Tempat makan itu, meskipun kaki lima tapi tampak luas dan sudah hampir penuh. Ada beberapa meja panjang yang berjejer rapi dengan deretan tempat sambal dan tempat minum. Carina dan Syaquilla berjalan menuju sudut yang masih kosong, sementara Caliana mengikuti di belakang mereka dan Adskhan di belakangnya.
Mereka duduk berhadapan di sebuah meja panjang yang bisa diisi 5-6 orang perbangku nya. Caliana menyerahkan selembar kertas yang sudah dilaminating ke arah Adskhan. Kertas yang berisi menu beserta harga makanan disana. Ia mengerutkan keningnya, bingung dengan apa yang akan dipesannya sementara Carina dan Syaquilla sudah anteng dengan telunjuk mereka di atas kertas, merundingkan makanan yang hendak mereka makan.
“Udah siap pesen?” pertanyaan Caliana membua Adskhan seketika mendongakkan kepala. Tapi ternyata wajah gadis itu malah mengarah pada kedua remaja yang duduk di sampingnya. Kedua remaja itu tampak mengangguk dengan antusias. Bahkan tanpa diminta Carina meraih kertas nota dan bolpoin lantas menulis disana.
“Itan mau pesan apa?” Tanya Carina setelah ia selesai dengan pilihannya.
"Itan mau bebek goreng sama tumis kangkung. Minumnya es jeruk." Jawab Caliana dan menggeser menu yang sudah tak digunakannya pada pengunjung yang baru saja datang dan duduk di meja yang sama dengan mereka.
"Om mau pesan apa?" Carina, Syaquilla dan Caliana mendongak menatap sosok ber jas di hadapannya.
"Yang enak aja." Jawab Adskhan datar. Karena sebenarnya ia tidak tahu apa yang harus dia pesan.
"Ya udah, samain sama Itan aja ya." Ucap Carina yang dijawab anggukan Adskhan. Gadis itu kembali menulis di nota. "Supirnya om? Mau dibungkusin juga atau makan disini?" lanjut gadis itu. Adskhan mengerutkan kening. Bingung. Untuk pertama kalinya dia harus memikirkan menu apa yang harus dimakan oleh supirnya. Padahal ia sendiri tidak tahu apakah supirnya sudah makan malam atau belum. Ia bahkan sebenarnya tidak suka jika ada aroma makanan di dalam mobilnya.
"Bungkus aja Rin.” Jawab Syaquilla dengan bisikan pelan kepada sahabatnya.
“Menunya?” Carina balas berbisik.
“Apa aja yang enak.” Jawab Syaquilla lagi. Carina hanya mengangguk dan kemudian menulis sesuatu di atas nota sebelum kemudian bangkit dan menyerahkan pesanannya kepada salah satu pria yang mengenakan seragam.
Setelah kembali dari memberikan pesanannya, Carina menatap Adskhan dengan dahi berkerut. "Om gak panas?" Tunjuknya pada jas yang dikenakan Adskhan. Adskhan menunduk dan memperhatikan jas nya.
"Iya, Papa gak panas?” Kali ini putrinya bersuara. “Mendingan itu jas nya dilepas aja.” Saran putrinya. “Sini Qilla bantu lipat." Ucap Qilla membantu ayahnya melepas jas dan melipatnya. Adskhan melepas dasinya dan memasukkannya ke saku jasnya.
Terdengar kekehan dari Carina. "Itu lebih baik. Masa makan di kaki lima pake jas.” Ucap gadis itu kemudian. “Bukan apa-apa sih Om,” Lanjutnya. “Carin Cuma ngerasa malu aja. Masa Om sendirian yang kelihatan rapi, sementara kita udah pake piama." Tuturnya dengan senyum geli.
Adskhan memandang kedua remaja itu, hal yang tadi tidak diperhatikannya. Di balik sweater lucu mereka, mereka memang mengenakan piyama. Namun ketika dia melirik Caliana, gadis itu juga tampak sudah melepas cardigannya, dan cepolan rambutnya sudah berubah menjadi ekor kuda yang menjuntai menyentuh punggungnya.
Cantik. Pujinya tanpa suara.
Makanan sudah sampai dan dihidangkan di meja mereka. Terlihat mengepulkan asap dan entah bagaimana, tampak menggiurkan. Se-menggiurkan wanita yang ada di hadapannya. Caliana. Disaat Carina dan Syquilla asyik makan sambil berbincang. Adskhan menikmati menunya dengan sesekali mencuri pandang ke arah Caliana. Gadis itu, meskipun tahu bahwa saat ini pria yang duduk di depannya merupakan orang nomor satu di perusahaan, tampak bersikap biasa saja. Tidak tampak risih, apalagi menjaga image. Padahal kebanyakan wanita yang Adskhan kenal, selalunya berusaha tampil menawan, tampil anggun dan menjaga pandangan Adskhan supaya hanya bisa melihat sisi positif nya saja. Namun Caliana.
Gadis itu bahkan tidak merasa canggung harus mengusap peluh di dahi akibat kepanasan. Mengabaikan sisa-sisa sambal dan minyak yang sedikit menghiasi sudut bibirnya yang kini berubah kemerahan. Bahkan sama sekali tak tampak malu dengan porsi makannya yang bisa dikatakan cukup besar jika dibandingkan para wanita yang selama ini terbiasa makan menu restoran bintang lima yang ukurannya bahkan tidak sampai sepertiga piring makan yang mereka gunakan.
Dan lagi, yang membuat Adskhan kagum padanya adalah, gadis itu bahkan tidak sedikitpun memandangnya atau mengajaknya bicara mengenai hal yang tidak penting selain menawarinya untuk menambah makanan. Entah itu menambah nasi, lauk-pauknya ataupun sambalnya.
Di sisi lain Adskhan juga memperhatikan gerak-gerik putrinya. Ia sadar bahwa ia sudah banyak melewatkan waktu tumbuh kembang putrinya. Ia juga tahu jika sebenarnya, dibalik sikap pemalu yang putrinya selalu tunjukkan padanya, Syaquilla memiliki sisi antusias dan juga sifat ceria. Dan kini Adskhan memerhatikan itu kala putrinya sedang berinteraksi dengan sahabatnya. Syaquilla bahkan menjadi sosok yang banyak bicara saat ini. Tidak seperti saat mereka sedang berdua. Dia seperti remaja belia pada umumnya. Bicara sambil berbisik dan sesekali tertawa cekikikan, meskipun Adskhan tak tahu apa yang sebenarnya sedang mereka bicarakan.
“Film nya bakalan launching kamis ini, Tan. Jadi ya, nonton?” suara bernada rengekan itu keluar dari mulut Carina. Adskhan yang sudah selesai dengan makanannya kini hanya memilih untuk memperhatikan saja.
“Bisa, bisa.” Jawab Caliana santai. Gadis itu tampaknya juga sudah selesai dengan makan malamnya. Ia bahkan meraih mangkuk cuci yang ada di atas meja yang sudah diberi potongan jeruk limau dan membawanya ke bawah meja.
“Yes!” seruan berupa desisan itu tidak hanya keluar dari mulut Carina, namun juga dari mulut putrinya.
Caliana kembali meletakkan mangkuk cuci yang sudah berubah warna dari bening menjadi keruh itu kembali ke atas meja, meraih tisu dan melap tangannya sebelum kembali berkata. “Weekend ya, as always.” Ucapnya. Kemudian kembali meraih tisu lain yang kering dan bersih dan membersihkan sudut-sudut mulutnya.
“Siap!” jawab kedua remaja itu dengan kompak.
“Udah selesai, kan?” Caliana kembali memandangi kedua remaja itu. Kedua remaja itu menjawab dengan anggukan sebelum melakukan ritual yang sama yang dilakukan Caliana sebelumnya, yaitu mengambil mangkuk cuci tangan ke bawah meja. “Kalo udah, kita pulang.” Ucap Caliana seraya bangkit dari duduknya.
Mereka berjalan beriringan. Caliana berjalan menuju meja pemilik kedai dan mengambil pesanan yang sudah mereka minta bungkus sebelumnya. Saat hendak membayar, Adskhan menahannya dan mengeluarkan uang dari dalam dompetnya. “Saya sudah janji sama Carina tadi.” Ucapnya saat Caliana memandanginya bingung. Caliana hanya mengangguk dan tersenyum. Hal kecil yang entah kenapa membuat d**a Adskan bisa berdebar begitu kencangnya. Bahkan berdiri bersisian seperti ini, diantara bau minyak goreng dan makanan yang sudah siap saji, Adskhan masih bisa mencium wangi tubuh gadis itu seperti saat pertama kali mereka bertemu di lift tempo hari. Dan menghidu aroma itu dalam keadaan nyata seperti ini, membuat bagian bawah tubuhnya tiba-tiba kembali menegang. Padahal dia sudah yakin bahwa tadi ia sudah sangat bisa mengendalikan diri.
Mereka keluar beriringan dari kedai. Dua remaja itu jelas sudah menunggu mereka diluar. Carina yang pertama kali bersuara ketika Adskhan sudah berada di dekat mereka.
“Qilla jadinya boleh nginep di tempat Itan, Oma?” tanya gadis itu ingin tahu.
Adskhan menjawabnya dengan anggukkan. “Saya titip dia." Lanjut Adskhan pada Caliana.
Caliana kembali mengangguk sebagai jawaban iya. "Anda tenang saja, Sir. Syaquilla bukan tipe anak yang merepotkan. Dia anak yang baik dan mandiri.” Jawab Caliana yang terdengar begitu keibuan di telinga Adskhan. Tangannya yang terbebas dari cardigan dan juga bawaannya merangkul bahu Syaquilla dengan lembut dan bahkan mengusap kepalanya juga. “Dia juga mudah disukai. Jadi Anda tidak perlu mengkhawatirkannya." Lanjutnya yang diberi anggukkan antusias oleh kembaran beda usianya, Carina.
Adskhan memandang Syaquilla. Putrinya itu balas memandangnya dengan malu-malu. Namun kemudian dia berujar. "Jas Papa udah didalam mobil. Qilla ikut sama Itan sama Carina. Besok pulang sekolah Qilla langsung pulang kerumah." Lanjut gadis itu lagi. Adskhan hanya mengangguk saja. Setelahnya Syaquilla mengulurkan tangannya pada Adskhan, Adskhan menyambutnya dan kemudian putrinya itu mencium punggung tangannya dengan khidmat. Hal yang jarang terjadi mengingat pertemuan mereka yang hanya terjadi sesekali. Namun Adskhan pastikan akan menjadi hal yang sering terjadi kedepannya.
Carina melakukan hal yang sama pada Adskhan. Namun dengan jahilnya gadis itu berucap. “Jangan rinduin kita ya, Om. Biarin rindu itu milik Dilan.” Ucapnya sambil nyengir.
Adskhan yang tidak mengerti hanya bisa memandangnya dengan mata membulat lebar. Sementara dua remaja dan satu gadis dewasa yang ada di hadapannya hanya terkekeh geli.
“Saya duluan, Sir. Selamat malam.” Pamit Caliana sebelum kemudian masuk ke dalam mobilnya. Adskhan masih terpaku di tempatnya, memandangi mobil Caliana yang sudah keluar dari parkiran dan siap kembali ke rumah. Setelah mobil itu menghilang, barulah dia masuk kembali ke dalam mobil. Wangi bebek goreng langsung tercium kala ia membuka pintu.
“Maaf, Pak. Tadi neng Qilla yang ngasih bungkusan ini.” Ucap supirnya dengan suara memelas.
Adskhan hanya mengangguk saja. Agus, supir yang saat ini mengemudikan mobilnya memang bukan supir yang biasa bekerja dengan Adskhan. Jadi Adskhan mengerti kalau di mata pria itu ia terlihat menyeramkan. Melihat usianya yang masih muda, lantas Adskhan dengan iseng bertanya.
“Apa kamu kenal Dilan?” tanyanya ingin tahu. Agus yang kala itu sedang menatap spion untuk mengeluarkan mobilnya dari parkiran kini memandang Adskhan dari spion tengah.
“Maksud bapak? Dilan siapa?” Pria itu kembali bertanya. Lantas kemudian tampak kedua matanya melebar. “Apa Dilan yang bapak maksud itu, Dilan yang di film-film?”
Kini Adskhan yang mengerutkan dahi. “Maksudnya?”
“Itu loh pak, yang slogannya. ‘Jangan rindu. Berat. Kamu gak akan kuat, biar aku saja.’” Agus menirukan ucapan salah satu quotes film yang memang ramai akhir-akhir ini.
Mendengar hal itu sebelah alis Adskhan terangkat. Tapi kemudian ia mengangkat sudut mulutnya dan mau tak mau terkekeh karenanya.
Carina. Gadis itu tampaknya membawa aura positif dan ceria yang memang selama ini Syaquilla butuhkan.
________________________________
Ayo ngaku, ada yang masih nakal nih, baca cerita tapi belum masukin ke library. Ngak hayooo....
Jangan lupa komen ya...