Pesawat yang membawa mereka kembali dari Bali mendarat cukup malam. Bramasta tidak mengizinkan Kirana pulang ke rumahnya sendiri. "Kamu nginep di sini saja, sudah malam!" ujarnya. Kirana tampak ragu, hatinya berkecamuk antara keinginan untuk pulang dan rasa lelah yang mendera. "Tidur di kamar tamu! Malam ini aku juga capek kok, mau langsung tidur," tambah Bramasta, memahami keraguan dalam tatapan Kirana. Dia tahu, untuk menjaga hubungan rahasia ini, Kirana perlu merasa aman dan nyaman—bukan tertekan. Malam itu, Kirana akhirnya bisa istirahat dengan tenang—benar-benar tenang untuk pertama kalinya setelah tiga hari dua malam di Bali dimana setiap saat dia harus siap melayani Bramasta. Meski secara fisik dipuaskan dengan cara yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, di sudut hatinya yang pa

