Bab 3. Pemaksaan Galang

1206 Words
“Ap-apa? Maksud Bapak apa ya?” Novia kaget mendengar ucapan Galang. Dia tidak menyangka kalau atasannya itu akan mengatakan sesuatu yang tidak senonoh seperti itu. “Asi. Berikan asimu padaku dan semua kesalahanmu hari ini akan aku maafkan,” ucap Galang. Novia refleks menyilangkan kedua tangannya di depan d**a. “Saya bukan w************n, Pak!” tolak Novia dengan tegas. Mendengar penolakan dan reaksi yang ditunjukkan Novia, Galang jadi makin kesal. Sepertinya wanita di depannya itu salah mengartikan maksud ucapannya. “Bukan buat saya, b******k! Ngapain juga saya mau sama barang menjijikkan kayak gitu!” bentak Galang sambil membulatkan matanya. “Lal-lalu buat apa Bapak minta asi saya?” Suara Novia bergetar karena takut mendengar bentakan Galang tadi. “Keponakan saya. Anaknya Bram!” Mendengar ada nama lain yang disebutkan Galang, Novia mulai mengerti. Dia memang mendengar kalau keluarga Bagaskara beberapa bulan lalu tengah berduka atas kematian putra kedua mereka bersama istrinya karena kecelakaan mobil. Kabarnya juga, ada seorang bayi yang ditinggalkan oleh putra kedua keluarga konglomerat itu. “Niko gak mau minum s**u formula. Dia butuh asi dan stok asi Linda menipis,” ucap Galang menjelaskan situasinya. “Tap—“ “Saya butuh jawaban cepat. Saya akan kasih kamu gaji lebih tinggi dari yang kamu dapatkan setiap bulannya.” Galang memotong ucapan Novia. “Berikan asimu padaku sebelum pulang. Kalau cocok dengan Niko, segera bersiap menjadi ibu s**u Niko.” Galang mengeluarkan mode diktatornya. “Tapi Pak, say—“ “Saya gak terima alasan. Kalo mau negosiasi, lakukan setelah Niko mencoba asimu!” Novia menatap kesal pada Galang. Pria itu sama sekali tidak mau mendengarkan ucapannya sama sekali. “Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu,” ucap Novia yang tidak punya pilihan lain. Novia pun segera keluar dari ruangan Galang. Dia berdiri sejenak di depan pintu kokoh itu, memikirkan apa yang baru saja ditawarkan atasannya. “Gimana ini ya. Masa iya aku yang orang biasa gini, disuruh jadi ibu s**u cucu keluarga konglomerat. Kalo ada apa-apa ntar pasti aku yang disalahin,” gerundel Novia pelan. “Ya udahlah, apa kata nanti aja.” Sesuai rencana, Novia memompa air susunya dan dikirim ke rumah Galang. Aji telah menyiapkan semua kebutuhannya, bahkan sudah menyiapkan kurir untuk langsung mengantarkan asi segar itu ke rumah. Ponsel Galang berbunyi di tengah rapat. Dia melihat ada nama pengasuhnya di layar ponsel itu yang membuat dia menghentikan rapat lalu keluar sejenak untuk menerima panggilan. “Ya halo. Gimana Niko?” tanya Galang. “Adek udah tidur, Pak. Nyenyak banget. Ini udah hampir satu jam adek tidur,” lapor Wati, pengasuh Niko. “Kamu udah kasih asi yang baru tadi?” tanya Galang ingin memastikan. “Udah, Pak. Tapi asinya agak bening, gak sepekat punya Bu Linda.” “Oh ya? Kenapa bisa beda?” tanya Galang ingin tahu. “Biasanya sih karena asupan makanannya kurang baik, Pak. Kurang bergizi.” “Dasar miskin! Makan makanan bergizi aja gak bisa!” geram Galang pelan. “Hah, gimana, Pak?” “Gak, gak papa. Sementara kasih asi baru aja. s**u formulanya gak usah pake lagi.” “Baik, Pak.” Ada sedikit rasa lega di hati Galang saat dia mendengar laporan dari Wati. Setidaknya keponakannya itu sudah bisa tidur tenang. Galang kembali ke dalam ruang rapat untuk melanjutkan rapat lagi. *** Novia sudah berdiri di depan meja kerja Galang. Dia sedang menunggu, perintah apa lagi yang akan diberikan atasannya itu. “Mulai sekarang kamu kerja di rumah saya. Kamu di training dulu,” ucap Galang. “Emm, maaf, Pak. Tapi saya boleh gak minta gaji saya di muka?” tanya Novia memberanikan diri. “Gak usah ngelunjak kamu!” murka Galang. “Tapi saya butuh uang, Pak. Saya butuh uang untuk operasi ibu saya. Kalo gak segera di operasi, ibu say—“ “Saya ngerti!” potong Galang. Galang teringat akan laporan Aji tentang kondisi ibu Novia yang sempat mengalami kecelakaan sampai menderita patah tulang. Tapi ternyata ibu Novia juga sedang mengidap penyakit lain yang membutuhkan operasi secepatnya. Galang segera mengangkat gagang telepon di mejanya dan memanggil Aji ke ruangannya. “Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Aji saat dia menghadap ke ruangan atasannya. “Lakukan pemeriksaan kesehatan ke dia. Kalau dokter menyatakan dia sehat, urus semua administrasi ibunya,” perintah Galang. “Tes kesehatan? Emang dipikir aku penyakitan apa ya?!” gerutu Novia dalam hati sambil melirik sinis ke arah Galang. “Baik, Pak.” Aji langsung membawa Novia ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan lengkap, sebelum dia menjadi ibu s**u cucu konglomerat. Novia yang tidak punya pilihan lain karena dia juga butuh uang untuk ibunya pun pasrah setuju saja. Novia menjalani pemeriksaan dengan pengawasan dokter yang ditunjuk oleh langsung oleh Galang, di rumah sakit keluarga mereka. “Pak Aji, saya boleh ketemu sama ibu saya dulu?” tanya Novia. “Ibu kamu lagi di periksa. Mending kamu tunggu aja sampe besok,” jawab Aji. “Tapi Pak, saya mau pamit dulu. Saya mau lihat ibu saya, Pak.” Novia memohon pada Aji. Merasa kasihan pada Novia, Aji pun membawa Novia ke ruang perawatan ibunya. Ibu Novia memang sudah dipindahkan ke rumah sakit ini, agar pengobatannya bisa lebih dipantau dengan baik. Novia duduk di samping ranjang ibunya yang masih tidak sadarkan diri. Dia menciumi tangan ibunya sambil menangis. “Maafin Novia, Bu. Novia gak bisa jagain ibu. Tapi Novia janji bakalan jenguk ibu kalo ibu udah selesai operasi. Ibu yang kuat ya. Janji ibu bakalan sembuh,” ucap Novia sambil terisak. “Kita harus pergi. Niko sudah butuh asinya,” ucap Aji mengingatkan Novia. Novia melihat ke arah Aji. Dia kemudian menyeka air matanya dan memberi kecupan di kening ibunya. Novia dibawa Aji ke rumah tempat tinggal Galang. Rumah yang besar, dengan pagar yang kokoh dan tinggi. Sudah seperti rumah orang kaya yang sering dia lihat di sinetron. “Wati,” panggil Aji saat dia masuk ke dalam rumah. “Iya, Pak.” Seorang wanita muda langsung turun dari lantai dua dan menemui Aji. “Ini Novia. Dia yang akan jadi ibu s**u Niko.” Aji memperkenalkan Novia pada pengasuh Niko. Wati menoleh ke arah Novia. “Dia cuma ibu s**u kan, Pak?” “Enggak. Dia yang akan urus Niko mulai sekarang. Kamu urusi perlengkapan Niko.” “Tapi Pak, kan s—“ “Jangan banyak bantah kamu! Ini perintah Pak Galang. Mana Bik Darmi?” “Lagi nyuci di belakang,” jawab Wati sambil cemberut. “Suruh Bik Darmi menyiapkan makanan bergizi buat Novia.” Aji menoleh ke Novia. “Sekarang kamar kamu di atas. Tanya semua kebutuhan Niko ke Wati. Kalo masih ada yang gak paham, tanya lagi nanti kalo ketemu saya. Saya harus balik ke kantor.” Novia mengangguk. “Baik, Pak.” Setelah membagi tugas untuk semua pelayan di rumah atasannya, Aji segera pergi untuk kembali ke kantor. Dia harus menemani Galang ke pertemuan penting malan ini. *** Galang tiba di rumahnya saat hari sudah hampir tengah malam. Seperti biasanya, dia pergi ke lantai dua untuk melihat keadaan Niko. Saat akan membuka pintu, samar-samar Galang mendengar ada suara seorang wanita sedang mendesis. Tidak suka dengan suara itu, Galang segera masuk ke dalam kamar. “Apa yang kamu lakukan, Novia!” seru Galang saat melihat Novia sedang memegang kedua buah dadanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD