Pagi ini Inara bangun agak kaget. Karena ia mendengar suara ketukan pintu di kamarnya. Buru-buru Inara memakai hijabnya dan langsung membuka pintu. Ternyata Bayu yang mengetuk.
"Mas?"
"Maaf, Mbak. Ini udah subuh loh, Mbak nggak sholat?" Tanyanya. Inara langsung kaget.
"Su-subuh?" Bayu mengangguk.
"Saya sholat, Mas. Sepertinya saya terlalu nyenyak tidurnya." Bayu tersenyum dan mempersilahkan Inara untuk sholat subuh. Karena Bayu sendiri sudah sholat.
"Aku ke bawah ya, kalau butuh apa-apa tanya aja." Inara mengangguk. Bayu pun turun kembali ke bawah.
Inara langsung bergegas mandi di kamar mandi dalam kamarnya. Dan buru-buru mengambil wudhu lalu menunaikan sholat subuh.
Inara menyempatkan diri untuk murotal sejenak. Setelah dirasa cukup, ia pun langsung bersiap ke bawah untuk membuatkan sarapan. Semoga saja masih sempat.
Inara menghentikan langkahnya saat melihat Bayu tengah memasak di dapur.
"Udah selesai?" Tanya Bayu yang menyadari kehadiran Inara. Inara menunduk malu. Ia menautkan kedua jemarinya gugup.
Bayu membawa dua piring berisi roti isi daging.
Ia menaruhnya di meja dan menatap Inara.
"Mbak, kok, diam aja? Sarapan, yuk," ajak Bayu. Inara menggigit bibirnya dengan tak enak hati. Bayu paham, Inara, pasti malu.
Bayu mendekat dan menarik lengan Inara.
"Sini, duduk. Sarapan. Jangan malu, hanya karena aku yang masak. Besok gantian, Mbak, yang masak ya."
Inara mengangguk. Bayu mengusap kepala Inara yang tertutup hijab warna hijau botol.
Mereka pun memakan sarapannya dengan tenang. Tak ada pembicaraan selama makan.
Bayu mengusap bibirnya dengan tisu dan merapihkan pakaiannya.
"Mbak, nggak apa-apa, kan, aku tinggal kerja?" Inara melirik Bayu. Lalu mengangguk.
"Oh, ya. Malam ini, kita jadi pesta ya. Nanti aku kabarin, Mbak. Nomor telepon, Mbak, ada nggak?"
Inara menyebutkan nomornya dan langsung di simpan oleh Bayu.
"Yaudah, nanti aku hubungi, Mbak, ya." Bayu bangun dari duduknya dan berjalan ke arah ruang tamu. Mengambil sepatunya dan memakainya.
Inara buru-buru mendekat ke arah Bayu. Begitu Bayu bangun dari duduknya ia langsung tersenyum karena ada Inara di belakangnya.
"Aku berangkat ya, Mbak." Inara mengangguk dan menjulurkan tangannya. Bayu memberikan tangannya untuk di kecup oleh Inara.
Bayu mengusap kepala Inara.
"Assalamualaikum, Mbak."
"Waalaikumsallam."
Aryo yang melihat Bayu sudah masuk kerja langsung berlari menghampirinya dan masuk ke dalam lift yang sama. Bayu mengucap salam yang langsung di balas oleh Aryo.
Aryo menyenggol lengan Bayu.
"Apa?" Tanya Bayu.
"Gimana malam pertama?" Bayu menghela nafas.
"Itu rahasia, kan?"
"Masa sama aku juga rahasia, sih?"
"Apa kalau kamu menikah, kamu juga akan menceritakan malam pertama mu?"
"Tentu saja. Aku akan cerita dengan bangga. Karena aku yakin, bisa memuaskan hasrat istriku. Hahaha." Bayu geleng kepala.
"Eh, jadi, gimana?"
"Apanya?"
"Jangan pura-pura bodohlah, usia boleh muda. Tapi, masalah s*x, siapa yang tidak tau sih?" Bayu sama sekali tak mau menanggapi.
"Bay, nggak seru ah!"
"Cepat nikah, biar tau rasanya." Bayu keluar dari lift dan meninggalkan Aryo sendiri di dalam.
Aryo menggerutu tak jelas. Dan menekan tombol lift untuk menutup pintu lift. Bayu mendesah kencang saar pintu lift tertutup. Ia merenggangkan ototnya dan menyapa sekretarisnya. Zia.
"Assalamualaikum, Zia?"
"Waalaikumsallam, Bapak. Selamat pagi?"
"Pagi, ada jadwal apa saya hari ini?"
Zia pun dengan sigap langsung memberitahukan jadwal Bayu yang tidak terlalu padat.
Bayu mengangguk paham dan masuk ke dalam ruangannya.
Bayu menaruh tas kerjanya dan merogoh ponsel di saku celananya. Bayu menghubungi beberapa temannya yang memang sudah janjian untuk nanti malam. Bayu menelpon hanya untuk memastikan tempat nya agar tidak ada kesalahan nanti.
Semua temannya sudah ia hubungi. Bahkan kawan kampusnya dari Inggris berniat untuk hadir juga.
Rasanya Bayu tak sabar untuk bertemu dengan mereka.
Bayu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Aryo yang sedari tadi mengajak ngobrol sama sekali tak di tanggapi oleh Bayu. Karena Bayu tak punya waktu banyak untuk meladeni ocehan Aryo.
Bayu menelpon Inara dan memberitahukan lokasi di mana pestanya diadakan. Bayu juga meminta supir pribadi kantornya untuk menjemput Inara di rumahnya. Sementara Bayu langsung menuju hotel tempatnya mengadakan pesta. Ia harus menyiapkan semuanya. Mendekorasinya sesuai keinginan dirinya.
Sebenarnya pesta ini hanya untuk teman-teman saja. Tak ada keluarga atau orang luar lainnya. Bayu memang pernah bermimpi untuk mengadakan pesta setelah pernikahan dan memperkenalkan istrinya.
Tak apalah walau istrinya tak sesuai dengan impiannya. Yang penting malam ini Bayu bisa bertemu kembali dengan para sahabatnya.
Bayu memasuki hotel dan memeriksa setiap persiapan yang ada. Beberapa Bayu ubah dan ia tata sendiri. Setelah selesai bagian dekorasi. Bayu pergi ke bagian katering. Ia coba cicip makanan yang ada. Semua sudah beres. Cepat juga mereka bekerja. Padahal cuma sehari pengerjaan.
Bayu melihat jam di tangannya. Harusnya Inara sudah sampai ya.
Bayu berjalan keluar dan melihat keadaan luar. Tidak ada tanda-tanda Inara sampai.
Bayu menelepon Inara.
Inara terduduk dengan lesu. Pakaian apa yang harus ia kenakan? Apakah Bayu tidak malu memperkenalkan dirinya. Inara malu jika bertemu dengan teman-teman Bayu yang pasti nampak hebat.
Inara menunduk tak percaya diri. Pakaiannya hanya itu-itu saja. Apa tak masalah jika Inara datang dengan pakaian yang ia punya sekarang?
Inara kembali melihat lemari. Lalu ia melihat ada satu tas yang diberikan oleh mertuanya. Asti. Dari semenjak menikah hingga hari ini. Inara belum membuka tas itu.
Akhirnya Inara memberanikan diri membuka tas pemberian mertuanya. Inara melihat apa yang ada di dalamnya dan langsung tersenyum senang.
Baru saja mau menyentuh isi dalam tas. Ponselnya berdering. Inara pun mengangkatnya.
"Assalamualaikum?" Salam Inara.
Inara nampak terdiam. Lalu mengangguk.
"Ya, maaf, saya akan segera ke sana."
"Iya, supir, Mas, sudah ada di sini."
"Iya, Mas. Waalaikumsallam."
Inara mematikan sambungan dan bergegas memakai apa yang ada.
Sekitar 15 menit. Inara turun dari lantai dua dan membuka pintu. Di mana supir Bayu sudah menunggu sedari tadi.
"Maaf, Pak. Saya lama."
"Tidak apa, nyonya. Mari, saya antar." Inara mengangguk dan masuk ke dalam mobil.
Para sahabat Bayu sudah datang. Mereka semua nampak melepas rindu. Beberapa pria bule yang tinggi dan tampan juga nampak di sana. Mereka semua adalah para sahabat Bayu.
Beberapa kali terdengar Bayu berbicara dengan bahasa Inggris. Nampak Bayu tertawa dan bercanda layaknya pria seusianya.
"Nggak sangka, Bro. Lo nikah duluan!"
"Hehehe susah emang jadi orang ganteng."
"Hah! Masih saja kau, Bro!" Mereka tertawa kembali.
"Oh ya, mana istrimu?" Bayu terdiam.
"Pasti super cantik ya?" Tanya lainnya lagi.
"Yalah, seorang Bayu. Yang selalu PHP cewek bule, cewek paling cakep di kampus, pastilah dapat istri yang tak jauh dari cewek sana. Mulus, seksi, hahaha."
Bayu semakin diam. Senyum Bayu nampak terpaksa.
"Diem aja, Bay. Cerita dong, kaya apa istrimu?"
"Istriku... Dia...."
"Hey, hey... Lihat tuh, siapa tuh cewek? Nggak salah masuk sini dia? Gila kali ya?" Salah seorang teman Bayu mendadak membicarakan seorang wanita.
"Apa sih?" Tanya Bayu.
"Itu, Bay. Ada cewek pakai tutup muka gitu. Kaya teroris, itu loh." Bayu langsung melotot dan melihat ke arah yang di tunjuk temannya.
Bayu terdiam.
Seorang wanita dengan pakaian serba coklat muda dengan cadar warna senada. Nampak elegan dan cantik. Walau tak terlihat wajahnya.
"Inara?" Gumam Bayu takjub.
"Bay, kamu kenal cewek mirip teroris itu?" Bisik temannya lagi yang langsung menyadarkan Bayu.
Bayu menarik nafas dalam. Malu sih, tapi, ini sudah jadi resikonya.
"Inara!" Seru Bayu. Sahabat Bayu langsung melihat Bayu bingung. Karena Bayu justru memanggil perempuan bercadar itu. Inara yang merasa namanya di panggil langsung mendekat perlahan ke arah Bayu. Wajah nya langsung menunduk.
"Kamu kenal?" Bisik teman Bayu.
"Eh... Ini... Inara... Dia...."
"Temen mu?"
"Saudara mu?" Teman-teman Bayu mencoba menebak. Inara tambah minder di buatnya.
"Inara, istriku."
"Whattts??????"