Terpaksa mengaku pasangan baru menikah

1264 Words
Dylandra menatap ke arah Natalia dan dia merasa seperti orang bodoh. "Sial, kenapa terasa canggung sekali! Padahal ini bukan hal aneh bagiku, biasanya aku membawa mereka masuk ke kamar dan menghabiskan beberapa waktu untuk memuaskan hasrat bajinganku ini, tapi ...." gumam Dylandra sambil menatap Natalia dengan tatapan tidak tega. "Tapi untuk wanita sebaik dia, tidak mungkin kan aku membawa dia tinggal satu kamar denganku, aku takut nanti lepas kendali dan malah menidurinya seperti wanita-w************n itu," gumam Dylandra, dia menelan Saliva dengan kasar lalu segera mengalihkan pandangannya ke arah meja resepsionis. "Saya pesan dua kamar saja, kalau bisa saling bersebelahan," pintanya dengan tegas. Namun, Natalia segera menyelanya. "Tidak perlu! Satu kamar saja! Mas Dylan kita kan pasangan baru menikah, tidak baik kalau beda kamar, ya kan?" ucapnya yang kemudian memeluk lengan Dylandra secara tiba-tiba. Deg! Jantung Dylandra kembali berdegup dengan kencang serta desiran panas mulai melewati pembuluh darahnya. Membuat Dylandra langsung menggelengkan kepalanya. "Sial! Perasaan macam apa lagi ini? Jangan sampai pikiran busuk itu merasukiku!" umpat dalam hatinya, Dylandra berusaha tetap tenang walaupun dia harus berperang dengan perasaan serta pikirannya yang saat ini sedang bertolak belakang. Dihatinya ada rasa cinta dan di pikirannya ada nafsu untuk bisa memiliki Natalia. "Sial! Aku harus tetap waras! Pokoknya tetap waras!" Dylandra terus menekan hatinya agar tak melakukan hal gegabah. Dylandra menghela napas panjang, lalu berbisik di dekat telinga Natalia. "I-ini! Natalia kamu yakin, mau satu kamar dengan saya ? Kamu tidak takut kalau saya ...." Natalia tersenyum dan segera menjawabnya. "Tenang saja mas Dylan! Saya percaya kalau mas Dylan adalah pria yang sangat baik, jadi tidak mungkin mas Dylan melakukan hal tidak-tidak padaku," ucapnya. Dylandra kembali menelan salivanya. "Kamu sepercaya itu sama saya? Kita kan baru kenal beberapa menit yang lalu, kamu tidak tahu saya seperti apa," ucap Dylandra, dia sungguh terkejut dengan ucapan Natalia. Natalia tersenyum dan malah menyandarkan kepalanya dibahu Dylandra. "Saya percaya sama mas Dylan! Sekarang lebih baik kita secepatnya mendapatkan kamar agar si pengkhianat itu tidak menemukan kita," bisik Natalia. Dylandra mengangguk kaku, dia sungguh masih tak percaya dengan apa yang dia dengar langsung dari mulut Natalia. "Wanita ini sungguh baik sekali! Dia juga terlalu polos dan mudah sekali percaya sama orang, sangat bahaya kalau ada orang jahat yang memanfaatkannya," gumam Dylandra, dia pun mengusap rambut Natalia. "Baiklah! Aku kabulkan permintaan kamu, sayang!" ucapnya dengan lancar. Natalia langsung mengangkat kepalanya menatap tajam Dylandra. "Mas Dylan, ka-kamu ...." "Ssshttt! Biar semua orang percaya kalau kita pasangan pengantin baru," bisiknya Natalia pun akhirnya mengerti. "Baiklah mas! Aku ikutin akting kamu," jawabnya dan dia kembali tersenyum seperti biasanya. "Mbak, saya pesan satu kamar yang paling bagus di sini," ucap Dylandra yang Kemudian mengeluarkan sebuah kartu hitam dari saku celananya. Petugas resepsionis pun langsung mengambilnya dan membuat pendaftaran untuk mereka. "Tolong rahasiakan data kami," pinta Dylandra. "Baik Mas, saya mengerti!" jawab petugas itu. Sementara itu, Natalia melotot karena terkejut. "Mas, itu kartu apa? Sepertinya kartu itu belum pernah melihatnya," ucap Natalia. Dylandra hanya tersenyum dan berbisik didekat telinga Natalia. "Hanya kartu biasa, tidak perlu dipikirkan!" jawabnya dengan senyuman penuh misteri. "Oh, kartu biasa ...." jawab Natalia dengan polosnya dia percaya ucapan Dylandra yang nyatanya sedang berbohong padanya. Karena sebenarnya itu adalah kartu hitam yang eksklusif hanya dimiliki oleh orang kaya yang tingkatannya sudah sangat tinggi. "Sudah mas, terima kasih sudah memakai jasa hotel kami," ucap sang resepsionis sambil mengembalikan kartu Dylandra serta memberikan kartu kunci kamar yang dipesan. "Ada di lantai delapan, posisi kamar setelah lift anda berjalan ke arah kiri lurus saja, paling ujung adalah kamar anda, di sana pemandangan indah langsung ke arah laut jadi bisa melihat sunset yang sangat indah," ucapnya. Dylandra segera meraihnya. "Baik, terima kasih!" ucapnya yang kemudian segera mengajak Natalia pergi. "Ayo sayang, kita pergi sekarang! Kamu harus segera mandi, karena tubuh kamu sudah penuh oleh pasir," ucap Dylandra sambil membawa pergi Natalia secepatnya naik ke lantai yang dia tuju. "Ayo mas," jawabnya yang terus menggandeng lengan Dylandra masuk ke dalam lift saat itu juga. Keduanya pun masuk dan saat di dalam lift, Natalia terus memeluk lengan Dylandra membuat dirinya sangat menikmatinya. "Tangannya sangat lembut dan menggemaskan sekali," gumam Dylandra yang terus memperhatikan tangan Natalia dengan posisi masih memeluk lengannya. Sampai tidak lama kemudian. Ding! Pintu lift pun terbuka. Natalia baru menyadari kalau dia masih terus memeluk lengan Dylandra. "Ah, maafkan saya mas Dylan, saya tidak ...." Natalia segera melepaskan pelukannya dari lengan Dylandra. "Ah, iya tidak apa-apa! Kamu tidak perlu canggung seperti itu, kita ... Kita keluar sekarang," ucap Dylandra yang langsung mempersilahkan Natalia. "Kamu duluan Natalia," ucapnya Natalia mengangguk dan segera keluar dari dalam lift menyusul Dylandra dibelakangnya. Setelah itu, tidak ada lagi pembicaraan dan hanya ada keheningan diantara keduanya, akhirnya mereka pun sampai di kamar yang mereka tuju. "Ini tempatnya?" tanya Natalia saat jari telunjuknya mengarah ke arah pintu dengan nomor yang mereka cari. "Iya! Kita sudah sampai," jawab Dylandra yang setelah itu memasukkan kartu ke dalam kunci pintu dan Klik! Pintu pun terbuka. "Ayo masuk!" ucapnya yang sengaja mempersilahkan Natalia untuk masuk lebih dulu. Natalia yang masih memakai gaun pernikahannya dan saat ini, gaunnya sudah kering tak terlihat jejak basah sama sekali pun berjalan masuk dan seketika langkahnya berhenti, ketika melihat kondisi dalam kamarnya yang membuatnya terkejut. "I-ini ...." Natalia menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Dylandra yang baru saja menutup pintu pun langsung menghampirinya. "Ada apa? Kenapa kamu masih masih berdiri di sini, Natalia?" tanyanya dengan bingung. Natalia pun menoleh ke arah Dylandra. "Mas Dylan, kamar ini terlalu mewah, i-ini ... Saya takut tidak bisa menggantinya nanti, kalau bisa ki-kita ganti saja ya ke yang lebih ...." "Tidak usah! Sudah di sini saja! Kamu juga jangan terlalu memikirkan uang untuk menggantinya," ucapnya yang kemudian menarik tangan Natalia. "Sekarang kamu cepat bersihkan diri kamu dan lepaskan gaun pengantin kamu ini," perintah Dylandra. Natalia pun baru menyadari jika dirinya sangatlah berantakan, rambutnya dipenuhi pasir dan gaun putih yang dia gunakan sudah tak berwarna putih lagi. "Emmm ... Maafkan saya mas Dylan, saya baru sadar kalau saya seberantakan ini. Hehehe ... Kalau begitu sa-saya ... Saya ... Cari kamar mandi dulu," ucapnya yang langsung melepaskan genggaman tangan Dylandra lalu berlari mencari kamar mandi. Dylandra tersenyum melihat tingkah Natalia. "Benar-benar sangat menggemaskan sekali!" Ucapnya sambil melirik ke tangannya bekas menggenggam tangan Natalia. "Histtt! Kenapa aku suka sekali memegang tangan dia? Padahal ini bukan pertama kalinya aku menyentuh tangan wanita, tapi kenapa aku ...." Dylandra terkekeh sendiri, lalu menggeleng pelan. "Sudahlah! Aku sepertinya sudah mulai menjadi gila, sampai-sampai aku tidak ingin melepaskan tangan wanita polos ini," ucapnya yang terus terkekeh sendiri. Setelah itu, Dylandra pun segera melepaskan jas dari tubuhnya dan melemparkannya secara sembarang diatas tempat tidur. "Haistt! Hari ini sungguh sangat luar biasa, bisa-bisanya aku berlari bersama wanita yang memakai gaun pengantin dan aku ... Malah tidak jadi pergi ke luar kota," ucapnya sambil terus tersenyum sendiri. Dylandra pun meraih mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jasnya dan dia baru menyadari jika ponselnya mati. "Haisttt! Kenapa aku lupa mengisi daya sih? Pasti mama sekarang panik karena aku belum memberi kabar pada mereka, aku harus mengisi daya dulu," ucapnya yang segera mencari charger di dalam saku jasnya. "Ketemu juga," ucapnya dengan senyuman cerah, Dylandra pun mengisi daya ponselnya dan setelah selesai. Dia menyalakan televisi agar suasana tidak terlalu hening, apalagi dia mendengar suara percikan air dari dalam kamar mandi, membuat pikiran nakal pun datang menghampirinya. "Sial! Jangan punya pikiran macam-macam padanya! Dia bukan wanita baik-baik, tidak boleh merusaknya!" umpat Dylandra yang langsung mengalihkan pikirannya dengan menonton televisi yang ternyata, ada berita penting yang membuat Dylandra terkejut sampai jantungnya seolah berdetak untuk beberapa detik. "I-ini ...." Dylandra melotot tak percaya dengan berita itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD