama dan aku nggak mau nanti hubungan kamu dan Mama semakin memburuk, aku bersyukur masih ada Papa yang menerima kamu sebagai istri aku" ujarnya sambil memelukku dengan erat, andai Mas tau Papa lebih parah daripada Mama dan sepertinya Papa terlalu pandai menunjukkan acting palsu di depan Mas Galih.
"Aku akan membuat mereka menerima aku dan aku akan melakukan apa saja agar keluarga ini baik-baik saja termasuk menyingkirkan Ara dari rumah ini, aku nggak suka ada gadis centil hanya memakai tank top dan hotpant tinggal satu rumah dengan kita, Mas tetaplah laki-laki kalo ada wanita cantik dan muda jalan setengah t*******g pasti suatu saat tergoda juga" ujarku menyindirnya.
"Ya, bisa jadi tergoda apalagi kalo istri aku suka banget jual mahal... jangan kira karena tamu datang kamu bisa lolos malam ini..." katanya dengan senyum manis nan menggoda plus m***m yang ditunjukkannya kepadaku, s**l!!!! Aku kira dia bakal lupa dengan urusan ranjang, ya Tuhan ampuni aku!!!.
****
Suasana sarapan sedikit kaku, Mas Galih sibuk dengan Koran paginya sedangkan Mama dan Papa sibuk dengan sarapannya sedangkan Ara belum turun dari kamarnya, dasar gadis pemalas.
"Morning Aunty, Uncle, Mas Galih" sapa Ara dari belakang, aku melihatnya duduk disamping Mama dan yang membuat aku memelototkan mata dia hanya mengenakan baju tidur super duper transparan.
"Mas sarapan apa?" tanyaku, Mas Galih melipat korannya dan sedikitpun tidak menjawab pertanyaanku, dia mengambil roti sendiri dan mengoleskan selai juga sendiri.
"Mas, suka minum s**u apa jus jeruk" tawar Ara seakan dia pemilik rumah ini.
"s**u" balas Mas Galih, aku tertawa miris melihat reaksinya. Oke aku salah tadi malam tapi nggak kayak gini juga membalasku dengan membuatku panas dengan interaksinya dengan Ara.
"Wah bagus dong ya kalo Mas suka s**u, aku bisa berikan s**u terbaik di dunia... ya kan Aunty?" ujarnya dengan manja sambil merangkul tangan Mama, aku tau dia menyindirku tapi ya sudahlah aku sedang tidak mood untuk membalasnya, aku meninggalkan meja makan tanpa menyentuh makananku sedikitpun.
"Nah gitu dong, nafsu makan Mama langsung muncul" aku menghela napas, bahkan aku tidak melihat usaha Mas Galih membelaku, dia masih diam duduk bahkan menikmati sarapannya, tanpa sadar aku menitikkan air mata, baru sehari diperlakukan buruk saja aku sudah sesedih ini bagaimana dengan Arum yang hingga ajal menjemputnya tak sekalipun dia mendapat perlakuan baik dari mertuanya.
"Kamu terlalu larut dalam peran kamu, Arimbi... aku ingatkan cukup tadi malam kamu melakukan hal bodoh atau semuanya bakal terbongkar, Tuan Galih tidak bodoh bisa saja dia seperti itu karena tau wanita yang tidur dengannya bukanlah Arum yang asli" aku melihat Zaka berdiri dibelakangku, bulu kudukku berdiri darimana Zaka tau kejadian tadi malam. Aku berlari masuk ke dalam kamar dan tak lupa mengunci pintu dari dalam, ada sesuatu yang disembunyikan Zaka di kamar ini tapi apa???
****
Tbc