Caia dan Zeus duduk dalam keheningan malam yang semakin pekat dengan pikiran masing-masing. Zeus melanjutkan perjalanannya menuju ke apartemen Caia. Kota mulai sepi, dan lampu-lampu jalanan memancarkan cahaya temaram yang membingkai langkah-langkah mereka. Udara dingin menyusup meskipun pintu dan jendela mobil tertutup rapat. Tubuh Caia terasa kebas, bukan hanya karena suhu malam, melainkan karena kelelahan yang menumpuk di tubuh dan pikirannya. Pikiran-pikirannya berkelindan tanpa arah, dipenuhi oleh ketidakpastian masa depan dan rencana-rencana yang baru saja dia bicarakan dengan Zeus. Rencana gila yang berpotensi mengubah hidup mereka berdua. Zeus melirik Caia yang kini bungkam di sebelahnya. Ia bisa merasakan beratnya beban yang ada di pundak gadis itu, dan meskipun dia tid