27 Februari 2015

1075 Words
( Sebelum membaca jangan lupa untuk... like, follow, dan share, ya. Author sangat membutuhkan dukungan kalian, hyung ~ ! ) ^ ^ ^ " Three for all : You are my everything . . . " * * * # Dua Puluh Tujuh Februari Dua Ribu Lima Belas bagian kedua. . . . H a l l o, Ka - me - li - a. Selamat malam. Hari ini aku akan melanjutkan penulisan catatan harianku setelah bertemu dengan dirimu di halte bus hari itu. Dan perjuanganku agar bisa mendapatkan kamu. Berapa lama pun aku sudah menunggu dalam perasaan yang dipenuhi oleh keharap harap cemasan ini. Tak juga aku melihat panggilan atau pesan dari nomor atas nama indahmu. Ka . . . me . . . li . . . a A . . . nan . . . ta . . . Wi . . . ja . . . ya. Aku jadi berpikiran kurang baik. Apa kamu sudah lupa ya dengan pertemuan kita tempo hari? Apa pertemuan kita di hari yang berhujan itu hanya bermakna untukku seorang? Sementara untukmu malah biasa saja? Tak ada artinya? Tak ada maknanya? Begitukah, Kamelia? Jujur saja kalau apa yang aku pikirkan itu benar... aku akan cukup sakit hati.Cukup untuk membuat hatiku ( tepatnya harapanku . . . bisa jadi ) mengalami pendarahan internal besar besaran. Apa semua harapan muluk yang aku pikirkan itu hanya ada pada sisi diriku? Apa aku sudah terlalu baper pada pertemuan kita? Padahal bisa jadi kamu sendiri. Sama sekali tak menganggap bahwa aku lebih. Dari orang yang kebetulan bertemu saat sedang menunggu hujan reda di halte bus. Itu saja. Benarkah hanya itu saja? Hah? Kalau aku boleh jujur lagi . . . aku akan sangat sedih dan patah hati. Andai saja yang aku pikirkan itu benar adanya. Semua pikiran jelek yang saat ini tengah bergejolak di dalam pikiranku itu. Sampai membuat aku tidak bisa serius saat sedang menuntut ilmu. Sebesar itu lho, Kamelia. Efek yang aku alami karena kamu tak juga menghubungi aku. Haahh . . . aku terlihat sangat menyedihkan sekarang. Ah, aku jadi seperti ini apa karena aku saja yang terlalu ngarep, ya? Tidak sampai mengacaukan semua sendi dalam hidupku juga sih sebenarnya. Bagaimana juga aku ini kan seorang calon tenaga kesehatan. Tepatnya dokter. Kalau galau hanya karena masalah seperti ini sampai merusak kegiatan belajar. Jika sampai memberi efek buruk kan bakal repot, ya. Jadi, aku berusaha untuk tetap bersikap woles baik di luar maupun di dalam. Dan tetap sabar menunggu pesanmu yang tak juga kunjung tiba. Ngomong-ngomong aku baru tau kalau woles itu maksudnya “selow”. Memang ada-ada saja masyarakat itu dalam menciptakan bahasa gaul. Acara pakai di balik-balik segala. Merusak tatanan bahasa Indonesia yang baik saja. He he he . . . Eh, tapi tidak masalah sih kalau hal seperti itu sudah menjadi kesepakatan bersama dalam kehidupan bermasyarakat luas. Menunggu pesan atau telepon dari diri kamu, Kamelia, membuat aku terkena sindrom Cita Citata. Alias, sakitnya tuh di sini . . . sakitnya tuh di sini . . . s a a a . . . kit . . . nya . . . tuh . . . d i . . .  s i . . . n i . . . ♫ ♫ ♫ Akhirnya aku pun terpaksa memutuskan untuk membagi beban derita ini… maksudku mengkonsultasikan perihal masalah ini. Dengan sahabat paling baik yang aku punya. Dhigana namanya. Singkat cerita aku pun mengajak anak itu untuk bertukar pendapat mengenai permasalahan “serius” yang tengah aku alami akhir-akhir ini. Menyangkut dirimu. Tentu saja. Apa kamu tau, Kamelia? Setelah mengutarakan apa yang aku ( atau kita mungkin, ekhm ekhm ekhm) alami. Aku malah dipukul dan diolok dengan sebutan “tolol” oleh anak itu. Anjayana memang dia. Gana, begitu ia biasa aku sapa. Berkata bahwa di mana-mana yang seharusnya mulai menghubungi itu yang cowok dulu. Apakah memang benar seperti itu aturan main dunia ini? Kalau boleh jujur aku merasa baru terdampar dari masa “ berabad abad ” silam. Ke dunia dewasa ini. Mungkin karena aku terlalu serius dengan berbagai macam kesibukan. Hal “ sederhana ” seperti ini saja baru tahu aku. Jadi, aku yang harus menghubungi dirimu terlebih dulu. Pantas saja kau tidak juga kunjung menghubungi aku. Gana bilang juga laki-laki seperti aku ini termasuk tipe P H P. Alias pemberi harapan palsu. Apa lagi ini? Menurut teori cinta yang ia petuahkan . . . perempuan pasti merasa ada rasa pada laki-laki yang ia beri nomor kontaknya. Syuuu ~ ~ ~ ♥ ♥ ♥ ! ! ! Aku suka kesimpulan akhir yang ia berikan. Aku harap ia benar, Kamelia. Kalau kamu juga merasakan sesuatu yang sama padaku Untuk alasan itu. Sepulang kuliah sore ini aku akan menelponmu. Aku harap kau akan mengangkatnya kalau tidak berhalangan. Aku tatap layar handphone lekat-lekat. Nomormu ada di sana. Tapi, kok aku malah jadi semakin keringat dingin dan gemetar? Ingin menelpon…tidak. Tidak menelpon… nanti menyesal. Aaaaakh, aku galau . . . u . . . u . . . u . . .  ! ! ! Sabar, Hal. Kamu tidak akan bisa jadi dokter hebat. Kalau menghubungi cewek saja tidak berani. Jangan buat aku malu, diriku sendiri ! Anggap saja kalau dia itu adalah pasienmu. Setelah itu tinggal bilang, bagaimana keadaan kamu . . . ? Berpikir memang mudah. Melakukannya susah. Aku coba mengingat petuah sakti Adhi, “Yang kau alami seperti saat sedang melakukan operasi darurat. Saat kritis membutuhkan keputusan cepat.” Buntutnya aku tekan juga gambar telepon di layar HP. Bunyi panggilan itu menjadi yang terpanjang sepanjang sejarah hidupku. Dada yang berdetak terasa plong begitu aku mendengar suaramu di seberang. Suara renyah yang tak akan pernah aku lupakan sepanjang hidup. Sayangnya obrolan kita tak bisa begitu lama. Karena kau harus kembali ikut kelas. Yang membuat aku jadi semakin senang, kau ingin kita bertemu di hari Minggu besok. Waah, jadi tidak sabar. Gana harus tahu soal ini; sahabatnya yang kesepian akan ketemuan sama cewek. Yosh! ( -Catatan hari ini telah usai. Jangan lupa untuk terus ikuti perjalanan cerita cinta Hal dengan turut mengunjungi chapter yang selanjutnya. Bagaimanakah kelanjutan dari cerita mereka yang tidak biasa ? ~ ~ ~ . . . ) [TERIMA KASIH BANYAK untuk kalian yang sudah memutuskan untuk mengikutiku, menambah cerita ini ke perpustakaan atau daftar bacaan kalian, membaca, berkomentar, atau memberi vote di bab mana saja. Aku sangat menghargai itu dan aku harap kalian terhibur dengan cerita yang aku buat - . < ]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD