Hubungan seperti apa?

1148 Words
Setelah berbicara dengan menantunya, Citra pun kembali menghampiri putrinya. Tangannya bergerak menyentuh wajah putrinya yang pucat itu. "Kenzo, tolong beliin sussu hangat dua ya!" Pinta Citra seraya menoleh ke arah menantunya yang baru saja selesai minum itu. "Iya, ma." Jawab Kenzo yang langsung saja pergi meninggalkan ruangan tanpa berani lagi untuk berpamitan pada istrinya. Ara tersenyum tipis ke arah mamanya. Citra sendiri pun ikut tersenyum dan mengelus rambut putrinya dengan hati-hati. Citra tahu kalau terjadi sesuatu pada putrinya, dan Citra juga tahu kalau putrinya enggan memberitahu hal itu pada orang lain termasuk suaminya sendiri. "Ma, kandungan Ara gugur." Kata Ara memberitahu Citra. Citra terdiam, tangannya langsung saja bergerak mengusap air mata putrinya yang tiba-tiba keluar itu. Citra tahu, melihat putrinya yang sedari tadi hanya diam dan kadang tersenyum tentu saja telah terjadi sesuatu pada putrinya. "Kamu menggugurkannya?" Tanya Citra yang langsung saja dijawabi gelengan oleh Ara dengan cepat. "Bukan gitu ma, tapi tadi waktu di kamar mandi perut Ara sakit banget. Lalu Ken bawa Ara ke rumah sakit dan dokter bilang kalau kandungan Ara nggak bisa diselamatkan dan harus di gugurkan." Jelas Ara yang langsung saja membuat Citra bergerak maju dan memeluk putrinya dengan erat. Citra tahu bagaimana rasanya kehilangan, meskipun awalnya dia tidak ingin memilikinya tapi tetap saja ada kesedihan yang diam-diam mengganjal di hatinya. "Kenzo tahu?" Tanya Citra pelan. Ara menggelengkan kepalanya dan meraih tangan mamanya, memeganginya dengan erat dengan tatapan penuh permohonan. "Kamu mau pisah sama Kenzo?" Tanya Citra pelan. Orang tua mana yang ingin pernikahan anaknya gagal? Tidak ada bukan? Tapi dari awal putrinya memang tidak menyukai pernikahannya. Pernikahan itu terjadi hanya karena adanya janin di dalam kandungan putrinya, dan sekarang janin itu sudah tidak ada. Citra bisa mengatakan pada suaminya dengan hati-hati jika putrinya benar-benar ingin berpisah dengan Kenzo. Tapi jika tidak, maka Citra akan merasa lebih bersyukur. "Kenzo tidak tahu kalau aku keguguran ma, bisakah mama jangan bilang sama siapapun?" Kata Ara membuka suaranya. Melihat mamanya yang diam saja dan tidak menjawab, Ara pun pasrah. Mamanya orang yang baik pasti tidak akan mau menyembunyikan hal itu hanya karena permintaannya bukan? "Jaga diri kamu baik-baik. Mama tahu kamu mulai nyaman sama pernikahan kami, tapi jika sesuatu di mulai dari kebohongan seperti ini, mama takut jika suatu saat kamu menyesalinya." Kata Citra yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Ara. Ara bergerak maju dan memeluk mamanya dengan erat. Ara tahu, mamanya adalah mama terbaik yang ia punya. "Ara janji tidak akan menyesalinya, Ara sudah membuat keputusan seperti ini jadi Ara tidak akan menyesal. Masalah anak, nanti Ara sama Kenzo bisa buat lagi dengan cepat." Balas Ara yang langsung saja membuat Citra melepaskan pelukannya dan menyentil dahi putrinya pelan. Kali ini Citra memang kesal pada putrinya, bisa-bisanya putrinya mengatakan hal itu dengan sangat gampang. Bahkan putrinya tidak memikirkan bagaimana keadaannya saat ini. "Sebelum melakukan itu, kamu harus sehat dulu. Mama nggak mau terjadi apa-apa sama kamu lagi. Kamu putri mama satu-satunya, jadi mama nggak ingin kamu kenapa-napa." Kata Citra pada putrinya. Ara yang mendengarnya pun langsung tersenyum lebar, dirinya merasa sangat senang karena mamanya mau memarahinya seperti ini. "Ara tahu mama." Jawab Ara. Citra mengulurkan tangannya untuk menyentuh kepala putrinya. Putrinya yang dulu sangat kecil sekarang sudah benar-benar tumbuh dewasa dan memiliki keluarga kecilnya sendiri. Suara pintu yang terbuka membuat Citra menoleh dan menatap ke arah Kenzo yang meminta maaf karena sudah membuka pintunya dengan keras. Citra pun hanya mengangguk dan tersenyum tipis ke arah putrinya yang juga tengah tersenyum. "Katakan pada mama jika Kenzo membuatmu tidak senang." Kata Citra tiba-tiba. Ara pun menganggukkan kepalanya dengan cepat dan membuat mamanya tersenyum senang saat melihatnya. "Kalau gitu mama pulang ya, kapanpun kamu ingin datang, mama sama papa akan selalu menyambut kamu dengan baik. Sekalipun kamu memiliki keadaan yang sangat buruk sekalipun." Kata Citra yang langsung saja membuat Ara kembali berkaca-kaca saat mendengarnya. "Mama pulanglah, pasti papa sudah menunggu di rumah." Jawab Ara. Citra pun mengangguk dan mencium kening putrinya dengan penuh kasih sayang. Setelah itu Citra memilih untuk pulang dan menitipkan putrinya pada menantunya Kenzo. Kenzo menelan ludahnya kasar, Kenzo tahu istrinya sudah mengadukan banyak hal tentang kelakuannya pada mamanya, dan dirinya saat ini tentu saja dalam keadaan tidak aman. Kenzo mendekati istrinya dan duduk di samping ranjang istrinya dengan membawa sussu hangat yang ditolak oleh mertuanya tadi. "Kamu bilang semua hal sama mama ya?" Tanya Kenzo dengan suara pelan. Ara yang mendengarnya pun memilih untuk memejamkan matanya, mengabaikan pertanyaan suaminya yang terlihat sangat penasaran itu. Untuk saat ini Ara tidak ingin berbicara pada suaminya, tidak tahu apa alasannya yang pasti dirinya tidak ingin melakukan hal itu. "Sebelum tidur, minumlah sussu hangat dulu." Kata Kenzo seraya memegangi tangan istrinya. Ara membuka matanya dan menoleh ke arah suaminya. Matanya menatap ke arah wajah suaminya yang jelek itu. Meskipun jelek terkadang sikap suaminya yang hangat membuatnya merasa nyaman. "Jelek," cibir Ara yang langsung saja membuat Kenzo terdiam. "Wajah jelek seperti ini, sudah pasti di tolak sama Starla." Lanjut Ara lagi. Kenzo terdiam dan mengambil napasnya panjang, setelah itu Kenzo menghembuskannya dengan perlahan. "Kita sudah menikah bukan? Jadi jangan bawa-bawa Starla atau siapapun lagi. Foto-foto Starla juga sudah aku hapus semua." Kata Kenzo sedikit kesal pada istrinya itu. Ara pun tersenyum tipis saat mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya. Suaminya terlihat lucu saat gugup seperti itu, dan Ara suka menggodanya. "Semua ini salahku, seharusnya aku tidak memaksamu untuk melakukannya terus menerus." Kata Kenzo mengakui kesalahannya. "Tidak kok, aku juga suka." Jawab Ara yang langsung saja membuat Kenzo melotot saat mendengarnya. Istrinya itu benar-benar membuatnya bingung sendiri. "Tapi kata mama jika aku sering melakukannya nanti terjadi sesuatu sama kandungan kamu." Kata Kenzo seraya menatap ke arah perut istrinya. Ara terdiam, matanya tiba-tiba saja berubah menjadi sedih. Sekarang dirinya tahu kenapa tiba-tiba saja perutnya terasa sakit dan kandungannya tidak bisa diselamatkan. "Tidak apa-apa, yang paling penting aku harus nyaman. Kalau aku nggak nyaman itu bisa membuatnya semakin rumit. Misal aku kesakitan gitu." Jawab Ara dengan suara pelan, matanya menatap lurus ke arah mata suaminya yang terus bergerak karena takut. "Kamu jangan bilang mama, kamu ini sudah dewasa masih saja apa-apa bilang mama. Tidak malu ya?" Tanya Ara sedikit kesal pada suaminya itu. "Kamu juga gitu kan? Apa-apa mama." Balas Kenzo yang langsung saja membuat Ara terdiam saat mendengarnya. "Aku anak perempuan, aku tidak ditakdirkan untuk mengurus rumah tangga bukan? Salah ya kalau aku sedikit-sedikit manggil mama? Kalau kamu nggak suka aku nggak akan gitu lagi." Jawab Ara yang langsung saja membalikkan tubuhnya dan membelakangi suaminya. Ara tahu kesalahan apa yang sudah ia perbuat. Dirinya saja bahkan masih sangat bergantung pada mama papanya, dan dengan kejam dirinya mengkritik suaminya seperti itu. Tentu saja dirinya tidak bisa menyalahkan suaminya karena Ara tahu jika dirinya lah yang paling bersalah dalam hal ini. Kenzo sendiri hanya diam, memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh istrinya. Apa yang dikatakan oleh istrinya memang benar, dirinya memang masih kekanak-kanakan dan belum juga dewasa padahal sudah memiliki keluarganya sendiri. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD