"Al." Aku terkejut dengan sentuhan yang tiba-tiba terasa di pipi. Membuat perhatian ku teralih, dan lamunan ku buyar. Menoleh ke sisi ku, dimana Lavina duduk memandangi ku dengan raut wajah cemas dan juga perhatian. "Jujur sama aku, kamu kenapa?." Tanya nya. Pertanyaan penuh cemas dan perhatian itu tidak bisa langsung aku jawab. Tapi, aku juga sudah mulai lelah dan buntu. Kepala ku rasanya seperti mau pecah dengan semua hal yang sedang terjadi. Kakek benar-benar sudah berubah. Mengapa beliau terlalu keras kepala, mengapa Kakek menjadi sangat menyebalkan sekarang?. Apa sudah tidak lagi menyayangi ku?. "Al, ka-." Aku sudah merebahkan kening ku di bahunya sebelum Lavina menyelesaikan ucapan nya. Sepertinya aku memang sudah tidak bisa lagi menghadapi ini semua sendiri. Semuanya terlalu m