POV Redi "Nggak mau, Om!" katanya keras kepala. Terlalu buang-buang waktu kalau gini. Bisa-bisa neneknya pulang lalu telpon Zain, bisa panjanglah urusan. Tak ingin berlama-lama, akhirnya kugendong dia. Putri membelalak kaget, wajahnya semakin pucat saja. Dipukul-pukulnya dadaku cukup kuat. "Om, turunin! Ooom!" "Diamlah." "Turunin aku! Om apa-apaan, sih! Turunin! Turunin, Om!" Aku pun menurunkannya, namun dengan erat mencekal tangannya lalu tergesa membuka pintu mobil, dengan tatapan mengisyaratkan agar dia masuk. Namun anak Zain menggeleng tegas. Dia memang keras kepala seperti sobatku itu. "Nggak, mau! Untuk apa aku ikut Om?!" Bentaknya. "Untuk bertemu ibukulah. Kau kira aku yang ingin ajak kau ke sana? Tak, lah. Muak aku tu sama kau." Putri terdiam, menatapku dengan mata berkaca