#PART 2 > DIPERMALUKAN (21+)<

1206 Words
"Nak ... Ayah sangat mencintaimu! Berbahagialah, Nak. Juna pasti sangat bahagia bisa mendapatkan istri secantik dirimu," Baskoro dengan menggerakkan kursi rodanya berusaha maju memeluk Bunga. Putrinya nampak cantik memakai kebaya putih bekas ibunya. "Ayah ... Bunga akan segera meninggalkan, Ayah. Makan yang rajin dan masalah keuangan! Ayah tenang saja! Bunga akan kirim setiap bulan untuk, Ayah." "Nak, jangan pikirkan soal ayah, ayah masih bisa bekerja dengan bantuan Santos." "Ayah ... Ayah istirahat saja! Bunga akan kerja di kota dan uangnya untuk membiayai kebutuhan sehari-hari ayah, Santos dan Aira. Juan sudah menyetujuinya." "Aira, menurut apa kata ayah! Jangan bekerja jika Juan melarangnya, Surga istri ada pada suami, Nak. Patuhlah padanya dan jangan membantah," Baskoro tidak mau Bunga berselisih paham dengan suaminya jika masih membiayai dia dan juga adik-adiknya. "Tenang saja, Ayah. Bunga akan baik-baik saja," yakin Bunga berusaha menenangkan hati ayahnya. Bunga tidak mau membuatnya ayahnya tambah beban hingga sakitnya kumat lagi seperti hari-hari sebelumnya. Setelah Bunga berjalan menuju tempat akad pernikahan, Baskoro mendekati foto istrinya dan mengecupnya sangat lama. "Sayang, lihatlah! Tugasku sudah selesai, Putri kita akan segera menikah dan berangkat ke kota bersama suaminya, Kau pasti bahagia melihat kita bertiga dari surga kan, Sayang? Tunggu aku, ya! Setelah anak kita semua menikah! Kita akan bahagia tinggal di alam baka bersama-sama. Untuk saat ini ... Aku harus menjalankan tugasku dulu, Sayang. Melindungi mereka berdua dan membahagiakannya, Bunga dan Santos." "Ayah," panggil Santos, anak terkecilnya memangil Baskoro. "Iya, Nak." "Kakak akan menikah, kenapa ayah terlihat sedih? Ayah seharusnya bahagia!" ucapnya mengagetkan naluri Baskoro. Benar yang dikatakan anak itu! Seharusnya dia bahagia tapi entah kenapa perasaannya tidak enak sejak kamaren, bahkan Ibunya Bunga juga sering datang dalam mimpi tapi tanpa mengatakan apa-apa dan hanya menunjukkan ekspresi sedih saja! Apa akan terjadi sesuatu?! Berbagai pertanyaan buruk hinggap di pikiran Baskoro tapi pria itu berusaha menepisnya, mungkin itu hanya naluri seorang Ayah yang akan ditinggalkan anaknya pergi ke kota ikut suaminya, itulah yang Baskoro tanamkan dalam hatinya, tidak mau berpikiran buruk. "Ayah tidak sedih, Nak. Hanya merasa terharu saja, ayo! Kita ke tempat akad kakakmu! Para tamu dan saksi sudah berkumpul, Nak. Lagi pula ini bukan pernikahan besar-besaran, hanya satu hari saja dan sorenya langsung pergi ke kota ikut suaminya! Kau harus pintar ya, Santos!" nasehat Baskoro pada putra kecilnya. "Iya, Ayah. Santos akan berusaha jadi pria baik-baik." "Anak pintar." ****** Pernikahan berlangsung sangat meriah, meski tidak besar-besaran yang namanya di desa pesta seperti itu sudah bisa dikatakan mewah. Para tamu berkumpul siap menyaksikan ijab qobul antara Bunga dengan Juan. Sementara keluarga besar Juan dari kota belum berdatangan karna jauhnya jarak antara Kalimantan Selatan dan Jakarta. Ya! Bunga tinggal di desa Siayuh atau lebih tepatnya di pedalaman Kalimantan, tepatnya Kalimantan Selatan. Di sana terdapat desa bernama Desa Siayuh, Desa Siayuh merupakan desa terpencil, Siayuh adalah desa yang merupakan wilayah Kabupaten Kotabaru Kecamatan Kelumpang Barat tentunya Provinsi Kalimantan Barat namun letaknya berbeda pulau. Butuh satu sampai dua jam perjalanan laut dari Kotabaru, namun apabila melalui jalur darat, bisa melalui Banjarmasin (Ibukota Kalimantan Selatan) dari Banjarmasin enam jam menuju Batulicin, kemudian dari Batulicin ke Bungkukan tiga jam, dari Desa Bungkukan ke Desa Siayuh ke tempat Bunga tinggal, kurang lebih satu jam menggunakan mobil dalam kondisi jalan tidak beraspal dan penuh dengan batu. Desa Siayuh tempat Bunga tinggal juga apa-apa sangatlah susah, berbeda dengan di kota yang apa-apa selalu ada. Air bersih, jalan aspal, fasilitas kesehatan, tempat hiburan, apalagi mall-mall sudah dipastikan tidak ada. "Apakah acaranya bisa kita mulai, Pak Baskoro?" tanya Pak Penghulu pada Bapaknya Bunga, ramah. "Bisa, Pak. Silahkan," ucap Pak Baskoro menahan rasa haru yang sebentar lagi mungkin akan membuat matanya basah. Dia duduk di kursi roda dipandangi beberapa tamu tapi tidak malu. Baginya Bunga adalah prioritas utama. "Baiklah! Bismillah--" "TUNGGU!!" teriakan Ibu Mirna mengagetkan para tamu. "HENTIKAN PERNIKAHAN INI!!" bentaknya lebih lantang lagi dengan bengis menatap Bunga. "A-ada apa, Bu Mirna?! Apa ada masalah?!" seru Pak Baskoro, entah kenapa tidak enak perasaannya. "DASAR WANITA HINA!! SUKANYA SELINGKUH DENGAN SUAMI ORANG!!" ucapan Mirna sontak mengagetkan warga setempat. PLAAKKK!! Dengan kasar Mirna menampar Bunga. "Kau yang tadi malam selingkuh dengan suamiku, bukan?! Sekarang enak-enaknya menikah dengan seseorang!! Kaya lagi!! Apa kau serakah akan harta?! Tidak cukup hanya dari suamiku saja?! Tiap hari kau memerasnya dan sekarang!! Takkan kubiarkan kau memanfaatkan pria lain!! Juan adalah orang kaya!! Wanita hina sepertimu tidak pantas jadi istrinya!!" "Tapi, Bu Mirna!! Aku tidak pernah berseling--" PLAAKK!! "DIAM!! APA KAU MEMERLUKAN BUKTI?! LIHAT!! BAPAK IBU SEMUA!! LIHAT!! TADI MALAM AKU SENGAJA MEREKAMNYA AGAR DIA TIDAK BISA CARI ALASAN LAGI!! LIHAT!!" amarah Mirna menghentikan ucapan Bunga dan menunjukkan rekaman suaminya masuk ke kamar Bunga pada semua orang!! Apalagi pas Bunga dan suaminya sama-sama telanjang!! Para warga murka hingga menatap wajah Bunga saja merasa jijik. Anehnya! Tidak ada suara dalam video tersebut. "Juan!! Aku tidak melakukan itu!! Kau percaya padaku, kan?!" panik Bunga, memegangi tangan calon suaminya. "Kau jangan membuat onar, Bu Mirna!! Sebaiknya cepat pergi dari sini!!" marah Juan, pura-pura membela Bunga, padahal semua ini adalah rencananya. "Kau ini bodoh atau apa?! Lihat baik-baik!!" Mirna meminta pada salah satu warga menunjukkan ponselnya pada Juan. "Maaf, Pak Juan. Ini benar video Bunga, tidak direkayasa? Saya sangat ahli masalah video seperti ini," ucapnya membuat Juan marah dan dengan sengaja menampar pipi Bunga. "Dasar hina!! Aku mencintaimu dan inikah balasanmu?! Hah!!" marah Juan membuat Aira di sudut ruangan tersenyum menatap kekasihnya. Bunga tidak percaya dengan kejadian yang menimpanya, tadinya mau mengadu pada Juan tapi tidak ada waktu, pemerkosaan itu terjadi hampir pagi dan setelah pagi tiba, Bunga langsung siap-siap dirias tukang make up pengantin karna akad akan dilakukan pagi sekitar pukul delapan. "Juan! Aku tidak selingkuh! Pria itu yang--" "DIAM!! MANA ADA MALING NGAKU!!" Mirna lagi-lagi memotong ucapan Bunga. "Tidak!! Kakakku tidak bersalah! Pasti suamimu lah yang bersalah, Bu Mirna!" Aira tiba-tiba mendekat membela Bunga tapi Mirna menyanggah ucapannya. "Tidak bersalah?! Dasar bodoh!! Dulu orangtuanya merebut tempat tinggalmu dan sekarang kau masih membela kakak tidak tahu malu ini?!" Mirna mengejek Aira. "Diam!! Aku dan istriku tidak merebut tempat tinggal orangtuanya Aira tapi membelinya!! Kau tidak tahu apa-apa sebaiknya diam saja, Bu Mirna," Baskoro dengan gemetar membela putrinya. "Tidak tahu apa-apa?! Kau menyebabkan orangtua Aira kecelakaan dan setelah mereka berdua meninggal! Kau alih-alih mengurusi anaknya dan membeli rumahnya?! Dasar tidak tahu malu!! Siapa tahu kau yang menyebabkan kecelakaan kedua manusia tidak beruntung itu!!" Mirna semakin menjadi-jadi atas perintah dari Juan. "Astaga!! Kami tidak percaya jika kau sepicik itu, Pak Baskoro!!" salah satu warga mulai tersulut amarahnya. "Ya! Dasar tidak bermoral!! Putrinya menjual tampang sementara ayahnya pembunuh orangtuanya Aira!! Pantas saja cacat!! Tuhan membalas karmanya!!" warga yang satunya ikutan marah diikuti warga lain. "Kakakku tidak bersalah," Aira meneteskan airmata, sementara Santos diam saja ketakutan melihat kakak dan ayahnya dipermalukan. "IBU-IBU!! BAPAK-BAPAK!! TAHU, KAN?! APA HUKUMAN BUAT WANITA YANG TIDAK TAHU MALU?!" Mirna sengaja memancing amarah warga agar segera memberi hukuman buat Bunga. "TAHUUUU!!" jawab para warga, serempak mendukung Bu Mirna. "APA BAPAK-BAPAK?! IBU-IBU?!" Mirna bertanya lagi tersenyum menang menatap Bunga. Bunga hanya diam saja takut membuat ayahnya sakit lagi, dia berusaha kabur tapi segera dijambak oleh warga. "Tentu saja ditelanjangi di depan semua orang, Ibu Mirna!! Mari buat gadis tidak tahu malu ini jera!!" warga mulai melepaskan semua baju Bunga sementara Aira tersenyum senang menatap Juan. Sungguh dua manusia yang rusak moralnya. TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD