Salah dengan pikirannya sendiri

1187 Words
"Kita sudah sampai," ucap Adrian sambil melepaskan sabun pengaman dan dia melihat ke arah Raisa, yang ternyata sedang menatap keluar jendela sambil melamun. Adrian menatapnya dengan pikirannya yang mulai berisik dengan banyak prasangka buruk. "Pasti kamu sedang memikirkan pria itu lagi! Ckckck ... Sepertinya kamu sudah tidak tahan lagi untuk berpura-pura di depanku," gumam Adrian, senyuman yang sejak tadi menghiasi bibirnya langsung menghilang dan kembali dingin seperti biasanya. "Raisa, kalau kamu tidak mau turun kita pulang saja," ucap Adrian dengan suara ketus, dia segera memasang sabuk pengaman ke tubuhnya. Mendengar itu, Raisa langsung tersentak dan baru sadar kalau dia sudah melamun sejak tadi. "Ah ... Jangan mas! Kita kan mau makan malam dan kamu juga sudah memesannya, ya kan?" ucap Raisa yang segera memegang lengan Adrian. Adrian melirik tajam. "Kalau kamu sudah bosan berpura-pura seolah kamu menyukai aku, katakan saja! Tidak perlu kamu tahan lagi," ucap Adrian, dia segera menyalakan mesin mobilnya. "Kita pulang saja! Masih ada kerjaan yang harus aku selesaikan!" Ucap Adrian. Raisa langsung memeluk lengan Adrian dan menggoyang-goyangkan. "Aku enggak mau pulang! Aku mau makan malam disini! Mas, kamu kan sudah janji mau makan malam sekaligus kencan sama aku? Tapi kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran? Apakah kamu ...." Raisa menatap Adrian dengan mata berkaca-kaca. Membuat Adrian yang sedang marah pun, berubah menjadi iba. "Kenapa kamu tiba-tiba mengajak aku berkencan? Bahkan kamu tidak menolak saat aku mencium kamu? Tapi tadi aku melihat kamu ...." Adrian menghela napas panjang sambil menatap ke arah depan, Adrian memukul stir untuk melampiaskan perasaan kesalnya. Raisa menyandarkan kepalanya di lengan Adrian, dia kembali bersikap manja karena hanya itu cara agar dia bisa membujuk Adrian. "Mas, aku kan sudah mengatakan kalau aku mencintaimu, tapi kamu ... Haistt! Aku tahu kalau kamu belum percaya tentang perasaan aku, tapi ...." Raisa mendekati telinga Adrian dan berbisik pelan. "Tapi tidak apa-apa! Kita masih punya waktu yang panjang dan aku yakin, cepat atau lambat kamu pasti akan percaya mas," ucap Raisa, dia menggigit pelan telinga Adrian lalu tersenyum manja kepadanya. Deg! Kembali detak jantung Adrian berdetak sangat cepat, perasaan kesal, marah karena prasangka buruknya langsung hilang. "Ra-raisa apa yang sedang kamu lakukan? Kamu tahu kan yang sedang kamu lakukan itu ...." Adrian melotot tajam, dia benar-benar bingung dengan sikap Raisa. "Aku tahu apa yang sudah dilakukan, tenang saja mas! Aku sudah siap menyerahkan diri aku untuk kamu," ucap Raisa. "Tidak tahu malu, bagaimana bisa seorang wanita bicara seperti itu!" Gerutu Adrian, dia menatap ke arah depan dan kembali tersenyum diam-diam. "Aku pria normal Isa! Kalau kamu terus memancing aku seperti ini, aku takut menerkam kamu," gumamnya. Raisa yang masih tersenyum malah mengecup pipi Adrian. "Mas, jangan pulang ya! Kita selesaiin dulu kencan kita hari ini, please!" rengek Raisa. Telinga Adrian memerah bahkan wajahnya juga bersemu. "Baiklah! Karena kamu merengek, kita tidak jadi pulang, sekarang bisakah kamu melepaskan tangan aku? Aku tidak nyaman kalau kamu seperti ini," ucap Adrian. Padahal itu hanya alasannya saja, karena dia takut hilang kendali dan mencium Raisa seperti tadi. "Maafkan aku kalau bicara aku terlalu kasar, aku hanya takut kalau aku tiba-tiba mencium kamu seperti tadi, takut kamu jijik dan membenci aku karena aku terlalu agresif," gumam Adrian. Dia kembali melepaskan sabuk pengamannya sambil tersenyum kecil. "Sepertinya tadi aku sudah salam faham karena sudah berpikir negatif terhadap kamu Isa," gumamnya lagi sambil mematikan mesin mobil, Adrian pun keluar dari dalam mobil. Sementara Raisa, dia tersenyum cerah dan sudah melepaskan lengan Adrian pun keluar dari dalam mobil menyusul Adrian lalu kembali memeluk kembali lengannya. "Mas, telinga kamu merah," ucap Raisa. Membuat Adrian langsung salah tingkah. "Ah, masa sih?" Ucapnya sambil menyentuh telinganya. Raisa mengangguk. "Huumm! Merah banget mas! Kamu pasti memikirkan sesuatu yang ...." Adrian segera membungkam mulutnya Raisa dengan telapak tangannya. "Cukup! Kita ke dalam sekarang," ucap Adrian sambil berjalan cepat menarik Raisa untuk mengikutinya. Raisa menyingkirkan telapak tangan Adrian yang membungkam mulutnya, dia tertawa sendiri. "Dasar! Masih saja gengsi padahal kamu juga menyukainya kan? Telinga kamu sudah membuktikannya kalau kamu menyukai aku yang seperti ini," gumam Raisa, dia terus tertawa kecil menatap Adrian yang diam-diam juga tersenyum sendiri. Keduanya berjalan masuk dan diantar oleh seorang pelayan wanita ke tempat yang sudah dia pesan. Waktu pun berjalan sangat cepat, langit sudah berubah menjadi gelap karena malam pun sudah tiba. Sehingga banyak cahaya lampu bersinar indah menghiasi keindahan restoran itu dan keduanya berjalan ke arah lantai paling atas dan mendapati tempat di dekat jendela, memperlihatkan keindahan ibu kota di malam hari. Raisa sangat senang, karena seumur hidup dia tentunya di kehidupan sebelumnya juga dia tak pernah makan di tempat seindah itu. "Indah sekali," ucapnya dengan tatapan penuh kekaguman, Raisa melihat warna warni lampu dari tempat itu. Adrian ikut tersenyum melihat senyum indah Raisa yang sedang menatap indahnya ibukota ei malam hari. "Cantik sekali!" gumam Adrian yang terus mengagumi Raisa secara diam-diam, dia tak peduli yang lainnya karena baginya, yang terindah hanya Raisa dan Raisa sudah seperti dunianya. "Indah, kamu selalu terlihat indah!" ucap Adrian tanpa sengaja meluncur dari bibirnya. Raisa terus tersenyum menatap pemandangan itu. "Iya mas, pemandangan ini benar-benar sangat indah, aku sangat menyukainya," jawab Raisa yang dia pikir kalau Adrian juga mengagumi pemandangan itu dama seperti dirinya namun, dia tak tahu yang dikatakan indah itu adalah dirinya bukan pemandangan itu. Sejenak keduanya sibuk mengagumi objek yang berbeda dan keduanya fokus menikmati kekaguman itu dengan versi masing-masing. Sampai, tidak lama kemudian. Makanan yang menunya sudah dipesankan oleh Harsa melalui panggilan telepon sebelumnya pun datang. "Selamat malam, saya mau menghidangkan makanan," ucap sang pelayan Membuat keduanya tersentak dan menatap ke arah pelayan itu secara bersamaan. "Ah, silahkan mbak," ucap Raisa dengan senyuman ramahnya. Sedangkan Adrian, tatapannya terus tertuju kepada Raisa dan Raisa menyadari dengan tatapan itu. "Mas, kamu baik-baik saja kan?" tanya Raisa, dia menaruh dagunya diatas tangan sambil tersenyum menatap Adrian. Adrian yang ketahuan merasa sangat malu, dia segera memalingkan wajahnya, pura-pura melihat ke arah lain. "A-aku ... Aku baik-baik saja, ayo makan! Nanti makanan nya keburu dingin," ucap Adrian yang segera mengambil sendok, pura-pura melihat ke arah semua hidangan yang sudah tersaji. "Selamat menikmati Tuan dan nona," ucap pelayan itu yang langsung pergi meninggalkan keduanya. Raisa melihat semua hidangan diatas meja, dia melihat semuanya adalah makanan kesukaannya. "Wah, semua ini kan kesukaan aku! Ternyata kamu hafal semua makanan kesukaan aku ya," ucap Raisa yang segera mengambil sendok dan piring, dia pun mulai memasukkan semua makanan itu ke dalam piringnya Adrian tertawa kecil melihat tingkahnya. "Pelan-pelan! Tenang saja tidak akan ada yang merebutnya, kalau kurang bisa pesan lagi," ucap Adrian. Raisa yang sudah selesai memasukkan semua makanan itu ke dalam piring menggelengkan kepalanya. "Tidak usah mas, ini juga banyak banget kok! Ayo, mas makan! Eh ... Kamu memangnya suka?" tanya Raisa. Dia tidak terlalu tahu makanan kesukaan Adrian sehingga ada rasa bersalah di dalam hatinya. "Bodohnya aku, bahkan makanan kesukaan dia pun aku tak tahu! Benar-benar aku yang dahulu sangat bodoh!" gumam Raisa, dia benar-benar sedih karena tak tahu apapun tentang Adrian. Adrian memakan semua hidangan yang ada diatas meja itu termasuk udang, dia terpaksa memakannya padahal dia alergi dengan itu. Sehingga, setelah Adrian baru memakan dua ekor udang, tiba-tiba saja muncul ruam merah dilehernya. Membuat Raisa panik saat itu juga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD