Maureen 32 Maureen berlari kencang diikuti oleh Alifa dari belakang, keduanya berlari menuju sebuah stasiun yang jaraknya cukup jauh dari kediaman Uwa Tinah. Usai mendapat info bahwa Anjas mendatangi lokasi yang salah, Maureen pun khawatir. Takut lelaki itu mengalami hal-hal yang tidak diinginkan, penampilannya pasti sangat mencolok hingga dapat menarik perhari penjahat. “Dia bukan anak kecil, Ren. Kenapa panik gini sih?!” Alifa terengah, nafasnya nyaris putus mengikuti langkah cepat Maureen. “Dia pasti kalah, dulu aja selalu jadi bahan bullyan di sekolah.” balasnya, dengan tidak sedikitpun memelankan langkah kaki, masih tergesa karena ingin segera bertemu Anjas. “Kalah? Memangnya siapa yang ngajak berantem?! Dia lelaki dewasa sudah pasti bisa menjaga diri dengan baik.” “Aku harus