Rose terbangun dari tidurnya ketika jam menunjuk angka 9 malam. Dan mendapati tubuh tinggi Alex sedang bersantai di sofa ruang tamu ketika ia berencana mengambil air minum di dapur karena haus.
Rose mulai mengintip di celah pintu dapur. Yang masih tetap bisa terhubung lurus ke arah ruang tamu. Keningnya sedikit mengernyit ketika melihat raut wajah yang cukup berbeda ketika lelaki itu bermain dengan ponselnya.
Ada senyuman tampan yang bergelantungan di ujung bibirnya. Oh, sial sekali hidup seorang Rose. Yang harus terjebak dengan pria kaku yang bahkan tidak pernah mencintainya seujung kuku pun.
Mungkinkah ini karma atas perbuatan Rose dulu yang sering gonta-ganti pria dalam waktu satu minggu sekali.
Jadi orang cantik memang menyebalkan.
Rose mulai melangkah memasuki dapur. Tangannya bergerak menyepol rambutnya ke atas. Ia harus bertindak untuk membuat laki-laki itu bertekuk lutut mengemis cintanya.
Salah satu tindakannya yaitu membuat minuman kopi kesukaan Alex. Jadi Rose mulai meraih cangkir dan memasukan serbuk kopi bersama gula pasir untuk di seduhnya. Ketika selesai Rose mulai membawa minuman itu ke ruang tamu, untuk sekedar menemani waktu santai Alex.
"Kubuatkan kopi. Minumlah," ucap Rose merasa sangat percaya diri.
Namun hal yang paling menyebalkan adalah ketika lelaki itu meliriknya dengan tatapan sedatar aspal. Tidak ada raut menyenangkan yang terpatri di dalam bentuk wajahnya sedikitpun. Dan lebih menyebalkan lagi. Lelaki itu malah kembali bermain dengan ponselnya tanpa memedulikan seduhan biji kopi yang sudah berteriak murka karena tidak dilirik sama sekali.
Oh, Rose merasa sangat terhina sekarang.
"Alex, setidaknya hargai. Minumlah sedikit. Aku sudah membuat minuman itu sampai kedua tanganku melepuh," ucap Rose dengan nada sedikit jengkel. Kalau Alex bukan suaminya pasti sudah Rose tendang ke planet Mars detik ini juga.
"Aku tidak menyuruhmu untuk membuatnya," jawab Alex acuh. Tidak peduli dengan raut murka Rose di sampingnya.
Rose mengeram, sudah cukup batas kesabaran Rose. Laki-laki sialan ini harus di beri pelajaran.
Bruk
"Apa yang kau lakukan?!"
Teriakan keras dari suara Alex menjadi sebuah pertanda bahwa ada sesuatu hal gila yang sedang dilakukan oleh wanita itu. Dan ya, Rose kini sedang menyeringai di atas tubuh Alex yang dipaksa berbaring di sofa.
"Aku ingin memberi sedikit pelajaran," katanya.
Dan Alex langsung mencekal tangan Rose yang mulai hinggap di d**a bidangnya. Matanya menatap Rose dengan tatapan membunuh.
"Turun dari tubuhku!"
"Jika aku tidak mau. Kau mau apa?!" Dagu Rose terangkat pongah. Menantang Alex yang kini terlihat semakin murka di bawahnya.
Alex mencekram pergelangan tangan Rose dengan keras. Sampai Rose meringis kesakitan.
"Sudah aku peringatkan menyingkir dari tubuhku!"
"Aku tidak mau!"
Tidak peduli dengan rasa sakit di pergelangan tangannya. Rose mulai bertindak berlebihan. Mencoba meraih bibir Alex dengan bibirnya. Tetepi Alex punya refleks bagus untuk menghindar. Dan alhasil bibir Rose hanya bisa mendapatkan bagian pipi saja.
Dengan kemarahan yang mulai membuncah. Alex langsung membalikkan posisi mereka. Hingga kini ia yang berada di atas tubuh Rose. Wanita itu terengah, cukup kehabisan napas, mencoba mencium Alex tetapi tidak bisa meraihnya. Pertahanan tubuh lelaki itu sangat kuat.
Alex menatapnya penuh rasa jijik. "Jangan pernah bermain-main denganku," peringatnya.
Setelah mengucapkan itu. Alex kemudian bangkit dan meraih ponselnya yang terjatuh di lantai. Memilih pergi karena sudah tidak ada lagi ketenangan di rumah ini.
Dan Rose hanya bisa diam. Menatap kosong dengan telinga yang terpasang baik ketika deru mesin mobil itu terdengar melaju pergi.
***
Laki-laki itu tidak pulang.
Itu yang didapatkan Rose di pagi hari ini. Tidak ada makhluk hidup di mansion ini selain dirinya sendiri.
Sebenarnya apa yang salah dengan orientasi laki-laki itu. Kenapa dia begitu jijik kepadanya. Bahkan tidak ingin bersentuhan sedikitpun. Apakah kekasihnya lebih cantik dan menarik dari pada Rose.
Rose jadi penasaran. Secantik apa wanita itu. Sehingga Alex tega memperlakukannya seperti ini.
.
.
Bar adalah tempat yang selalu di kunjungi Rose ketika ia merasa frustrasi. Tempat yang paling tepat untuk melupakan semua hal yang melintas di pikirannya.
Rose tidak sendiri, di sampingnya ada Angel, teman sesama liarnya yang terpaksa Rose hubungi untuk sekedar menemani Rose atau mendengarkan ocehan Rose tentang suami berengsek yang tidak pernah bersikap baik terhadapnya.
Sebenarnya ini memalukan. Rose bahkan sudah siap untuk menutupi aib rumah tangganya. Namun wanita sepertinya juga butuh seseorang untuk berbagi keluh kesah, dan mungkin yang bisa Rose ajak untuk datang dan menemaninya di sini hanya Angel, karena teman Rose yang lain masih menjalani kesibukan di Indonesia.
"Cukup Rose, kau sudah banyak minum," sergah Angel ketika melihat Rose kembali ingin meraih gelasnya.
Rose hanya mengedikan bahu. Dan melirik Angel dengan senyuman nakalnya. "Kau lupa. Aku ini peminum yang handal." Rose berucap begitu sombongnya hingga berhasil membuat Angel mendengus kesal.
Ya, terima kasih atas berkat Tuhan yang membuat usus Rose jauh lebih kuat di bandingkan dengan ususnya yang selalu merintih mual ketika mengonsumsi berbagai minuman laknat ini.
"Ya aku tau Rose. Aku hanya tidak mau repot ketika kau tiba-tiba saja mabuk atau pingsan di sini gara-gara terlalu kesal dengan suamimu. Jadi dengarkan saranku oke."
Angel mulai memperlihatkan mimik wajah serius, ia memutar kursinya agar bisa berhadapan dengan wajah Rose. "Kau hanya perlu telanjang di depannya. Pasti dia tidak akan menolak bukan? Jika aku boleh berkata jujur, bentuk tubuh dan wajahmu sangat sempurna. Aku sedikit heran kenapa ada jenis laki-laki seperti suamimu. Disuguhi wanita secantik ini, ia tidak mau."
"Mungkin peliharaannya lebih cantik dariku," ucap Rose singkat. Ia tidak sesinting itu untuk bertelanjang di depan Alex begitu murahnya. Jika lelaki itu tak sedikitpun tertarik terhadap kecantikannya. Untuk apa? Rose tidak akan mempersembahkan harga dirinya untuk di injak lelaki itu lagi.
Suara Angel kembali berbunyi, "Mungkin. Tapi kau sudah terkenal di kalangan laki-laki Rose. Kau itu sosok sempurna di mata mereka. Masa ada yang lebih cantik dari wajahmu?"
"Kau pikir di dunia ini hanya aku yang tercantik. Dasar bodoh. Tentu saja banyak. Salah satunya, mungkin kekasih Alex."
Angel mengembuskan napas. Ia mulai meraih kaki gelas dan meneguk minuman kerasnya. Rasa terbakar di tenggorokan membuat mimik wajah Angel terlihat sangat konyol.
"Ah, aku tau!" ucap Angel kemudian. Mengagetkan Rose yang sedang meneguk minumannya.
Rose mendengus jengkel dengan ulah Angel yang mengagetkanya. Tetapi tetap saja mulutnya masih bisa bertanya, "Tau apa?" dengan nada penasaran.
"Sudahlah, lebih baik lupakan suamimu. Kau cantik, kau masih bisa membuat laki-laki bertekuk lutut. Lihat itu."
Telunjuk Angel mengarah ke seorang pria yang sedang duduk di atas sofa. Laki-laki tampan yang terlihat sibuk dengan laptopnya.
"Dia tampan, mirip boyband korea. Kau mungkin bisa mendapatkannya. Jika suamimu mempunyai peliharaan di luar rumah. Tidak ada salahnya kan jika kau mempunyai peliharaan yang lain juga."
Angel menarik nurukan alisnya. Dan tatapan Rose mulai memperhatikan lelaki itu. Ya, cukup tampan, kulitnya seputih s**u, tidak seperti Alex yang berkulit eksotis. Tubuhnya juga cukup oke, walaupun tidak sebagus tubuh Alex.
Lalu suara Angel mulai terdengar lagi, berbisik pelan di telinga Rose.
"Kau bisa menjadikan lelaki tampan itu peliharaan baru di luar rumahmu. Dan itu akan menjadi cara untuk merebut hati suamimu. Buat dia cemburu, dan menyesal telah mengabaikan kecantikanmu."
Seperti medapatkan pencerahan yang luar biasa gemilang. Sudut bibir Rose terangkat begitu nakal. Benar juga. Mungkin ia bisa memanfaatkan lelaki itu untuk bisa membuat hati Alex terjatuh di bawah kakinya.
Dan Alex akan menyadari bahwa sesungguhnya kecantikan ini hanya untuknya, bukan untuk lelaki lain.