Syera hampir tidak mempercayai siapa yang dilihatnya. Dia adalah Samuel Dinata, sepupu Nara. Syera mengenal pria itu dari Nara ketika sahabatnya merayakan ulang tahun beberapa bulan lalu di cafe langganan keluarga Dinata. “Sammy?” panggil Syera spontan. Pria berusia tiga puluh dua tahun itu tersenyum simpul. “Sedang apa di sini?” tanya Syera yang merasa aneh karena mereka bertemu di kantor dan penampilan pria itu pun tak kalah rapi dengan stelan jas seperti para atasan pada umumnya. “Saya mendapat tugas di sini, di kantor ini,” kata pria berkaca mata itu memberi tahu. Sedetik kemudian Syera mengingat sesuatu. Mata dan mulutnya terbuka bersamaan karena ingatannya barusan. Buru-buru dia mengatupkan mulutnya karena malu. Samuel terkekeh kecil, melihat kelakuan gadis di depannya yang di