[Warning 21+++]
Malam mulai menebal, suhu turun, dan langit pegunungan menaburkan bintang seperti permata di atas kepala. Di tengah riuh rendah tawa dan obrolan di sekitar api unggun, Stella nyaris tak sadar saat Lucien menarik pergelangan tangannya, membawanya ke salah satu tenda kosong di sisi lapangan.
Begitu ritsleting tertutup, suasana langsung berbeda. Redup, hangat, dan serba intim. Cahaya lampu kecil memantul di mata Lucien, memantulkan senyum nakal yang sudah menunggu momen ini dari tadi.
“Aku udah wangi,” gumam Lucien, mendekat dengan suara rendah penuh goda. “Dan aku juga udah nahan h4srat ini dari tadi, Navarre.”
Stella menahan senyum, bahunya sedikit menegang tapi matanya membalas, penuh tantangan. Tapi sebelum ia sempat berkata apa-apa, Lucien sudah menunduk, bibirnya men
