Akhirnya, hari untuk sekolah pun tiba. Cleona sudah siap dengan seragam sekolahnya. Rok pendek selutut berwarna cokelat muda, dan baju kameja putih, serta almamater sekolahnya sudah melekat di tubuhnya.
Cleona menunggu kedatangan Kin yang katanya akan menjemput. Ia pun menunggu Kin di depan gerbang rumahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 06:45, namun Kin belum juga muncul batang hidungnya.
Cleona mencoba positif thinking dengan Kin. Barangkali ia terjebak macet, karena ini hari Senin. Ketika ia menghubungi Kin, ponselnya tidak aktif. Cleo butuh kepastian, ia kembali menghubungi Kin untuk kesekian kalinya, namun masih tetap tidak bisa dihubungi.
Sebuah notifikasi w******p muncul dilayar ponselnya. Pesan dari Reynand, teman dekat Kin juga.
Reynand : Cle, Kin bilang datang ke sekolah sendiri aja. Dia kejebak macet, di SMA Tulip.
Degup jantung Cleo berdetak kencang. Matanya sudah panas, namun ia tahan agar air matanya tidak turun begitu saja. Ia pun mematikan total ponselnya.
Dengan tatapan kosong, Cleo berjalan pelan kearah halte angkutan umum di depan komplek sana. Ia sudah tidak memperdulikan waktu yang terus berjalan. Padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Itu artinya, upacara sudah di mulai.
Rasa kesal, marah, sedih, bercampur begitu saja di dalam hati Cleo. Ini adalah kesempatan dirinya bertemu dengan Kin setelah beberapa Minggu tidak bertemu, namun Kin malah mengingkari janjinya begitu saja.
Sesampainya di depan halte, ia menunggu taksi yang melewati jalanan ini. Namun taksi yang lewat, sudah terisi penumpang.
"Kin, selalu mengulang kesalahan yang sama ..." gumam Cleo pelan.
Sebuah motor matic menghampiri dirinya. "Woy, kaga takut telat ya lu?" Ucap Argi Sabian, teman sekelas Cleo.
"Udah telat lagian. Kamu juga telat," ucap Cleo santai.
Argi menggaruk kepalanya yang tertutup helm. "Eh, iya juga ya. Yauda cepet lu bareng gua aja. Taksi pada penuh jam segini."
Cleo menatap Argi dengan tajam. "Apa? Gua lagi baik sama lu? Kaga usah bayar, geratis. Tapi pake matic enggak apa-apakan?"
"Bukan masalah motor kamu," kata Cleo gusar, ia hanya takut Kin marah kalau dirinya berangkat kesekolah dengan laki-laki lain.
"Apa? Lu takut dimarahin Kin? Kin aja kaga jemput lu. Udahlah ayo naik keburu siang nih."
Dengan langkah ragu, akhirnya Cleo pun naik motor Argi. "Jangan ngebut-ngebut ya. Kalau Kin tanya kamu, bilang aja aku yang minta. Oke? Aku takut kamu di marahin Kin."
"Yaelah Cleo ... enggak sampe segitunya juga kali. Mana ada Kin marahin gua. Yang ada, Kin berterima kasih sama gua."
"Hmm, ya gitu deh pokoknya," kata Cleo.
"Ban gua kempes kayanya, Cle," ucap Argi si murid bandel itu.
"Ah, yang bener, Gi? Duh, mana masih jauh lagi." Cleo sudah khawatir dengan motor yang sedang ia tumpangi ini.
"Iya kayanya kempes deh. Badan lu ke gedean soalnya. Hahaha ...."
Tawa Argi pun pecah di sana. Tanpa ragu, Cleo memukul punggung Argi dengan kencang. "Mana ada badan aku kegedean. Mata kamu aja yang ketutupan belek tuh!" Kesal Cleo.
Mimpi apa Cleo semalam, kenapa pagi-pagi seperti ini emosinya sudah terkuras.
Sampailah mereka di SMA Tanah Bangsa. Benar saja, gerbang sekolah sudah di tutup, dan guru yang berjaga di depan gerbang pun sudah setia berdiri di sana.
"Apes gua pagi-pagi," gumam Argi.
Motor Argi pun terparkir di depan gerbang, Cleo langsung turun dan menyalami guru yang berjaga di sana.
"Cleona, jam berapa ini?" tanya Pak Suki, guru Bimbingan konseling di sekolahnya.
"Jam 8, Pak. Maaf atas keterlambatannya," kata Cleo dengan sopan sambil menunduk.
"Upacara sudah selesai 10 menit yang lalu, dan kalian baru datang?"
"Maaf, Pak. Jalanan macet," ucap Argi yang membela dirinya.
"Jalanan yang macet, atau matamu yang macet untuk bangun?"
"Hehehe ... dua-duanya, Pak."
"Pelajaran akan segera di mulai, simpan tas kalian di pos satpam. Bersihkan sampah di lapangan kelas 12 secepatnya, baru kalian boleh masuk ke kelas."
Cleona terkejut mendengar ucapan Pak Suki. Bagaimana tidak? Dirinya dan Argi harus membersihkan sampah di area kelas 12? Tentunya Cleo yakin, Kin pasti ada di sana berkumpul dengan teman-temannya.
"P--pak. Kenapa harus di lapangan kelas 12? Kelas 10 dan kelas 11 juga punya lapangan kok," ucap Cleo yang menolak untuk membersihkan sampah di area kelas 12.
"Udah ikutin aja, jangan sampe doi marah," kata Argi berbisik pelan. Doi yang di maksud Argi adalah Pak Suki.
"Lapangan kelas 10 dan 11 sudah bersih. Tidak ada penolakan. Sekarang kerjakan!" Pak Suki mengeluarkan jurus suara besarnya, yang menyakiti telinga Cleo dan Argi.
Dari pada telinga mereka sakit karena suara Pak Suki yang sangat besar itu, Argi menarik tangan Cleo untuk berjalan ke arah lapangan kelas 12 di gedung belakang.
Sesampainya di sana, Argi belum juga melepaskan tangan Cleo, karena mereka berlari berdua. "Huh ... huh ... u--udah gua bilang, jangan suka membangkang perkataan bapak guru. Sakitkan telinga lu."
Cleona tidak sadar tangannya masih berada di genggaman Argi. "Huh ... hah ... la--lagian ...."
"Betah banget? Gandengan kaya gitu?"
Suara itu? Suara yang sangat-sangat sekali Cleo kenal. Kin! Cleo yang tersadar langsung menghempaskan tangan Argi begitu saja.
"Aw! Cleo, sakit dong!" Kesal Argi karena tangannya berbunyi 'krek'
"Sorry," bisik Cleo pelan.
Cleo belum sempat melihat wajah Kin, ia hanya bisa menunduk dan pergi begitu saja.
....
Kin sudah menyelesaikan hukumannya karena terlambat pergi ke sekolah. Dirinya terjebak macet pada saat mengantarkan Levy. Ya, Kin mengantarkan Levy pergi sekolah ke SMA Tulip.
Dengan tas yang menggantung di bahu kirinya, Kin pergi menuju kelasnya, di depan kelas, atau persis di dekat lapangan, sudah ada teman-teman Kin yang berkumpul di sana. Ada Ben, Reynand, dan David.
"Bah, dari mana aja lu?" Sapa David sambil bersalaman dengan Kin.
"Lu Kali yang kemana aja," balas Kin.
Kin pun bersalaman dengan ketiga sahabatnya itu. Reynand yang tahu bagaimana lika-liku hubungan Kin dan Cleo sangat geram dengan kelakuan Kin saat ini.
"Pacar lu siapa? Gua lupa lagi," kata Reynand santai.
Kin yang sadar perkataan itu untuknya, ia menoleh kearah Reynand. "Cleona lah, emang maksud lu siapa?"
"Levy w******p gua, katanya lu gabisa jemput Cleo."
"Iya, gua kejebak macet, habis nganterin Levy. Hp gua ketinggalan," katanya santai dan duduk di sebelah Ben.
"Lu ... ah ... lu emang gila, Kin," kini Ben ikutan berbicara.
"Bisa-bisanya lu kaya gitu?" Tanya Reynand. "Lu tau? Gua kirim w******p ke Cleona pada saat itu juga langsung dia baca, dan lu tau apa? w******p gua gak di bales sama sekali sama tu bocah. Lu gak mikir? Berapa lama dia nunggu lu, buat jemput dia?" Sambung Reynand. Dirinya juga yang kemarin memberitahu keberadaan Kin pada saat di desa.
"Lagian Cleo santai kok. Dia enggak akan marah," ucap Kin.
"Dia enggak akan marah, Kin? Iyalah dia enggak akan marah, karena dia tau, kalau dia marah sama lu, lu bakal lebih marah sama dia," kini David ikutan berbicara karena kesal dengan Kin.
"Cleona sabar, gua tau itu," kata Kin yang berbicara santai.
"Dari mana lu tau Cleona sabar? Terus, kalau Cleo di gandeng sama cowok lain gimana?"
Kin yang memperhatikan Reynand berbicara, mengikuti arah pandang Reynand menuju lapangan. Tanpa menjawab ucapan Reynand, Kin menyimpan tasnya di lantai, dan pergi begitu saja.
"Kin sayang sama Cleo. Tapi cara dan sikap dia yang enggak pantas buat Cleo," kata David yang mendapat anggukan dari Ben dan Reynand.
Kin melihat Cleona dan Argi, teman satu kelas Cleo sekaligus adik kelasnya itu tengah berpegangan dan napas mereka memburu.
Ada gejolak panas dari dalam tubuh Kin melihat Cleo yang di genggam oleh orang lain, serta Cleo yang menggunakan rok pendek.
"Betah banget? Gandengan kaya gitu?" Kin membuka suaranya.
Cleo yang ada di hadapannya langsung menghempaskan tangan Argi, lalu menunduk dan pergi begitu saja tanpa melihat kearah dirinya.
Kin memperhatikan Cleo tengah mengambil sampah yang berserakan di mana-mana. Urusannya dengan Argi belum selesai, namun dengan cepat ia menghampiri Cleo, dan menarik tangan Cleo.
Cleo yang tangannya di tarik oleh Kin, hanya diam saja. Ia tidak menghiraukan Kin yang ada di sampingnya. Cleo masih memunguti sampah yang masih berserakan di lapangan.
"Cleo ... kenapa harus gandengan sama Argi?" Cleo terdiam.
"Cle ... kenapa rok ini masih di pakai?" Cleo masih terdiam.
"Cleo, kenapa kamu bisa datang berdua sama laki-laki lain?" Cleo tetap diam.
Mata Cleo sudah panas, ingin sekali ia mengeluarkan air matanya saat itu juga. Namun ia tahan.
"Cleona ...."
"Cleona, jawab aku!" Suara Kin meninggi.
Cleona menghempaskan tangan Kin yang memegangi tangannya. "Apa? Emangnya kamu masih peduli sama aku?" Cleo mencoba menatap wajah Kin yang sangat ia rindukan. Air matanya sudah tidak bisa ia tahan lagi.
"Cleo ... aku pacar kamu, aku harusnya marah liat kamu gandengan sama Argi."
"Aku, Kak ... Aku yang seharusnya marah liat kelakuan kamu yang terus gitu-gitu aja!"
"Aku juga punya hati, Kak. Aku juga punya rasa capek. Kamu pikir aku ini apa? Robot yang enggak punya perasaan? Iya? Kamu pikir sabar aku sebesar apa? Kamu pikir selama ini aku sabar dan nurut sama kamu karena apa? Aku sabar dan nurut sama kamu, ya ... karena aku enggak mau kamu kecewa, aku enggak mau kamu pergi dari hidup aku. Tapi kenapa kamu terus bikin kesalahan yang sama?"
Air mata Cleo bercucuran. Untung saja, mereka berada di ujung lapangan yang dekat dengan perkebunan. Jadi, tidak akan ada yang bisa melihat Cleo menangis.
Kin terdiam dengan Cleo yang menangis di hadapannya. "Selama tiga Minggu kemarin aku nungguin kamu, loh, Kak. Tapi kamu kemana? Kamu pergi tanpa ngasih kabar. Dan aku tau kabar kamu dari orang lain. Lalu sekarang ... asal kamu tau, aku sudah lama menunggu hari ini, hari untuk bisa bertemu kamu lagi. Tapi apa? Semalem kamu bilang mau jemput aku. Aku berdiri berpuluh - puluh menit di depan gerbang. Eh ternyata? Kamu lagi nganterin Levy? Gitukan?"
"Maaf ...."
"Maaf lagi? Maaf terus? Hati aku enggak sekuat yang kamu bayangkan. Aku sayang sama kamu. Hidup aku bergantung sama kamu. Tapi kenapa kamu terus seperti ini ...."
Cleo meninggalkan Kin yang terbungkam.