"Halo, Ibu. Ibu masih disana kan?" tanya Asher saat menyadari ibunya hanya diam saja.
"Ah, iya. Besok ya Nak? Siapa yang akan kamu bawa kalau bukan Lolly?" tanya Ibu Samran setelah menjawab pertanyaan Asher
"Iya, Bu. Kenapa, apa Ibu tidak senang, kenapa kedengaran nya Ibu tidak senang?" tanya Asher yang langsung menaruh curiga saat mendengar nada suara yang terdengar tidak biasa di telinga Asher. Ibu Samran yang mendengar pertanyaan penuh curiga dari Asher, segera merubah ekspresinya jauh lebih tenang, agar Asher tidak curiga. Padahal sebenarnya Asher sudah menaruh curiga kepada sang Ibunda.
"Tidak begitu, Nak. Ibu hanya terkejut saja mendengar kalau kamu besok akan kembali dengan membawa tamu yang tidak ibu ketahui. Ibu kan cuma tahunya Lolly , kalau bukan Lolly siapa lagi?" jawab Samran yang diakhiri dengan kalimat tanya karena Samran merasa penasaran.
"Aku akan membawa ibunya Lolly untuk tinggal bersama ku. Dan Lolly sendiri akan menyusul nanti." Jawab Asher yang membuat Samran merasa lega.
"Baiklah. Berhati-hatilah dijalan." Kata Samran sebelum panggilan terputus.
Disaat Samran merasa lega karena ibu Lolly akan menempati rumah Asher, beda halnya dengan perasaan Asha yang sedikit merasa takut saat mendatangi tempat tinggal barunya yang sederhana.
Ceklek
Dengan perlahan Asha masuk ke dalam rumah sederhana tersebut, sambil celingukan meneliti di setiap sudut ruangan. Setelah Asha puas memandangi tempat sederhananya itu, Asha segera mengunci pintu rumah sederhana tersebut, dan beralih masuk ke dalam kamar untuk beristirahat, setelah Asha memastikan tempat itu aman.
Keesokan harinya, Asha terbangun dari tidurnya, dan melihat ke sekeliling yang ada di kamarnya sambil menerbitkan senyum kecilnya. Ini adalah pertama kalinya Asha bangun dari tidurnya dengan suasana tempat baru. Setelah Asha merenggangkan ototnya, Asha segera masuk ke kamar mandi yang kamar mandi tersebut jauh dari kata mewah, Tidak seperti biasanya saat dirinya tinggal di rumah Asher. Setelah selesai dengan urusan mandinya, Asha segera mencari pakaian yang sederhana untuk menyesuaikan dengan tempat tinggalnya saat ini. Asha berniat untuk jalan-jalan selama beberapa hari ini, agar Asha bisa mengenal lingkungan di sekitarnya. Asha merasa senang dengan tempat tinggal barunya kali ini, karena penduduk di tempat barunya itu semua baik terhadap Asha.
"Tetangga baru ya, tinggal disebelah mana?" tanya seorang wanita yang cukup dewasa pada Asha, membuat Asha langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Aku baru tadi malam pindah ke rumah pojokan sana, yang cat berwarna biru. Sebelumnya aku tinggal di jalan kenanga." Jawab Asha dengan penuh kesopanan, sambil menunjuk rumah sederhananya, membuat wanita yang menyapa Asha langsung tersenyum ramah dan menyukai sifat lemah lembut Asha.
"Wahhh. Kita satu komplek. Kenapa pindah kesini, malam-malam lagi?" tanya Sri, wanita yang menyapa Asha tadi. Apalagi Sri melihat Asha jalan kaki dengan jarak yang cukup jauh.
"Mau kemana?" Tanya Sri
"Aku lagi cari pasar, buat belanja gitu, tapi sampai saat ini aku masih belum tahu dimana pasarnya." Jawab Asha dengan polosnya
"Kalau gitu, biar aku antar, sekalian aku mau beli sayuran juga disana." Ajak Sri karena memang tujuan Sri mau kepasar. Asha dengan senangnya langsung menganggukkan kepalanya, lalu segera mengikuti langkah Sri dari belakang.
"Oh iya. Karena dari sini jaraknya cukup jauh untuk ke pasar, bagaimana kalau kita naik ojek saja, biar cepat gitu." Kata Sri memberi usulan. Asha hanya bisa mengangguk kan kepalanya, karena Asha sendiri juga tidak tahu sejauh apa pasar dari tempatnya saat ini. Sri segera mencari ojek, dan langsung meminta mengantarnya ke pasar.
Setelah mereka sampai di pasar sesuai dengan yang mereka inginkan. Asha segera berlari kesana kemari dengan senangnya, sambil melihat-lihat orang yang sedang belanja agar dirinya bisa meniru para ibu-ibu yang sedang berbelanja itu suatu saat nanti.
"Kamu jalan-jalan disini saja sebagian pengenalan. Aku mau belanja dulu. Belanjaan Mu pasrahkan sama aku saja, kamu bisa berkeliling dulu disini. Setelah kamu merasa puas, kamu bisa menungguku di sana, biar nanti aku yang menyusul mu." Ujar Sri sambil menunjuk sebuah gardu agar Asha menunggu dirinya di gardu tersebut. Asha menganggukkan kepalanya cepat, lalu Sri pun meninggal kan Asha untuk belanja apa yang ingin Sri beli. Asha berjalan dengan senangnya dan bersenandung ria dengan suara keras nya.
Asha ingin melepaskan rasa penat karena memikul beban yang sangat erat selama ia menikah dengan Asher.
Cukup lama Asha berjalan mengelilingi dekat pasar itu, Asha menghentikan langkahnya dan duduk di tepi jalan raya yang banyak rumput.
"Aku tidak tahu kenapa papa melakukan hal ini sama aku, apa tujuan dan harapan papa melakukan semua ini?" tanya Asha dengan gumaman sambil mendongak melihat ke atas langit sambil memperlihatkan senyum termanisnya. Asha tersenyum karena merasa dirinya melihat sosok ayahnya yang sedang melambaikan tangan ke arahnya.
"Aku rasa, semua yang dilakukan Papa tidak lain hanya untuk kebahagiaan Ashana. Tapi percayalah, apa yang dilihat Papa saat ini, itulah kenyataannya. Aku akan melakukan apapun sesuai harapan Papa selagi aku mampu. Dan aku harap, papa juga tidak marah kalau saja aku memilih menyerah karena ketidak mampu aku." Kata Asha lagi. Setelah Asha puas memandangi langit cerah itu, Asha kembali berdiri dan kembali membawa langkahnya mengelilingi jalan di dekat pasar itu. Hitung-hitung buat nunggu Sri selesai belanja juga. Asha yang penasaran pada toko baju yang ada di manekin itu langsung mendekatinya.
Asha mulai membawa langkahnya untuk melihat-lihat, hingga langkah Asha berhasil terhenti saat mata Asha menangkap sosok yang Asha kenal.
Degh
"Tidak! Ini tidak mungkin! Apa yang harus lakukan? Aku tidak mau riwayatku akan tamat hari ini!" kata Asha yang begitu terkejut saat penglihatan Asha menangkap sosok yang Asha kenal. Asha mulai memundurkan langkahnya dengan langkah yang pelan, berharap sosok yang ia lihat tidak menyadari keberadaannya. Asha melangkah mundur dengan pandangan yang terus tertuju pada sosok yang ia lihat. Dalam hati, Asha harus berhasil menyembunyikan diri dari orang tersebut, dan bahkan Asha berharap orang itu tidak akan menemukan keberadaan dirinya di tempat itu. Asha benar-benar panik, khawatir orang itu akan menemukan dirinya meski belum menyadari keberadaan dirinya saat ini di tempat itu. Wajar saja mereka tidak menyadari Asha di tempat itu, Asha sudah masuk ke tempat keramaian, kalau saja Asha masih di luar, atau di jalan raya seperti sebelumnya, sudah pasti Asha sudah ditemukan bahkan dibawa dengan begitu mudahnya dari tempat itu oleh orang yang dilihat Asha saat ini. Asha kembali memundurkan langkahnya kebelakang, dan baru saja berhasil melewati dua langkah, punggung Asha bertabrakan dengan tubuh seseorang, membuat Asha langsung berdiam diri mematung.