Jika Putra Mahkota berhasil keluar, dan bahkan Wei Xiao Yue melihatnya dengan mata kepalanya sendiri, maka satu-satunya orang yang bisa menjadi 'penyusup' pastilah putra angkatnya, Baili Qing Shi!
Wei Xiao Yue, di tengah-tengah situasi yang genting dan bala bantuan yang tak kunjung tiba, dia masih sempat mengumpat dan memikirkan alasan dibalik tidak perginya Baili Qing Shi dari tempat itu bersama dengan Li Jin. Apa yang dia cari?!
Wei Xiao Yue baru saja akan berdiri dari tempatnya bersembunyi, dan di waktu yang bersamaan dia melihat musuh lama yang belum pernah dia lihat selama tiga tahun belakangan ini. Secara alami itu tentu saja adalah panglima Takashi.
"Apakah Hiro ada di sini juga?" Pikir Wei Xiao Yue.
Melihat panglima Takashi datang dan berani masuk ke wilayah Jiangnan, pastilah ada sesuatu yang sangat besar terjadi. Dua hal yang mungkin saja menjadi alasan, yang pertama adalah Putra Mahkota Li Jin dan yang kedua adalah hubungan rahasia yang dimiliki oleh penjajah Dong Yang dengan walikota Jiangnan, Xue Fang.
"Mari kita pikiran hal itu nanti, Xiao Baili dalam bahaya." Wei Xiao Yue buru-buru pergi untuk menemukan putra angkatnya.
Langit gelap membantu Baili Qing Shi. Setidaknya dia tidak akan terlihat jika bersembunyi di balik rimbunnya hutan bambu. Dia hanya perlu menunggu bala bantuan tiba. Untuk bergerak lebih jauh, itu terlalu beresiko. Baili Qing Shi bisa sampai ke pondok itu menggunakan peta yang dia temukan di meja kerja Xue Fang, tapi untuk sekarang, situasinya sudah berbeda.
Baili Qing Shi sudah keluar rute, dia tidak lagi berada di rute yang seharusnya membawanya kembali.
"Shuut." Panglima Takashi tiba-tiba menghentikan semua pasukannya untuk diam dan tidak melakukan apapun sementara dia mengambil anak panah.
Panglima Takashi, "!!"
"Sudah lama kita tidak bertemu." Secara mengejutkan Wei Xiao Yue keluar dari tempat persembunyiannya dan memamerkan kemampuannya berbahasa Dong Yang.
Baili Qing Shi dari semak-semak, "Yifu!"
Panglima Takashi kembali menurunkan panahnya, dia berkata, "Kemampuan berbicaramu meningkat pesat Jenderal Wei. Tidak salah aku mengangumimu."
Panglima Takashi, tanpa diduga-duga dia juga mampu berbicara dalam bahasa Tang.
"Kita tidak sedekat itu untuk saling memuji." Wei Xiao Yue masih mencengkram erat gagang pedangnya, saat di waktu yang bersamaan dia berkata, "Kau berani masuk wilayah Tang, apa kau sudah bosan dengan negerimu sendiri?"
"Ahahahaha." Butiran salju masuk ke mulut Takashi saat dia tertawa terbahak-bahak, "Aku harus mendapatkan orangmu lalu kembali ke negeriku. Dia mengambil sesuatu dariku."
"Dan kau menculik Putra Mahkota, apakah menurutmu aku salah?" Wei Xiao Yue tersenyum mengejek, "Kau telah masuk kemari, jadi jangan berharap untuk keluar dengan mudah. Apa kau sudah belajar bagaimana caranya mengalahkan aku?"
Memperkeruh keadaan dan membuat lawan emosi adalah keahlian lain dari Jenderal Wei Xiao Yue. Dia benar-benar mahir dalam berkata-kata, alhasil lawan bicaranya kalah telak.
"Kau terlalu sombong Jenderal!" Emosi mulai naik ke d**a panglima Takashi saat dia meludah, "Kau sendirian sekarang, dengan jumlah kami yang banyak, apa yang bisa kau lakukan? Ingatlah, satu lidi tidak akan bisa digunakan untuk menyapu halaman!"
"Majulah, kalian semua cukup untuk membuat otot-otot tubuhku yang kaku kembali membaik." Wei Xiao Yue sudah mengangkat pedangnya.
Tapi Baili Qing Shi yang sedari tadi mendengar omong kosong Yifu-nya ini berhasil menangkap sesuatu yang tidak baik. Dia yang sedari tadi bersembunyi tiba-tiba keluar dari berlari ke depan Wei Xiao Yue.
"Yifu, menyingkir!" Baili Qing Shi mendorong Yifu-nya sampai mereka jatuh ke tanah.
"b******k!" Wei Xiao Yue melihat anak panah menancap di d**a Baili Qing Shi, dia memaki ke arah Takashi, "Kalian memang kotor! Pengecut seperti kalian, aku tidak akan membiarkan kalian semua keluar dari Tang ini dengan kepala masih menyatu di tubuh kalian!!'
"Xiao Baili!" Wei Xiao Yue menepuk pundak putra angkatnya yang telah jatuh ke pelukannya. Sebagai seseorang yang tidak pernah memiliki putra, Wei Xiao Yue sesaat terlihat begitu frustasi.
Dan panglima Takashi melihat adanya cela untuk membunuh musuh terbesarnya. Langit jarang untuk memberikan kesempatan kedua. Tidak ada prajurit lain disampingnya, dan sekarang Jenderal yang paling ditakuti oleh penjajah Dong Yang sedang lengah, lalu tunggu apalagi?
"Xiao Ge…" Baili Qing Shi terlihat sangat lemah, tapi dia berusaha bangun.
"Hah?" Wei Xiao Yue terlihat linglung, dia tidak memperhatikan dan mendengar secara jelas ucapan Baili Qing Shi, "Jangan bicara, ayo, kita harus pergi dari sini."
Sementara Wei Xiao Yue dengan susah payah memapah putra angkatnya, pihak musuh yang tidak ingin kecolongan lagi akhirnya mulai bertindak.
"Berikan aku anak panah." Kata panglima Takashi.
Sebelum panglima Takasy berhasil menarik busurnya, tiba-tiba saja pasukan Tang tiba. Busur yang sudah tidak bisa ditarik mundur itu akhirnya dilepaskan dan mengarah ke sembarang arah. Kalah dalam jumlah dan juga persenjataan, pasukan Dong Yang harus mundur jika tidak ingin berakhir mengenaskan!
"Jenderal!" Lin Bo secara mengejutkan tiba-tiba datang dan melompat dari atas punggung kudanya.
"Lin Bo, apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau meninggalkan perbatasan?!" Tanya Wei Xiao Yue.
"Kami mendapatkan suar peringatan. Wakil Jenderal Ouyang menyuruhku untuk memimpin seratus pasukan kemari." Ucap Lin Bo seraya menjawab ucapan Wei Xiao Yue.
"Bawa Xiao Baili, bawa dia ke tabib terbaik. Dia terluka." Wei Xiao Yue menyerahkan Baili Qing Shi yang sudah pingsan ke Lin Bo.
"Kalian semua ikut aku!" Wei Xiao Yue naik ke atas kudanya, wajahnya benar-benar menunjukkan kebengisan seseorang yang marah, "Kita tidak akan membiarkan mereka kabur. Tangkap mereka!"
Seratus pasukan yang dibawa oleh Lin Bo bersama dengan jumlah pasukan yang sebelumnya bertugas mencari Putra Mahkota, Jenderal Wei Xiao Yue akhirnya pergi untuk mengejar penjajah Dong Yang yang kabur ke dalam hutan bambu.
Wei Xiao Yue, "Akan aku pastikan kepala Takashi berpisah dari tubuhnya malam ini!"
Hutan bambu yang terkenal dengan takhayul-nya itu sebenarnya tidak seseram apa yang dipikirkan oleh rakyat Jiangnan atau orang-orang Dong Yang. Itu hanyalah omong kosong yang disebarkan lewat mulut ke mulut oleh para tentara yang dulunya bertugas untuk melindungi perbatasan.
Para tentara membuat bualan semacam ini agar masyarakat Jiangnan tidak masuk ke dalam hutan bambu karena di dalam hutan itu ada banyak sekali jebakan. Tidak banyak yang tahu akan hal ini, tapi Wei Xiao Yue mustahil untuk tidak tahu.
Ada parit yang menjadi batas antara daratan dan lautan di dalam hutan bambu itu. Jika jatuh ke dalam parit yang dalam itu, maka mustahil untuk kembali dalam keadaan hidup!
Tidak butuh waktu lama untuk melakukan pengejaran terhadap para penjajah menyebalkan itu. Ya, Wei Xiao Yue dan para pasukannya berhasil menggiring panglima Takashi ke sudut.
"Apa kau merindukan adegan ini?" Setelah menghentikan kudanya, Wei Xiao Yue tidak lantas menarik napas untuk mulai memprovokasi panglima Takashi.
"Hmmmph! Kau memang selalu sombong Jenderal." Walau masih membawa aksen tanah kelahirannya, tapi kemampuan panglima Takashi dalam berbicara bahasa Tang tidak bisa dianggap remeh.
"Kau benar, aku memang sombong.., " Wei Xiao Yue tersenyum mengejek, "dan mungkin akan selalu seperti itu. Jika salah satu diantara kita tidak mati, maka tidak akan ada akhir. Jadi.., mari kita akhiri hari ini juga. Oh iya, silahkan kau katakan sepatah dua kata sebelum aku memberikanmu pada raja neraka."
Panglima Takashi dibakar api kemarahan yang begitu besar. Dia mengambil pedangnya dan membuang sarung pedang itu, dengan ekspresi wajah penuh dengan kemarahan, panglima Takashi meraung, "Aku akan membunuhmu Wei Xiao Yue!!"
Pertarungan antara panglima Takashi dan Jenderal Tang Agung, Wei Xiao Yue tidak lagi bisa dihindari. Wei Xiao Yue mengayunkan pedangnya ke arah Takashi. Pedang dan samurai saling bertabrakan, kilatan cahaya dari dua besi tajam saling beradu.
"Kau akan menebusnya malam ini!" Sambil menahan serangan pedang, Wei Xiao Yue berkata melalui sela-sela giginya, "Akan aku kirimkan kepalamu ke Jenderal Hiro!"
Panglima Takashi mempererat genggaman pada pedangnya, "Jika kau tidak bisa melakukannya, maka kepalamu yang akan menggantikannya!"
Bukan hanya keduanya saja yang bertarung, tapi setiap prajurit Tang memiliki satu musuh untuk mereka bunuh. Dari segi jumlah, pasukan Tang benar-benar kelebihan, tapi mereka sama sekali tidak memiliki waktu untuk diam dan menonton teman mereka bertarung. Dua kepala bersatu untuk membunuh satu kepala musuh, hal ini tentu saja akan jauh lebih efektif.
Panglima Takashi memang seorang ahli bela diri, tapi untuk melawan seorang Jenderal Wei Xiao Yue, dia masih harus berlatih lagi. Ya, setidaknya jika dia memiliki nyawa lain.
Samurai milik Takashi jatuh ke tanah saat sang pemilik terkecoh oleh Wei Xiao Yue. Ya, selain bertarung menggunakan tangan dan kakinya, Wei Xiao Yue juga tidak menyia-nyiakan mulutnya. Dia terus mengeluarkan kata-kata menyebalkan sehingga Takashi terkecoh. Alhasil, panglima Takashi harus bertarung dengan tangan kosong.
"Menyerahlah. Jangan membuang-buang tenagamu lagi!" Wei Xiao Yue mengarahkan pedangnya pada panglima Takashi.
"Aku lebih baik mati daripada harus menyerah padamu!" Teriakan panglima Takashi menggelar di udara, "Mati karena bertarung melawan musuh adalah imipianku."
Pasukan Dong Yang yang tidak seberapa itu sudah nyaris luluh lantak, hanya ada beberapa kepala tersisa, yang lain sudah pergi menemui leluhur mereka. Dan panglima Takashi yang sombong juga hanya tinggal menunggu waktunya untuk menyusul para bawahannya.
"Berdirilah dan ambil samurai mu. Aku tidak pernah melawan orang lemah. Ambil samurai mu dan mari bertarung dengan adil." Wei Xiao Yue mundur beberapa langkah, "Ini adalah kesempatan terakhir, jika kau tidak bisa membunuhku, maka aku tidak akan segan-segan lagi."
Panglima Takashi mengeluarkan seteguk darah segar dari dalam mulutnya ketika dia batuk. Takashi menyeka darah di bibirnya, lalu kemudian berkata, "Boleh aku mengatakan sesuatu padamu?"
Wei Xiao Yue menatap Takashi dengan tatapan curiga, "Silahkan panglima Takashi."
"Saat aku mengatakan padamu bahwa kau adalah idola dan panutanku, itu sama sekali bukan kebohongan." Takashi menggunakan samurainya untuk berdiri, "Menghargai musuh dan masih menjunjung tinggi keadilan, walaupun itu masih tentang musuhmu, itu adalah salah satu ciri khas Jenderal Wei Juni-o-r yang ingin aku miliki. Di kehidupan ini kita tidak berjodoh dan ditakdirkan menjadi musuh. Tapi di kehidupan selanjutnya, mari bersahabat denganku Jenderal."
Wei Xiao Yue tidak bisa tidak lebih terkejut, "!!!!"
Takashi secara mengejutkan memotong urat kehidupan dilehernya menggunakan samurainya sendiri. Panglima muda Takashi tewas di tempat saat darahnya juga terciprat ke wajah Wei Xiao Yue.
Dia tidak mati dibunuh oleh Wei Xiao Yue, dia mati karena bunuh diri.