Soni menatapku dan wanita tua itu bergantian. "Jadi kalian sudah saling kenal?" tanyanya dengan nada bingung. "Ah, tentu saja. Nak Sani ini adalah teman dekatnya Abangmu, Son." "Elo kenal dengan Bang Agung, San?" Makin bingung tuh si Soni. "Iya, beliau tetangga gue, Son." Aku beralih menatap Bu Tini yang tak pernah lepas dari senyum itu, "Senang bisa bertemu lagi dengan Anda, Bu." "Tentu sayang, tentu. Ibu juga sama. Tidak menyangka ya, bisa bertemu lagi. Oh ya, sampai lupa, mari duduk dulu!" Bu Tini menuntunku untuk duduk di kursi depan rumahnya. "Tante, jadi Sani butuh kontrakan buat dia tinggal. Aku lihat salah satu kontrakan Tante kemarin ada yang kosong?" "Iya, benar. Biasa lah, tunggakan macet. Padahal udah dibilangin gak apa-apa, tapi dia bilang udah gak kuat bayar karena