Lucien masih berdiri di tempatnya. Tangannya tergantung hampa di udara, telapak terbuka, seolah ia baru saja menyerahkan seluruh hatinya tanpa ada garansi apakah akan ditolak atau diterima.
Stella tak langsung menjawab. Tapi kali ini, dia juga tidak berpaling atau mundur seperti biasanya. Sebaliknya, wanita itu menatap Lucien dalam-dalam, matanya yang tajam menyimpan seribu rahasia, ribuan alasan mengapa ini seharusnya tidak terjadi tapi hari ini, ia tidak lagi peduli pada logika dan strategi yang selama ini membelenggu mereka.
Tanpa sepatah kata pun, Stella melangkah maju. Hanya satu langkah pendek, tapi dengan ketegasan yang menghapus seluruh jarak, seluruh alasan, seluruh nama belakang yang pernah menjadi dinding tebal antara mereka berdua.
Mata mereka bertemu lebih dekat dari sebelu
