Bab 4

1941 Words
Menjadi teman dari seorang wanita iblis berarti harus menerima semua sikap, tingkah dan perangai buruknya. Pagi ini seharusnya aku habiskan di kampus untuk menyelesaikan tugas kuliah yang tingginya hampir menyentuh langit, tapi kenyataannya pagi-pagi aku sudah dihubungi Briana dan di sinilah aku duduk di ruang tengah apartemennya sambil membaca diktat pelajaran. "Mau ke mana sih?" tanyaku saat dia melewatiku dengan segelas kopi di tangannya. "Neraka ... mau ikut?" ujarnya dengan wajah serius dan tanpa senyum, aku bergedik ngeri mendengar jawabannya dan memilih melanjutkan membaca diktat. Gila! Mau ke neraka silakan pergi sendiri jangan pernah ajak orang yang menginginkan surga. "Hahahaha takut ya, sorry gue cuma bercanda," aku mendengar langkah kakinya mendekatiku, aku juga melihat dia meletakkan kopi yang masih panas itu di atas meja, tidak lama dia duduk di atas pahaku dan mengalungkan tangannya di leherku. Kaget, shock mungkin itu reaksi pertamaku saat dia dengan beraninya duduk tanpa seizinku. "Santai friend, ini gaya gue berteman selama gue hidup mungkin hanya lo teman berbeda jenis kelamin dengan gue dan karena lo teman spesial  gue izinkan lo melakukan apa saja ke gue khusus untuk hari ini," dia menatapku tajam dan entah siapa yang memulai tiba tiba tubuhnya semakin mendekatiku dan akhirnya tubuh kami saling menempel, aku bisa merasakan deru napasnya di hidungku dan bibirnya semakin mendekati bibirku, aku menarik pinggangnya dan kami mulai berciuman. Awalnya ciuman biasa, ciuman tanpa napsu tapi lama kelamaan ciuman itu berubah semakin beringas, kasar, penuh tuntutan dan menggodaku untuk enggan melepaskan dirinya dari pangkuanku, aku melepaskan ciuman untuk mencari napas. Dadanya naik turun akibat kehabisan napas. "Lo..." sebelum aku melanjutkan ucapanku tiba-tiba dia menindihku, menciumku lagi dan lagi hingga lututku goyah akibat napsu yang kian membuncah. Aku tidak mau kalah dan membalikkan keadaan, kini aku menindihnya, dia tertawa dan akupun ikut tertawa. "Pertemanan yang unik, mana ada teman mencium temannya dengan buas dan beringas seperti lo tadi," kataku, dia kembali mengaitkan tangannya di leherku. "Karena semua hal harus diuji coba dulu dan gue nggak suka ditindih!" dia kembali ke posisi semula dan berada di atas tubuhku, aku meletakkan kedua tanganku di pinggangnya, dia mendesis dan menggesek-gesekkan dan meliuk-liukkan badannya. "Wow lo menggoda dan membangunkan 'Rovan Junior' dengan liukan seksi lo ini! Jangan salahkan jika kita berakhir ML di sofa ini! Gue nggak mau!" ujarku, gila aku termakan umpannya dan menginginkan dirinya. "Sengaja! Gue pengen lihat apa sanggup lo memakan teman lo sendiri?" astaga! Wanita iblis ini ternyata sengaja memancingku, tahan Rovan tahan! Jangan terpancing, jika lo tergoda cukup make out atau petting saja jangan sampai lebih dari itu. "Oh yeahhhhh.... Are you sure... gue nggak yakin jika gue satu-satunya teman yang mendapat 'service' sepagi ini," dia menghentikan liukannya dan mendekatkan wajahnya kepadaku. "Gue bukan p*****r Rovan dan ya hanya lo yang gue service seperti ini, hanya lo yang bisa mendapat ciuman panas dari seorang Briana, hanya lo yang bisa menyentuh tubuh gue dan semua itu gue lakukan karena lo teman gue ah sudahlah ini mulai tidak menyenangkan," dia hendak berdiri tapi aku langsung menahan tubuhnya dan menciumnya lagi dengan beringas, penuh napsu. Dia yang awalnya begitu dominan mulai luluh dan pasrah, dan pagi ini berakhir dengan kami saling berciuman, bersentuhan pokoknya sesuatu yang baru kali ini aku lakukan terhadap lawan jenis meski tidak sampai melakukan Making Love. Yeahhh ini cara kami berteman dan dia dengan suka rela membantuku melepaskan napsu yang dipancingnya tanpa merusak sedikitpun segel yang ada di dirinya. Dan lagi-lagi aku melakukan kesalahan dengan mengacuhkan panggilan Ara untuk kesekian kalinya. **** Pagi itu menjadi awal mula hubungan 'Teman Tapi Intim' diantara kami, entah kenapa aku tertarik mengikuti semua keinginan gilanya. Hampir satu bulan ini aku pindah ke apartemen sebelah dan setiap pagi biasanya kami melakukan 'ritual' aneh sebelum melakukan aktivitas. Ada saja hal baru yang dia inginkan dariku, dimulai dari Make Out di sofanya, di dapurnya dan terakhir di kamar pribadinya. Andai saja ponselku tidak berbunyi, mungkin aku melanggar sumpahku untuk tidak menyentuhnya. Hari ini aku terbebas dari kuku jari Briana, dan rencananya aku akan habiskan waktu bersama Ara sekalian membayar kesalahanku yang beberapa saat ini mengacuhkannya karena sibuk dengan Briana. "Maaf beberapa saat ini aku sibuk dan kita jarang bertemu, tapi aku janji hari ini waktu aku sepenuhnya untuk kamu," ujarku saat kami bertemu di parkiran kampus, wajahnya yang kesal dan bête langsung berubah ceria dan bahagia. "Huwaaa benar yaaa... nggak ada cerita bohong dan ingkar janji lagi," dia memelukku dan menciumku bertubi-tubi, aku mengangguk untuk meyakinkan dirinya. "Jadi... Nona Harabella Jasmine bersediakah dirimu untuk menghabiskan waktu berdua aku tanpa ada gangguan?" tanyaku, dia mengangguk lagi dan senyum tidak hilang dari wajahnya. Mungkin ini caraku membalas kesalahan yang beberapa waktu lalu aku lakukan, Calvin benar aku mulai bersikap egois terhadap Ara. "Bersedia dan Tuan Rovan Arizona, bersediakah dirimu menghilangkan nama wanita itu sehari ini dan hanya namaku ada di otak kamu?" tanyanya. "Bersedia... sebagai bukti ponsel akan aku matikan," aku mengeluarkan ponselku dan langsung mematikannya, Ara lagi-lagi tersenyum dan mencium bibirku. "Jadi kita ke mana hari ini? Nonton? Makan? Jalan-jalan atau terserah kamu mau ke mana," tawarku, dia mengerutkan keningnya seperti berpikir panjang. "Hmmm kita ke mana ya, ahhhh saking excited-nya aku sampai bingung mau ke mana, ke mana aja kamu bawa aku,aku pasrah," balasnya, aku melajukan mobil menuju sebuah mall dan berencana mengajaknya makan, nonton atau shopping. Tawa tidak pernah hilang dari wajah kami berdua, bersamanya aku bisa merasakan ketenangan tanpa takut melakukan dosa, Ara berbeda dengan Briana. Ara malaikat sedangkan Briana setan berwujud manusia. Mereka memiliki sifat bertolak belakang dan aku lebih nyaman jika bersama Ara. Aku dan Ara menghabiskan waktu dengan nonton film terbaru, makan di café kesukaannya dan saat ini kami berencana shopping, yeah ini gaya pacaran yang aku inginkan bukan dihabiskan diapartemen melakukan hal-hal gila. "Babe, ayo lihat di sana sepertinya ada diskon besar-besaran," Ara menarik tanganku sebuah toko baju yang menyediakan diskon lumayan besar, Ara sibuk memilih baju dan barang kebutuhannya sedangkan aku hanya bisa tersenyum melihatnya bahagia. Andai Ara tau pihak toko biasanya menaikkan dulu harganya baru memberi diskon besar-besaran mungkin dia tidak akan tergiur angka 50 % yang terpajang di rak baju. Bosan menunggu dan berencana membaca bahan kuliah, aku mengeluarkan ponsel-ku dan menghidupkannya. Baru beberapa menit menyala, tiba-tiba puluhan SMS dari Briana muncul dilayar ponselku. From : Briana "Lo dimana, kenapa ponsel lo nggak aktif' From : Briana "Heloooowwww" Ckckckck aku membuka SMS terakhir yang dikirimnya 10 menit yang lalu. From : Briana "Rovan.... gue sakit Van dan gue butuh lo sekarang!!!" Saat aku hendak mengecuhkan SMS wanita iblis itu tiba-tiba aku melihat Ara berdiri didepanku. "7 hari dalam seminggu kamu bersamanya, dan hanya 6 jam kamu betah bersamaku tanpa gangguan wanita itu!" ujarnya dengan keras, semua pengunjung butik melihat ke arah kami. "Ara.. nggak! Aku hanya..." "Stop! Stop membela diri... kenapa semakin lama aku merasa seperti kita ini sedang berselingkuh! Aku! Aku! Pacar kamukan? Tapi kenapa aku merasa seperti cadangan yang kamu datangi saat pemilik utama kamu tidak ada di kota ini," sindirnya tajam disela isak tangisnya. "Ara... astaga! Aku nggak ada maksud mencadangkan kamu, aku hanya membaca SMS dari dia bukan berarti aku peduli bahkan mau meninggalkan kamu demi dia! Bisa nggak hari ini jangan bikin mood aku memburuk dengan tuduhan dan kata-kata menyakitkan kamu!" balasku kesal. Drtt drttt Aku melihat nama Briana dilayar ponselku. Aku mengacuhkan dan masih menatap panjang ke arah Ara. "Kalo begitu matikan ponsel..." Drtt drttt Aku melihat SMS dari Briana lagi. From : Briana "Lo nggak datang dalam waktu setengah jam, gue nggak akan sudi menjadi teman lo lagi dan hubungan kita berakhir sampai di sini!" Shit! Dasar wanita iblis! "Baiklah... aku tau kamu mau pergi, pergilah... tinggalkan aku", Ara memutar tubuhnya dan meninggalkan aku begitu saja, rasanya aku ingin mengejar tapi jarum jam semakin mepet dan aku harus pergi sekarang jika ingin rencanaku tidak berakhir sampai disini. "Maaf Ara... maaf!" bisikku lirih dan dengan langkah berat aku meninggalkan Ara sendirian. **** Brengsek! Briana benar-benar sedang menguji kesabaranku, aku pikir dia benar-benar sedang sakit dan membutuhkan aku ternyata saat aku datang dia dengan santainya membuka pintu dengan wajah segar dan tidak menunjukkan ciri-ciri seperti orang sedang sakit. "Gue sudah bilang hari ini gue nggak bisa menemani lo main, gue ada urusan di kampus dan gue pikir elo memang sedang sakit... ternyata...." ujarku dengan nada marah tertahan. Dia mendekatiku dan menoel hidungku sekilas. "Hahaha gue mau bilang kalo gue mulai bosan berteman sama lo, sudah nggak ada tantangan," ujarnya sambil menghidupkan rokok, hampir satu bulan kami menjadi teman. Mungkin baru kali ini aku melihatnya merokok, aku merampas rokoknya dan menginjaknya. "Gue nggak suka bau rokok!" bentakku kasar, aku paling nggak suka cewek merokok. Aku saja laki-laki tidak pernah merokok. "Kenapa? lo mau gue hanya 'merokok' punya lo?" sindirnya, aku mengeram kesal mendengar ucapan pedasnya, emosiku yang sudah meninggi kian meninggi, karena keisengannya aku harus meninggalkan Ara sendirian dan sekarang dia seenaknya bilang sudah bosan berteman denganku, apa sih maunya wanita iblis ini. "Bukan! Merokok bisa merusak kesehatan lo, ayolah jangan kekanakan... gue tau lo sedang bête atau apa lah tapi jangan merusak diri sendiri, hubungan pertemanan kita ini saja sudah salah dari awal ditambah lo merusak diri dengan rokok yang nggak ada gunanya, rasanya sia-sia gue pindah ke sebelah hanya untuk menjaga lo," ujarku tak kalah keras. Wajahnya melunak dan dia berdiri membelakangi "Gue merasa bagai p*****r, entah kenapa gue menerima undangan setan setiap kita melakukan hal gila itu, ini salah dan lo benar dari awal hubungan kita memang sudah salah, jadi lebih baik kita berhenti di sini saja, gue nggak mau lagi berbuat dosa," ujarnya dengan dingin. "Baiklah, untuk sementara gue nggak akan ganggu lo sampai lo tenang gue masih tinggal di sebelah, kapanpun lo siap menerima gue lagi sebagai teman pintu gue terbuka buat lo," aku mengambil jaket dan memasangnya, Briana diam saat aku keluar dari apartemennya. Saat aku hendak masuk kedalam apartemenku tanpa sengaja mataku melihat Ara keluar dari lift dengan tatapan marah. Darimana dia tau apartemen aku dan bisa gawat jika dia tau Briana tinggal di sebelah apartemenku, ckckck pasti Calvin dan mulut comelnya! Lihat saja pasokan DVD mulai hari ini aku stop! "A...Ara, ngapain kamu di sini?" tanyaku dengan suara pelan agar Briana tidak mendengarnya. "Aku ... aku bosan mengalah! Aku ... aku bisa seperti wanita itu! Aku mau seperti wanita itu! Aku mau kamu hentikan semua balas dendam ini," dia mendekatiku dan menciumku, astaga! Kenapa aku bisa berada di antara dua wanita buas dan beringas setelah Briana sekarang Ara. Aku berusaha melepaskan ciumannya, tapi bukannya lepas yang ada Ara semakin menggila dan mendorongku hingga tanpa sadar punggungku terkena pintu apartemen Briana. Tubuhnya semakin menempel dan semakin memojokkan tubuhku di pintu apartemen Briana. "A..Ra.." aku berusaha melepaskan ciuman kami. "Siapa!" teriak Briana dari dalam. Shit! Aku menarik tubuh Ara menjauh dari pintu dan dengan tergesa-gesa aku membuka pintu apartemenku dan mendorong tubuh Ara agar masuk, tidak lupa aku mengunci pintu agar Briana tidak masuk lalu menemukan Ara. "Apa yang... kamu lakukan..." suaraku tercekat saat melihat Ara sudah tidak mengenakan sehelai benangpun berdiri di depanku, aku melihat airmatanya turun. "Aku bisa seperti wanita itu, aku tau apa yang kalian lakukan, aku tau Rovan! Aku bukan wanita bodoh yang tidak bisa melihat perubahan lelaki yang dicintainya! Aku tau hubungan kalian sudah intim! Apa dia sudah tidur sama kamu? Apa kalian sudah sampai sejauh itu?" tanyanya lagi. "Ara.. kamu salah paham... aku nggak pernah..." Ting tong ting tong "Rovan... ini gue Briana..." Shit! Kenapa hari ini hidupku kacau, di depanku berdiri wanita yang aku cinta dan ingin aku jaga kehormatannya sedangkan dibalik pintu berdiri wanita yang aku benci tapi pemuas napsuku. "Hahaha bahkan dia tau apartemen kamu sedangkan aku ... aku harus mengikuti kamu dulu untuk tau di mana kamu tinggal sebulan ini," dia memasang kembali bajunya dan menatapku dengan panjang "baiklah, sekarang aku mau kamu memilih aku atau dia, aku muak berada di situasi seperti ini." "Rovan! Buka pintunya, gue hanya mau bilang kalau lo lolos ujian tahap kedua, ya gue hanya menguji lo selama sebulan ini dan lo berhasil menjaga kesucian gue meski setiap hari gue menggoda lo," s**t! Wanita iblis itu menambah bensin dikobaran api Ara. Dia tertawa miris mendengar kenyataan yang baru didengarnya. "Jadi gue mau hubungan kita berlanjut ke tahap berikutnya," teriak Briana lagi. "Wahhhh selamat, rencana kamu berhasil dan aku tau jawabannya lebih baik kamu keluar dan temui pacar baru kamu, jauhkan dia dari apartemen ini sehingga aku bisa keluar dan tidak merusak suasana di antara kalian," ujarnya menyindirku. "Ara..ini hanya.." "Hanya apa? Hanya sandiwara? Tapi sepertinya kamu menikmati sandiwara yang kalian buat,aku kalah!" "Ara," aku berniat memeluknya tapi dia mundur menjauhiku. "Stop! Aku benci kamu! Aku benci wanita itu!" Arghhhhhh kacau! Aku menjambak rambutku saking kesalnya dihadapkan dua pilihan sulit seperti ini. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD