Sementara itu, di tempat lain.
Renata yang sedang emosi pun langsung masuk ke dalam mobilnya dan di sana, ada Kevin yang sedang menunggunya.
Karena sebelumnya, dia meminta Kevin untuk menjemputnya.
"Kak Kevin!" rengek Renata yang baru saja masuk dan duduk di sebelahnya.
Kevin yang memang sebenarnya sudah pacaran dengan Renata pun langsung panik saat melihat kekasihnya menangis sambil memegang pipinya.
"Ada apa Rena? Apa yang terjadi? Kenapa kamu menangis dan kenapa sama pipi kamu? Coba kakak lihat!" ucap Kevin yang bergegas memeriksa pipi Renata yang memerah karena bekas tamparan dari Raisa sebelumnya.
"Pipi kamu kenapa?" tanya Kevin, dia mengelus pipi Renata yang memerah dan mulai membengkak.
"Aww ... Sakit, kak! Jangan sentuh sembarangan!" teriaknya.
"Maaf! Kakak tidak sengaja, tapi ini ... Siapa yang berani melukai kamu Rena? Katakan! Siapa yang sudah berani melukai pipi mulus kamu?" tanya Kevin yang langsung marah ketika melihat wanita kesayangannya tersakiti.
Karena menurut Kevin, Renata hanyalah wanita baik hati, polos, manis dan sangat berbeda dengan Raisa, yang Kevin pikir kalau Raisa adalah wanita licik, jahat, memalukan dan penuh intrik.
Sehingga, Kevin tak pernah menyukai Raisa dan dia hanya ingin memanfaatkan Raisa untuk dirinya sendiri sedangkan hatinya, hanya menyukai Renata yang dia anggap wanita yang sempurna tanpa celah itu.
"Hiks ... Hiks ... Kak! Tadi aku bertemu dengan kakak, dia ada di toko pakaian langganan aku dan saat bertemu dia langsung menampar aku, karena aku ...." Renata terus menangis, dia sengaja berpura-pura terlihat lemah dan menyedihkan agar Kevin mengasihinya lalu semakin membenci Raisa.
"Apa? Tadi kamu bertemu dengannya? Jadi dia yang menampar kamu?" tanya Kevin yang wajahnya semakin memerah karena semakin marah.
"I-iya! tadi aku tak sengaja bertemu dengan kakak, dia sedang membeli pakaian di toko langganan aku, padahal kakak kan ... Kakak kan tidak pernah menyukai model pakaian di toko itu, kak Kevin juga tahu kan gaya berpakaian kakak seperti apa?" ucap Renata, dia terus menitikkan air matanya dan Kevin langsung membantu untuk menghapus air matanya.
"Iya, kakak tahu dia itu seperti apanya, tapi kenapa dia bisa ada di toko yang sama dengan kamu Rena? Lalu kenapa dia bisa menampar wajah kamu? Bukannya dia sangat menyayangi kamu, tapi kenapa dia ...." belum Kevin selesai bicara, Renata langsung menyela.
"Aku juga tidak tahu kak, tapi saat aku masuk Kakak sepertinya tidak suka dengan kehadiran aku, apalagi saat itu aku menginginkan pakaian yang dipegang oleh kakak dan kakak langsung marah lalu menampar aku di depan banyak orang, aku tahu kalau kakak tidak suka sama aku karena kedekatan aku dengan kak Kevin, tapi aku tidak bisa jauh, aku mencintai kak Kevin, aku ... Hiks ... Hiks ...." Renata menangis semakin kencang dan Kevin langsung memeluknya.
"Kak, aku tahu kalau aku sudah salah sama kakakku, seharusnya aku tidak menyukai kak Kevin, aku juga seharusnya mengalah demi kebahagiaannya," ucap Renata yang terus membuat fitnah supaya Kevin semakin membenci Raisa dan sebenarnya Renata sengaja memakai tangan Kevin untuk menyakiti Raisa serta lebih tepatnya, dia tak membiarkan Raisa bahagia serta ingin merebut semua milik Raisa jadi miliknya.
"Raisa, terima kasih atas tamparan kamu karena dengan ini, Kevin akan semakin membenci kamu dan Kevin yang kamu cintai hanya akan menyukai aku!" gumam Renata yang diam-diam tersenyum licik, dia yang bermuka dua yang menyimpan semua kebusukan dihatinya, berhasil dibungkus dengan tampilan diluar seperti wanita lembut dan baik hati.
Sedangkan Kevin, dia yang mendengar cerita fitnah Renata semakin marah.
"b******k! Raisa benar-benar sudah sangat keterlaluan! Lihat saja, kakak akan membuat dia meminta maaf sama kamu dan ...." Kevin menyentuh pipi Renata yang sudah mulai membengkak.
"Tamparan ini akan kakak balas dua kali lipat padanya," ucap Kevin.
Membuat Renata tersenyum dan kembali memeluk erat Kevin.
Renata merasa sangat puas, karena dia berhasil memprovokasi Kevin yang akan membantu dirinya balas dendam.
"Raisa, aku sudah tidak sabar ingin melihat pertunjukkan kamu dipermalukan oleh Kevin dan seperti biasanya, aku akan menertawakan kebodohan kamu itu!" Gumam Raisa, dia terus tersenyum sendiri.
Sedangkan Kevin, dia yang sudah sangat marah sudah merencanakan dihatinya bagaimana nanti memberi hukuman pada Raisa.
"Raisa, kamu benar-benar sangat keterlaluan!" gumamnya.
Setelah memeluk Renata cukup lama.
"Ayo kita pergi ke rumah sakit, obati pipi kamu takutnya semakin bengkak," ucap Kevin dengan tatapan khawatir.
Renata mengangguk.
"Iya kak, pipi aku sakit sekali! Aku takut nanti wajahku jadi jelek dan kakak tidak menyukai aku lagi," keluh Renata bersamaan dengan air mata yang kembali jatuh.
Membuat hati Kevin semakin sakit.
"Tidak akan! Wajah kamu tidak jelek sama sekali! Setelah diobati, princess Renata pasti cantik lagi seperti biasanya! Oh ya, kakak punya hadiah buat kamu, tapi setelah pulang dari rumah sakit, baru kakak memberikannya, emmm ... Tidak apa-apa kan?" Ucap Kevin.
Renata tersenyum, mengangguk penuh semangat.
"Tidak apa-apa kak! Terima kasih ya kak, aku sangat menyukai kakak," ucap Renata yang kembali memeluk Kevin.
Kevin yang sedang diliputi kemarahan pun tersenyum dan perasaan bahagia karena Renata tersenyum kembali.
"Ya sudah, sekarang kita ke rumah sakit, kamu duduk yang tenang ya," ucap Kevin mendorong Renata untuk melepaskan pelukannya dan membantu Renata memakai sabuk pengaman.
"Terima kasih kak!" ucap Renata dengan senyuman manisnya.
"Sama-sama!" jawab Kevin.
Dia pun menyalakan mesin mobilnya, lalu meninggalkan tempat itu menuju rumah sakit.
Sepanjang jalan, Renata menatap wajah Kevin dan terus tersenyum sendiri.
"Ternyata merebut pria yang disukainya sungguh sangat menyenangkan, apalagi semua perhatiannya hanya tertuju padaku, ckckckc ... Raisa kamu tidak akan bisa mendapatkan ini semua!" gumam Renata yang kemudian, diam-diam mengirim foto dia bersama Kevin yang tadi sedang berpelukan.
Kevin tidak mengetahuinya dan dia terus fokus menyetir.
Raisa pun mengirim pesan pada Raisa.
[Kak Kevin baik sekali]
[Foto]
Ting!
Pesan pun terkirim.
Renata tersenyum puas menatap layar ponselnya.
"Pasti setelah melihat ini, dia pasti marah besar, semua barang pasti dihancurkan dan tentunya dia pasti menangis histeris seperti orang gila," gumam Renata, dia terus tersenyum sendiri membayangkan kejadian yang sebenarnya takkan pernah terjadi.
"Ckckck ... Sudah tidak sabar lagi ingin melihatnya, pasti seru sekali!" gumam Renata, dia terus tersenyum bahkan tertawa diam-diam dengan bayangan yang dia buat sendiri.
Dia tidak tahu, kalau Raisa yang sekarang sudah bukan Raisa seperti sebelumnya karena Raisa yang sekarang, tak bisa dia kelabui lagi.
Renata yang terus sibuk dengan khayalannya terus menatap layar ponselnya, penasaran ingin melihat respon dari Raisa saat itu.
Namun, disisi lain.
Raisa yang sedang dibayangkan buruk oleh Renata, justru sedang menikmati kebersamaannya dengan Adrian dan sibuk memikirkan cara agar Adrian mau menunjukkan cintanya tak terus menutupinya dengan sikap sok dinginnya itu.