Suasana apartemen terasa begitu sunyi setelah semua orang pergi. Hanya ada Lira dan Aksa yang terjebak dalam ruang yang sama. Namun, mereka terpisah oleh dinding tak kasatmata yang mereka bangun sendiri. Lira duduk di tepi ranjang dengan tubuh kaku. Ia menatap kosong ke arah jendela besar yang memperlihatkan kilauan lampu kota. Pernikahan telah terjadi, tapi tidak ada kebahagiaan yang menyertainya. Sementara itu, Aksa berdiri di dekat lemari. Pria itu melepas jasnya dengan gerakan lambat dan terukur. Tatapannya terasa dingin saat menatap Lira seakan-akan pernikahan ini tidak berarti apa-apa baginya selain kontrak yang harus dipenuhi. "Kenapa diam?" Suara Aksa memecah kesunyian di antara mereka. Lira tidak menjawab. Ia sudah lelah, terlalu lelah untuk berdebat atau menanyakan sesuatu ya