swiss 2

953 Words
Setelah letih menangis , vika tertidur di kamar  hotel yang cukup besar disana , ia merasa tubuh nya serasa sakit dan letih . Max masih setia berbaring disisi gadis itu sesekali terbangun untuk menatap nya dalam. Max merasakan kalau sekarang ia sudah benar-benar mencintai vika , Sehingga dengan mudah ia malah menyakiti gadisnya di saat cemburu . Max memang memiliki sifat yang tidak bisa mengontrol emosi nya ,ia sangat mudah marah dan kasar . Belum lagi Max kesal karna vika bahkan tidak menganggap nya sebagai kekasih nya ia malah melihat pria lain seenak nya saja mencium vika di hadapan nya. Rasanya itu tidak dapat ia toleransi .         Saat vika perlahan membuka mata nya ia melihat wajah max tampak begitu dekat dengan nya , Hal itu membuat vika malah memejam kan mata nya kembali . cup... Max memberi kecupan hangat tepat mengenai mata vika yang terpejam , gadis itu meringkuk mencoba untuk tidak membalas max . Ia hanya ingin max sadar kalau apa yang ia lakukan tadi adalah salah , bukan keeinginan nya kalau akan menciumnya secara mendadak bukan ? Vika tau betul siapa Joan , dia memang type playboy yang sering mencium wanita yang ia inginkan kan , walaupun baru kali ini ia berani mencium vika tapi rasanya sangat aneh kalau max malah menyakitinya. " maaf " ucap Max pelan ke arah vika seraya membelai rambut gadis itu pelan . " hey... bangun lah " ucap max lagi setelah melihat tidak ada tanda-tanda vika membalas ucapan nya. Melihat itu max kesal dan ia beranjak bangun dari sana ,menatap vika di sisi ranjang dan menjauhi nya dan keluar untuk memberi ruang pada gadis itu untuk sendiri . Setelah mengetahui max tidak di dalam ruangan , gadis itu beranjak dari tempat tidur dan pergi untuk membersihkan diri . Vika merasa tubuh nya sakit dan melihat bekas kissmark di d**a dan lehernya sangat banyak menghiasi kulit putih nya . " ah ... tidak seharusnya aku ikut ke swiss bersama nya " decak vika di sela  ia mencoba membersihkan bekas yang di berikan max padanya . Saat itu kepala vika serasa seperti berputar , ia merasa sekujur tubuhnya dingin dan pitam . uekkk !! vika mengeluarkan isi perutnya di dekat westafel .Vika memegang perut nya yang terasa mual . " ada apa ini " batin vika takut sembari memegangi perut nya " vika ?? " panggil max dari luar karna tidak melihat gadis nya di tempat tidur lagi. Max mendengar suara seseorang muntah dari kamar mandi dan beruntung vika tidak mengunci pintu nya. " hey.. ada apa ?? tanya max khawatir menatap vika yang lemas Gadis itu memegangi sudut westafel sambil bernafas dengan cepat . Max mengelus  punggung vika dengan pelan dan khawatir . Setelah ia merasa lega ,gadis itu segera mencuci mulutnya dan langsung memeluk max dengan tubuh yang bergetar . " kita ke dokter sekarang " ucap max tegas dan terdengar khawatir " tidak.. aku takut " ucap vika lemah " tidak vika kau harus di periksa,aku akan menelpon dokter untuk datang saja  " timpal max lalu menggendong gadis itu untuk berbaring di tempat tidur . Wajah vika sangat pucat dan lemas , Max khawatir sesuatu terjadi padanya ,dengan segera ia meminta pihak hotel untuk menelpon dokter terbaik untuk datang segera ke kamar nya. Max mendekatkan dirinya ke tubuh gadis itu lalu menciumi sudut wajah nya dan tersenyum hangat. " tenang lah sayang " ucap max pelan  Setelah beberapa menit dokter datang dengan cepat ke kamar mereka . Max yang tampak cemas di sudut ranjang  terus menatap dokter yang memeriksa vika dengan teliti . " bagaimana keadaan nya dok ?" tanya  max lirih " ehmm... sebentar saya masing mengecek " ucap dokter Vivian sambil meraba-raba tubuh vika di bagian perut Beruntung dokter itu adalah seorang wanita ,kalau ia pria sudah habis di hajar oleh max . Ia paling tidak tahan kalau seorang berani menyentuh sehelai rambut pun yang ada di diri vika. Dokter Vivian bangkit dan tersenyum manis ke arah max dan vika . " selamat ya... vika hamil " ucap dokter Vivian dengan lembut " apa ? hamil ?" tanya vika dengan terkejut ia menutup wajah nya dengan kedua tangannya . " yesss !! thanks dok.." ucap Max malah terlihat senang dan menatap senang ke arah vika . " Saya permisi dulu ,sebaiknya kalian segera ke rumah sakit untuk memeriksa lebih spesifikasi nya " ucap vivian lalu pergi keluar dari kamar hotel yang  besar Max langsung mendekati vika dan memeluk nya. Srakk !! Vika langsung mendorong tubuh max menjauhi nya , Entah apa yang difikirkan vika ia malah terlihat sangat takut. " bagaimana bisa aku hamil , padahal aku....   " ucap vika terhenti setelah mengingat terakhir kali mereka melakukan nya Ia lupa meminum pil anti kehamilan " sekarang kau tidak bisa lari lagi , kau akan menjadi milikku " batin max sambil tersenyum tipis ke arah vika " max.. aku belum siap untuk semua ini , bagaimana bisa semua ini terlalu cepat dan..." vika tampak menangis karna masih belum bisa menerima bayi nya. " apa kau mau membuang nya ?" tanya max dengan wajah serius  Vika langsung menatap ke arah max seolah menyatakan iya. " aku akan membunuh mu kalau kau melakukan itu" ancam max kepada vika agar ia takut dan tetap mempertahankan bayi nya .  mendengar itu vika semakin frustasi dan takut ,ia belum siap memiliki anak dan ia belum seutuh nya mencintai Max dan semua berlalu dengan sangat cepat . Di tengah ia memikirkan bayi kecil yang mulai hidup di perut nya , Ia sempat memikirkan Xavier entah kenapa melupakan Xavier sangat sulit baginya walau pun max cukup mencintai nya . tapi sikap Xavier dan max jauh berbeda , Xavier dengan perhatian dan kelembutan nya berbeda dengan max kasar dan arogan .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD