Bab 1. Permintaan Dari Wanita Tercinta

1306 Words
Joe tengah berpikir mengenai permintaan dari kekasihnya. Mencari wanita yang bersedia menjadi tunangan palsunya. Bagaimana cara dia mendapatkan wanita yang setuju menjadi tunangan palsu demi meluluskan keinginan dari kekasihnya itu. Dia harus mencari seorang perempuan yang bisa menjaga rahasia dan bersedia di ajak bekerja sama untuk beberapa waktu ke depan. “Joe, waktunya makan siang.” Rega yang merupakan asisten pribadi Jonathan masuk ke ruangan bosnya untuk mengajak pria itu makan siang bersama. “Ck! Ayolah, Joe!” Rega berdecak sebal ketika melihat bosnya masih sibuk dengan lamunannya. “Sorry.” Joe bangkit dari duduknya dan tidak lupa mengantongi ponsel ke dalam saku kemejanya. Kedua pria dewasa itu melangkah keluar dari ruangan dan berjalan bersisian menuju lift untuk turun ke lantai dua di mana pusat restoran dan kantin berada. Mereka memasuki kotak besi yang siang itu tidak terisi seorang pun, jadi hanya mereka yang ada di lift khusus tersebut. Usai menekan tombol 2, Rega menyandarkan punggungnya pada dinding lift bersamaan terdengarnya suara helaan napas atasannya itu. “Ada masalah?” tanya Rega sembari menoleh ke arah Joe. “Sedikit,” sahut Joe ogah-ogahan. “Katakan, mungkin aku bisa membantu,” pinta Rega. Joe menimbang, dia pun sedikit ragu untuk mengatakannya dan memilih tidak memberitahu pada Rega. “Oke, aku tidak akan memaksamu untuk mengatakannya. Semoga masalahnya segera teratasi.” Keduanya keluar dari kotak besi tersebut dan melangkah menuju restoran yang bersebelahan dengan kantin para karyawan. Joe dan Rega sudah duduk di meja dan tinggal menunggu pesanan mereka diantarkan. Joe mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja seperti tengah berpikir. Hal itu pun tidak luput dari perhatian Rega yang mengira kalau bosnya itu sedang mengalami masalah serius. “Begini, Ga,” katanya memulai percakapan. “Dengar ini rahasia, aku tidak mau kalau sampai menyebar ke luar dan menjadi skandal di perusahaan atau di keluargaku. Paham?!” “Oke, aku akan tutup mulut,” ucap Rega sembari memeragakan dengan adegan mengunci mulutnya dan membuang kuncinya entah kemana. Joe duduk mendekat ke arah Rega berbicara secara berbisik, dia khawatir kalau ada yang mendengar percakapan mereka. “Aku sedang mencari wanita yang ingin ku jadikan sebagai tunangan palsu.” “What the hell, Joe! Kau gila?!” Rega berseru dengan nada tinggi sehingga Joe harus menggeram marah karena sikap asistennya itu. “Bisa kecilkan suaramu, Bodoh?!” hardik Joe kesal. Rega meminta maaf dan menyuruh Joe untuk melanjutkan ucapannya. Dia benar-benar terkejut mendengar seorang Jonathan Pramudya yang notabene adalah pria paling diminati para gadis, tiba-tiba mencari wanita untuk menjadi tunangan palsu. Bukankah itu sangat mengejutkan? Joe berperawakan tinggi tegap dengan tubuh yang terlihat atletis hasil dari gym yang rutin dilakukannya dua kali seminggu. Wajahnya tampan dengan rahang tegas yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Bibirnya sedikit tebal sehingga banyak wanita yang mengecapnya sebagai pencium andal dan berandai-andai ingin menciumnya. Joe memiliki bola mata yang hitam pekat dan tatapan setajam elang. Alis matanya tebal, dengan hidung yang cukup mancung. “Wanita seperti apa yang kau inginkan?” tanya Rega setelah mendengar penuturan sekilas dari Joe. “Yang paling utama, tentu saja yang cantik,” sahutnya mantap. Rega mengangguk-anggukan kepalanya. “Dan, satu hal lagi.” “Apa?” tanya Rega penasaran. “Dia harus memiliki kepribadian yang menarik dan menonjol.” Joe tidak ingin mencari wanita asal-asalan, dia ingin wanita yang menjadi tunangan palsunya itu berkualitas. Di samping itu, agar keluarganya tidak mencurigai kalau dia sedang bersandiwara. Rega tau, kalau bosnya itu tidak akan mencari wanita sembarangan. Dia sudah memiliki gambaran tentang para wanita itu yang akan dia tunjukan pada Joe nanti usai jam kantor. Di sisi lain kantin, Aline tidak bisa menikmati makan siangnya dengan khidmat, pikirannya berkecamuk tentang biaya rumah sakit ibunya yang harus dia tanggung. Sementara uang tabungannya sudah habis tak bersisa. Ini semua karena ulah ayahnya, jika saja dia tidak lengah dan menaruh buku tabungannya di tempat yang mudah di jangkau mungkin uangnya akan tetap aman hingga sekarang. Sialnya, ayahnya yang sudah kecanduan judi menemukan buku tabungannya tergeletak begitu saja di atas meja belajar malam itu. Sehingga memintanya untuk membayarkan utang-utang judinya yang luar biasa sangat banyak. Sampai Aline tidak ingin melihatnya atau mendengarnya. Menurutnya jumlah utang yang dimiliki ayahnya sangat mengerikan di banding dengan penampakan hantu yang setiap malam dilihat oleh Lucy, anak tetangganya yang masih berusia empat tahun. Aline berulang kali mengembuskan napas panjang, memikirkan bagaimana caranya dia mendapatkan uang yang banyak? *** Setelah jam kantor usai, Rega memastikan kalau para pegawai sudah meninggalkan area kantor. Rega sudah menghubungi beberapa wanita yang menurutnya sangat potensial seperti yang diinginkan oleh Joe untuk menjadi kandidat tunangan palsunya. Joe tengah menyibukkan diri dengan beberapa pekerjaan sore itu, sehingga dia harus lembur bersama asistennya. Tidak lama kemudian terdengar ketukan pintu di depannya. “Masuklah!” Joe tau kalau itu adalah Rega, asistennya yang sudah menjanjikan akan membawa beberapa wanita untuk di seleksi menjadi tunangan palsunya. Rega membuka pintu itu sedikit dan hanya menampakan kepalanya saja. “Aku sudah membawa mereka,” katanya sedikit berbisik. Joe meminta Rega untuk segera melakukannya, membawa para kontestan wanita itu satu persatu ke dalam ruangannya. Rega kembali menemui ke lima wanita itu. “Oke, begini aturannya. Aku akan berada di dalam dengan bos ku, lalu kalian berdiri berurutan masuk menunggu giliran sesuai daftar yang aku punya. Paham?!” Kelima wanita cantik dan bertubuh molek itu mengangguk bersamaan. “Baguslah!” Rega masuk ke ruangan Joe dan mulai memanggil peserta pertama. Wanita pertama adalah, wanita cantik berambut panjang sebahu dengan tubuh yang tinggi semampai. “Dia lulusan terbaik di kampusnya,” kata Rega menambahkan. “Apa hobi mu?” tanya Joe dengan mata menyipit, setelah mendengarkan kelebihan wanita itu. “Hobi? Aku suka berenang, berbelanja ... Apa itu bisa di sebut hobi?” tanya wanita itu kepada Rega. Rega mengangkat bahu. Sementara Joe mengibaskan tangannya. “Oke, terima kasih atas kedatangannya.” Rega membuka pintu dan membiarkan wanita itu keluar. Kemudian dia melanjutkan ke peserta berikutnya. Aline yang tengah lembur, sebelum pulang dia naik ke lantai atas untuk menaruh beberapa file di meja atasannya. Kemudian dia terkejut dengan tiga wanita yang berdiri di depan ruangan yang dia tau adalah ruangan CEO di perusahaan ini. “Apa yang sedang kalian lakukan?” tanya Aline penasaran. Para wanita ini sangat cantik bak seorang model kelas atas, dia menjadi sangat penasaran mengapa para wanita ini bisa berada di sini. “Pergilah, kau tidak ada urusan di sini!” Salah satu wanita itu mengusir Aline, khawatir kalau mereka akan memiliki saingan baru. “Aku hanya ingin tau, sedang apa kalian di sini?” katanya masih ngeyel. Tidak lama kemudian pintu yang merupakan ruangan CEO itu terbuka dan seorang wanita cantik lainnya keluar dari sana sembari berbicara kasar. Dari dalam ruangan terdengar suara memanggil salah satu nama wanita yang tersisa di luar. Satu wanita masuk dan menyisakan dua wanita lagi. Aline mulai berpikir dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di dalam sana, yang mana adalah ruangan CEO paling dingin yang pernah dia dengar dari mulut ke mulut para pegawai di sini. Karena rasa keingintahuan yang tinggi, membuat Aline nekat ikut dalam antrean tersebut walau namanya tidak ada dalam daftar. Dia hanya penasaran dengan yang terjadi di dalam, sementara wanita cantik sombong itu tidak mau memberitahunya. Bisa saja ini adalah hari keberuntungannya. Pintu itu kembali terbuka dan wanita yang mengantre tadi keluar dengan perasaan lesu. Satu wanita masuk ke dalam ruangan CEO, tersisa satu peserta lagi yang berdiri di sebelahnya. Wanita itu menoleh ke belakang dan menatap Aline sinis. “Apa yang kau lakukan di sini?!” tanya wanita itu ketus. “Kau bisa menghancurkan peluang ku tau! Pergi sana!” usirnya kasar. “Peluang? Peluang apa?” tanya Aline mencoba mengorek apa yang sebenarnya terjadi di sini. Kemudian pintu itu kembali terbuka, dan wanita yang masuk tadi keluar dengan kepala menggeleng kecewa. Wanita yang mengusir Aline bergantian masuk ke dalam dan kini hanya tersisa dirinya sendiri. Entah apa yang akan dia lakukan di sini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD