51

2028 Words

Keesokan harinya, Gibran sudah seperti cacing kepanasan. Jika diperhitungkan waktu, mungkin setiap pergantian detik ia melirik ponselnya. Menungguk keputusan Galih tentang taktik 'kebetulan' yang dimaksudkan sahabatnya itu. Hari ini ia tidak ada jadwal di rumah sakit. Tapi untungnya, jajaran pasien yang mengantri untuk ia periksa di klinik bisa sedikit mengalihkan perhatiannya dari ponselnya. Sampai pukul enam sore, ia kembali melirik ponselnya dan masih saja tidak ada kabar dari pria itu. Dengan kesal, Gibran menghubungi Galih. "Loe kemana aja sih?" tanyanya tanpa basa-basi. "Snorkling." Jawab Galih santai. Di belakangnya Gibran bisa mendengar suara dentingan alat masak. Tentu saja pria itu sedang berada di café. Tapi Gibran terlalu kesal untuk mengingat hal itu. "Gue nungguin kabar

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD