[Warning 21+++] Jia menahan napas saat Seojun menindih tubuhnya, wajahnya masih setengah merah, setengah geli. “Umm …,” bisiknya pelan, “hari ini … kayaknya aku nggak bisa …” Tatapannya penuh makna, sedikit malu, tapi juga jujur. Seojun berhenti sejenak, ekspresinya berubah lebih lembut. “Kenapa?” tanyanya, suaranya pelan, penuh perhatian. Jia membuang pandang, lalu berbisik makin lirih, “Aku lagi masa subur. Takut, nanti … ya, you know …” Pipinya makin memerah, matanya berkedip malu-malu. Seojun mengangguk, dan untuk sesaat ia benar-benar menghormati kekhawatiran itu. Tapi Jia, yang kini matanya tak sengaja menatap ke bawah, melihat ‘s3njata’ Seojun sudah menonjol jelas di balik celananya. Ada campuran geli, gemas, dan sedikit kasihan di wajahnya. Jia tersenyum kecil, menggoda. “Tapi

