3 : Pertemuan Kembali

1382 Words
Seorang pria menggeliat diatas sebuah ranjang hotel big size, tubuhnya tertutup selimut putih hotel hingga d**a. Ia membuka matanya dan menatap langit langit kamar mengingat ingat kenapa ia bisa ada di hotel tersebut, saat ia sudah ingat ia segera menoleh ke sisi ranjang sebelahnya tapi sisi ranjang itu kosong. Pria itu segera terduduk. Ia membuka selimutny dan mendapati dirinya tidak memakai selembar benangpun. Pria itu memejamkan mata mengingat apa yang terjadi semalam hingga ia bisa sampai ada dalam hotel tersebut. “Pak Arsen, apakah perlu saya temani?” “Tidak perlu, biar aku sendiri.” “Tapi kalau anda mabuk bagaimana?” “Aku tidak akan mabuk. Kamu pulang saja naik taksi, aku bisa pulang sendiri,” ucap pria bernama Arsen kepada driver sekaligus asistennya. Mereka sedang berada di area parkir sebuah night club dimana Arsen biasa datang saat ada sedikit masalah pekerjaan, ia luapkan semuanya dengan minum minuman keras walau tidak sampai mabuk. Tapi kali ini, ia tidak hanya memiliki sedikit masalah, tapi masalah besar. Istrinya menghinatinya dan berselingkuh dengan relasi bisnisnya, bahkan istrinya berani menggugat cerai demi ingin menikah denga pria itu. Arsen tak membayangkan pernikahan puluhan tahun bisa hancur seketika, ia frustasi karena istrinya lebih memilih berpisah dari pada mempertahankan rumah tangga padahal mereka sudah memiliki dua anak. Setelah kepergian asistennya, Arsen segera keluar dari mobil, melintasi area parkir dan akan masuk ke dalam night club tapi tiba tiba seseorang menubruk tubuhnya dan seperti dia mabuk, untungnya Arsen menangkap tubuh orang itu sebelum dia terjerembab. Bau minuman cukup kuat keluar dari mulut orang tersebut, Arsen menatap orang tersebut. “Gadis muda? Sudah berani mabuk dan pingsan?” Arsen mengedarkan pandangannya ke penjuru area parkir siapa tahu gadis itu bersama orang lain tapi aea parkir sepi tidak ada siapapun selain dirinya. “Ck… bagaimana ini?” gumam Arsen, ia mau minum untuk menghilangkan rasa stress dalam dirinya malah bertemu gadis mabuk yang pingsan. Arsen berpikir sejenak, tidak mungkin ia masuk dan meninggalkan gadis itu begitu saja. Arsen kemudian membawa gadis it uke mobilnya. ~~~ ~~~ Arsen membaringkan tubuh gadis itu yang adalah Zahira diatas ranjang hotel, ia akan pergi meninggalkan kamar hotel saat kemudian Zahira bangun dan meracau. “Kamu jahat tahu nggak…” Zahira berdiri dan mendekati Arsen yang berdiri tak jauh dari ranjang, Arsen berbalik dan menatap Zahira bingung. Arsen baru bertemu gadis itu tapi ia seperti sudah mengenalnya lama. “Kenapa kamu melakukan ini sama aku?” Zahira memukul d**a Arsen, Arsen hanya menatap Zahira dengan tatapan bingung. “Aku…kamu…” Arsen tidak melanjutkan ucapannya karena tahu gadis itu dalam pengaruh minuman beralkohol. “Sebaiknya kamu istirahat dan menenangkan diri kamu,” ucap Arsen mencoba membawa Zahira ke ranjang tapi Zahira malah memeluk Arsen dengan erat membuat Arsen terkejut, tubuhnya terkesiap tak menyangka mendapatkan perlakukan seperti itu. Arsen memejamkan matanya, menahan gejolak dalam dirinya, ia pria normal, dan sudah sangat lama pula tidak melakukan hubungan intim dengan istrinya yang ternyata sudah menghianatinya. Arsen menahan jangan sampai ia melakukan hal buruk pada gadis yang baru ia temui itu, ia juga punya anak gadis usia belasan dan tidak ingin karma berlaku. Arsen berusaha mengurai pelukan Zahira tapi Zahira semakin erat memeluk Arsen, jantung Arsen sudah berdebar tak menentu. Bayangkan saja, ia bersama seorang gadis dalam kamar berdua saja, apalagi gadis itu mabuk. Tiba tiba Zahira terisak membuat Arsen bingung, Zahira menjauhkan diri dari Arsen dan menatapnya, demikian juga Arsen. Arsen tidak bisa gadis itu sedih. “Are you okay?” tanya Arsen. Zahira terduduk di lantai, ia menangis sedih, suara tangisnya terdengar pilu. Arsen berlutut di depan Zahira, menatap gadis itu, ia mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Zahira. Walau dalam keadaan berantakan dan menangis, mata Zahira terlihat indah dimata Arsen. Entah apa yang terjadi, Arsen kemudian memegang kedua lengan Zahira dan membawanya berdiri, menatap intens Zahira, membelai wajah gadis itu. Arsen kemudian mendekatkan wajahnya pada Zahira dan sepersekian detik kemudian, bibir mereka bertemu dan tidak ada batas. Bibir Arsen bergerak perlahan mencecap dan memagut bibir Zahira, Zahira kemudian membalas ciuman Arsen, Arsen melumat bibir Zahira atas dan bawah bergantian. Zahira melenguh saat Arsen menggigit lembut bibirnya, tangan Arsen bergerilya membuka kemeja Zahira, membelai punggung mulus gadis itu dengan tetap saling memagut bibir. Arsen membopong tubuh Zahira dan meletakkannya diatas ranjang ber sprei putih hotel, matanya berkabut, dan tidak bisa menahan hasratnya yang menggebu. Zahira yang masih setengah sadar hanya mendesah dan melenguh membuat Hasrat Arsen semakin naik, Arsen melepas kait bra Zahira yang berwarna pink dan melemparkannya begitu saja dan membenamkan wajahnya diantara d**a Zahira. Arsen kemudian mengecupi leher Zahira yang putih, kemudian turun ke bahu dan berakhir di p******a, Arsen menghisap ujung p******a Zahira hingga Zahira melenguh dan menggelinjang. Setelah puas bermain dengan tubuh bagian atas, Arsen kemudian melepaskan celananya juga celana Zahira hingga kejadian itu berlanjut dan Zahira kehilangan kegadisannya. “Ya Tuhan… apa yang sudah aku lakukan?” Arsen mengacak rambutnya frustasi, ia benar benar sudah lupa diri dan melakukan hubungan intim dengan gadis yang sedang mabuk. Arsen merasa sudah menjadi pria b******k yang memanfaatkan keadaan gadis itu yang mabuk. Arsen memijit pelipisnya, ia bingung apa yang harus ia lakukan, apalagi gadis itu sudah pergi. Arsen menyibak selimut dan akan ke kamar mandi tapi tak sengaja ia melihat sebuah bercak merah darah diatas ranjang, ia mendelik. “Ya Tuhan… itu… darah keperawanan? Dia masih perawan? Pantas saja, sangat sulit menembus dinding miss V nya. Astaga Arsen… apa yang sudah kamu lakukan, kamu melakukan kesalahan besar.” Arsen masih termenung, ia menghela napas dalam kemudian beranjak dari ranjang, memungut pakaiannya yang berserakan dan masuk dalam kamar mandi. Ia mandi di bawah shower, Arsen memikirkan bagaimana keadaan gadis yang sudah ia hancurkan hidupnya, ia rampas kegadisannya karena Hasrat lelakinya yang tak terbendung karena terlalu lama haus belaian. Gadis itu pasti hancur, sedih dan merasa tak berharga karena kehilangan kesuciannya. Arsen sangat mersa bersalah tapi ia tidak tahu siapa gadis itu dan dimana tempat ia tinggal, Arsen berniat menemuinya untuk minta maaf atau mungkin jika dia menuntut tanggung jawab, Arsen akan melakukannya karena itu adalah kesalahannya dan ia harus bertanggung jawab. Arsen keluar dari kamar mandi dengan memakai bathrobe, ia sedikit terkejut karena ia melihat room service sedang membersihkan kamar. “Pak Arsen… maaf saya pikir kamar ini kosong, ternyata bapak menginap disini malam tadi,” ucap room service wanita yang berusia tiga puluhan. “Iya, saya semalam tidur disini, kamu yang biasanya membersihkan kamar ini?” “Iya pak, karena kamar ini khusus ditempati pak Arsen dan tidak disewakan untuk tamu lain, jadi hanya saya saja yang bertugas membersihkannya.” “Lanjutkan saja pekerjaan kamu,” Arsen kemudian berjalan menuju sebuah pintu lain yang ada dalam kamar tersebut, yaitu ruang wardrobe, ia memang sering menginap di hotel De Kirana yang adalah miliknya. Mempersiapkan ruangan khusus untuk ia tempati jika ia tidak pulang dan mengharuskan menginap. Kamar hotel itu memiliki beberapa ruang khusus, ada ruang wardrobe dan ruang kerja Arsen. Juga fasilitas lain seperti minibar, sofa set dan lemari es. Arsen keluar sudah memakai pakaian kerja rapi, kemeja warna navy dan celana bahan hitam, tak lupa sepatu kulit warna hitam. Arsen kemudian masuk dalam ruang kerjanya dan duduk di kursi kebesarannya, beberapa menit kemudian pintu ruang kerja terbuka, ia melihat asistennya, Chiko berjalan masuk dalam ruang kerja Arsen. Chiko memang memiliki kartu akses kamar khusus Arsen tersebut, Chiko duduk di hadapan Arsen. “Bos jadi minum semalam? Bos terlihat tidak mabuk, terlihat segar malah.” Arsen terdiam mendengar pertanyaan Chiko, memang benar Arsen tidak minum dan malah.... "Tidak...aku tidak minum, agenda kita apa hari ini?" "Meeting dengan direksi beberapa cabang." "Disini kan?" "Iya Pak, meeting room sudah disiapkan, meeting jam sepuluh." Arsen melihat jam tangannya, masih jam delapan. "Lebih baik Pak Arsen sarapan pagi dulu." "Baiklah, ayo ke restoran hotel." Arsen berdiri dan berjalan keluar dari ruang kerja, mengambil ponselnya di meja nakas dan keluar dari kamar hotel. Chiko mengikuti langkah Arsen dengan membawa tas kerja Arsen dan beberapa berkas di tangannya. mereka berjalan menyusuri lorong hotel menuju lift untuk turun ke lobby dan menuju restoran hotel. saat berjalan keluar dari lift Arsen melihat sekelebat sosok yang familiar. ia menghentikan langkahnya menatap punggung sosok yang masuk dalam administration office hotel. "bukankah dia..." "ada apa pak Arsen..." "Bukan apa apa, mungkin aku salah lihat," kilah Arsen yang yakin jika sosok yang ia lihat adalah gadis yang bersamanya semalam. Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD