BAB 22

1409 Words

Liam menawari Kamari membeli baju atau semua hal yang diperlukan, tapi ditolak. Gadis itu mengatakan di rumah Liam sudah lengkah dan tidak memerlukan hal lain lagi. Seperti biasanya, tiap pagi Kamari ke kampus. Liam menawarkan mobil dan sopir tapi ditolak. “Aku nggak mau manja, Om.” “Bukan manja, biar aman aja.” “Aku aman kok naik angkot.” “Nggak! Terlalu jauh kampusmu dari sini. Mulai sekarang nggak boleh lagi naik angkot.” “Tapi—” “Kamu tinggal milih, diantar jemput sama aku, Lucky, atau sopir?” Kamari terdiam, memikirkan tawaran Liam. Sebelum menjawab, ia berunding dengan teman-temannya dan jawaban mereka membuatnya pusing. “Gue saranin lo minta antar Pak Liam. Ingat, satu hari ganti satu mobil. Gue siap nunggu di depan gerbang!” usul Marsel dengan nada menggebu-gebu. Pemuda itu

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD