Jantungku berdebar? (Dylandra Adhitama)

1107 Words
“Hei, hati-hati!” teriak seorang pria yang saat ini menarik tangan Natalia sampai ke bibir pantai dan suaranya menyadarkan Natalia saat itu juga. “Ah! A-aku ....” Natalia membuka matanya dan dia terkejut saat melihat tubuhnya langsung jatuh ke dalam pelukan seorang pria asing yang tak dia kenal sama sekali. “Ka-kamu siapa? Kenapa kamu menyelamatkan aku?” tanya Natalia. Deg! Deg! Pria tampan itu terdiam sejenak saat melihat wajah Natalia yang kini sudah dalam pelukannya, jantungnya berdetak tak biasa dan itu baru pertama kali dia rasakan. “Cantik sekali!” gumamnya sambil menelan ludah berkali-kali, membuat Natalia langsung menatap aneh padanya. “Maaf mas, bisakah anda melepaskan saya?” ucapnya sambil mendorong d**a pria itu. Deg! Pria itu langsung tersadar dari lamunan aneh yang dia sendiri pun tak mengerti. “Ah, iya! Maaf tadi saya panik melihat kamu tenggelam dan tadi itu ....” “Terima kasih sudah menolong saya! Tapi saya tidak ingin hidup lagi, saya ingin mati saja!” Sel Natalia dengan tatapan putus asa. Pria itu mengerenyitkan dahinya. “Hah! Kamu ingin mati? Kenapa? Ka-kamu cantik dan ....” Pria itu baru menyadari saat melihat pakaian yang dipakai Natalia. “Kamu memakai gaun pernikahan?” tanyanya. Natalia mengangguk dan tiba-tiba saja menangis histeris. “Hiks ... Hiks ... Dunia tidak adil padaku! Kenapa ... Kenapa tinggal satu langkah lagi dia akan menjadi milikku, tapi dia mengkhianatiku! Kenapa?!” Natalia menangis tersedu-sedu dan menumpahkan semua rasa sesak di dadanya. Pria itu pun langsung bingung melihat kondisi Natalia. “Emmm ... Gimana ya? Saya juga bingung mbak, saya ... Juga enggak tahu apa yang terjadi sama kamu! Tapi ....” Pria itu melihat ke sekelilingnya dan ada beberapa orang yang lewat, kini menatap kearah keduanya. “Duh, kenapa jadi begini sih? Wanita ini cantik sih, tapi enggak mungkin kan dia gila?” Gumamnya sambil menggaruk kepalanya. “Mbak, jangan nangis dulu ya! I-itu kita jadi bahan tontonan orang, lebih baik kita duduk dulu sebentar dan tenangkan dulu diri mbak nya ya!” ucapnya dengan panik. Natalia pun menghentikan tangisannya, dia menatap wajah pria di depannya. “Maafkan saya mas karena sudah merepotkan anda, tapi ....” Natalia memegang pipi pria itu. “Mas, anda tampan sekali! Bolehkah saya tahu nama anda siapa?” tanyanya. Pria itu langsung melotot karena terkejut. “M-mbak! Terima kasih atas pujiannya, saya memang tampan dan semua mengakuinya kok,” ucapnya dengan senyuman bangga. Natalia tersenyum getir. “Iya, anda tampan sekali lebih tampan dari calon suami saya yang pengkhianat itu, tapi rata-rata pria tampan itu selalu nyakitin dan tidak setia! Jadi, saya tidak suka lagi sama pria tampan,” ucap Natalia, dia melepaskan tangannya dari pipi pria itu dan hendak berjalan pergi meninggalkannya. Namun, pria itu lagi dan lagi menarik tangan Natalia. “Tidak semua pria tampan pengkhianat kok, masih banyak yang setia! Oh ya, tadi kamu mau tahu kan nama saya,” ucapnya. Natalia pun menoleh kearahnya. “Iya, siapa nama mas? Dan terima kasih sudah menolong saya,” ucapnya dengan tatapan sendu. “Nama saya Dylandra Adhitama, kamu bisa panggil saya Dylan,” jawabnya. Natalia tersenyum. “Mas Dylan ya! Baik, saya akan mengingat nama mas yang sudah jadi dewa penolong saya,” ucapnya. “Karena saya sudah memberitahu nama saya, sekarang bisakah saya tahu nama kamu?” tanyanya. Natalia mengangguk. “Boleh! Nama saya Natalia, panggil saya Aurel atau Lia, terserah mas Dylan saja dan sekali lagi saya ucapkan banyak terima kasih, karena mas Dylan sudah menyelamatkan saya, kalau mas tidak menyelamatkan saya, mungkin saja sekarang saya sudah menjadi mayat yang mati karena sakit hati dan ....” belum selesai Natalia bicara, tiba-tiba saja dia mendengar suara Bryan yang berteriak mencari dirinya. “Lia! Lia sayang! Lia ... Kamu ada di mana? Tolong dengarkan penjelasan aku dulu,” teriaknya yang terus memanggil nama Natalia. Membuat Natalia langsung panik saat itu juga. “Sialan! Mau apalagi si pengkhianat itu mencari aku? Seharusnya dia sedang menikmati acara pernikahan itu bersama Jesica si pengkhianat itu?” gerutu Natalia. Dylandra menyipitkan matanya. “Lia, apakah itu alasan kamu mau bunuh diri sambil memakai gaun ini?” tanyanya. Natalia langsung tersadar jika masih ada Dylandra di depannya. “Ah, mas Dylan maafkan saya karena sudah menyeret anda ke dalam masalah saya, emmm ... Sekarang saya harus pergi! Saya tidak mau bertemu dulu dengan si pengkhianat itu! Saya ....” Belum selesai Natalia bicara, Dylandra langsung menarik tangannya. “Ayo pergi! Jangan sampai dia menemukan kamu,” ajaknya. Natalia mengangguk dan dia pun berlari pergi bersama Dylandra, keduanya berlari mencari tempat aman untuk bersembunyi agar tidak ditemukan oleh Bryan. Natalia merasa ada perasaan sedikit senang saat dia berlari bersama dengan Dylandra dan genggaman tangannya itu, membuat Natalia merasakan ada rasa aman. Sedangkan Dylandra, dia diam-diam tersenyum sendiri melihat tangannya yang menggenggam erat tangan Natalia. “Sial, kenapa aku ikut berlari dengannya? Tapi ini cukup menyenangkan juga,” gumamnya dan Dylandra memegang dadanya sendiri. “Eh! Ini ... kenapa jantungku terus berdegup kencang begini? Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama ya? Kalau iya, maka aku ... Harus memastikannya!” gumamnya, dia terus tersenyum sendiri. Sampai akhirnya mereka sampai di sebuah hotel yang terdiri di pinggir pantai. “Kita masuk ke sini saja ya!” Ajak Dylandra. Natalia menghentikan langkahnya, lalu menatap lekat ke arah Dylandra. “Mas Dylan, kamu yakin kalau kita bersembunyi di sini?” tanyanya. Dylandra mengangguk. “Iya, hanya tempat ini saja yang paling aman untuk sementara ini, kecuali kalau kamu mau ditemukan oleh dia, kita bisa ....” “Baiklah! Ayo masuk ke dalam mas! Tapi aku tidak membawa uang sama sekali, hanya ada ....” Natalia melihat ke arah kalung yang melingkar di lehernya. “Hanya ini yang aku miliki, bagaimana kalau ini saja dulu sebagai jaminan untuk bayar hotel itu?” ucap Natalia dan dia pun melepaskan genggaman tangannya Dylandra, lalu hendak melepaskan kalung itu. Namun, Dylandra langsung menghentikannya. “Jangan! Kamu tidak perlu melepaskan kalung itu, saya punya uang dan tenang saja, semuanya saya yang bayar!” ucapnya. Natalia pun menatap Dylandra. “Mas Dylan terima kasih sudah membantu saya lagi, saya berjanji akan ....” “Sudah! Sudah! Nanti saja membicarakan itu, sekarang kita harus selamat dulu dari kejaran pria b******k itu, nanti setelah itu baru bahas lagi,” Dylandra langsung menggenggam lagi tangan Natalia, lalu menariknya masuk ke dalam menemui meja resepsionis. “Selamat datang di hotel kami, ada yang bisa saya bantu?” Ucap sang resepsionis dengan ramah. Dylandra langsung menjawab. “Saya pesan kamar ....” belum selesai dia bicara, Dylandra langsung menatap ke arah Natalia dengan canggung, dia bingung sendiri dan untuk pertama kalinya, dia seperti orang bodoh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD