bc

Accident With Berondong (Indonesia)

book_age16+
3.7K
FOLLOW
38.9K
READ
forced
badboy
powerful
CEO
student
comedy
sweet
highschool
coming of age
first love
like
intro-logo
Blurb

Warning!

Genre : Romance Comedy

Berawal dari berkunjung ke rumah temannya, Alzena Humaira, gadis yang akan memasuki semester delapan itu harus terjerat sebuah insiden sampai diharuskan menikah dengan Muhammad Rayhan Aditya yang masih kelas tiga SMA. Walau sempat mencoba menolak, dengan alasan perbedaan usia mereka, tetap saja pernikahan itu terlakasana.

Semua tidak mudah memang, apalagi Aira harus sering mengalah karena sifat tengil suaminya, belum lagi tingkat kemesumannya yang semakin menjadi.

Keterbukaan dan kepercayaan sangat diperlukan di sini, Rayhan yang masih labil malah tidak sengaja melakukan sesuatu terhadap istrinya, membuat gadis itu pergi karena terlampau kecewa dengan suami mudanya.

Lantas bagaimanakah jalan pernikahan mereka? Sanggupkah Aira menghadapi suaminya itu? Akankah mereka terus bertahan dan bahagia layaknya Rosulullah dan Khodijah atau malah sebaliknya?

chap-preview
Free preview
Part 1
Senja menyeruak di ufuk barat, mengintip kemerahan dikaki langit. Membuat siapa saja terpesona karenanya. Aira, gadis berkerudung biru yang tengah asyik menatap gurat awan sambil menunggu sang sahabat, ia menoleh saat Nabila akhirnya keluar dengan menenteng tas di punggung. Sama seperti dirinya, hanya saja ransel punya Nabila lebih gedembul.“Banyak banget yang kamu bawa, Bil.” “Iya Ra, soalnya ini baju-baju yang udah nggak muat, mau dibawa pulang. Oh iya, kamu jadi nggak nginep di rumahku?” Nabila teringat lagi akan ucapan Aira yang katanya akan ikut menginap dirumahnya, karena orang tua gadis itu sedang berta’ziah kerumah kerabat, sedangkan sang adik masih di Pesantren. Jadi, dari pada ia dirumah sendirian, mending Aira menginap sehari di rumah Nabila, baru kemudian pulang. Dan yang pasti, dia sudah mendapat izin orang tuanya. Mereka berdua adalah anak pesantren yang notabennya adalah Mahasiswa, jadi nyantri dibarengi dengan kuliah. Mereka baru semester 7 yang nanti setelah liburan baru naik ke semester 8. “Jadi dong Bil. Ayok!” Nabila mengangguk, kemudian menyetop kendaraan untuk mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Mereka memang sengaja tidak minta di jemput, ingin naik kendaraan umum saja katanya. Sesampainya dirumah Nabila, Aira ikut menyalami kedua orang tua Nabila yang tengah menunggu anaknya pulang. “Izin nginep ya Om, Tante.” Aira meminta izin ke dua orangtua Nabila setelah mencium punggung tangan dua orang paruh baya tersebut. “Iya Nak Aira. Anggap kayak rumah sendiri ya. Mau nginap berapa hari?” “Sehari, Tan.” “Lho kok cuma sebentar, nggak mau nambah?” Ibu Nabila mencoba menawarkan. “Nggak, Tan.Terima kasih.” Tolak Aira halus. “Ya sudah ayo masuk.” Mereka mengangguk dan masuk kedalam rumah. Sesampainya di didepan pintu kamarnya, Nabila kaget karena ada tirai didepan pintunya. ‘Tumben? nggak kayak biasanya’ Batin Nabila dihati. Setelah disibak, dia terkejut, ternyata pintu kamarnya rusak. Engselnya yang atas copot, dan pintu hanya terbuka setengah. Mancet. Tidak bisa digerakkan. Walau begitu ia masih bisa masuk. “Pa! Ini pintu kamar aku kenapa?!” Teriak Nabila pada Papanya. Sedangkan Papanya yang tengah asyik menonton tv diruang tengah segera menghampiri putrinya karena mendengar teriakannya. “Apa sih, Bil, teriak-teriak. Ada tamu juga.” “Ini kenapa?” Nabila menunjuk pintu kamarnya yang rusak. “Oh itu, adik kamu yang ngerusakin.” “Kok bisa?” Nabila masih penasaran dan gemas pada Papanya karena nggak langsung to the point aja. “Tadi pagi dia buru-buru ke sekolah, katanya ada Try Out. Gara-gara gugup dia nabrak pintu kamarmu sampai copot begitu. Terus Papa belum sempat benerin sampai kamu pulang.” “Kok Bisa sih Pa?”                   “Iya bisa, buktinya udah copot gitu.” “Papa!” Nabila gemas sendiri. “Kenapa bisa sampai copot dan nggak bisa dibuka gitu? Emang nggak di kunci?” “Kan biasanya emang nggak pernah dikunci. Ya sudahlah, besok biar Papa panggilkan orang untuk benerin pintu.” Nabila akhirnya hanya bisa mendengus sebal dan masuk kedalam kamarnya. Tapi kemudian menyembulkan kepalanya lagi. “Oh iya Pa, ntar bilangin tuh sama Rayhan, dicariin Kakaknya.” “Iya, ntar Papa bilangin kalau nggak lupa.” Setelah itu, Papanya Nabila kembali keruang tengah untuk melanjutkan nonton televisi. Sedangkan Nabila dan Aira memasuki kamar, kemudian meletakkan barang bawaan mereka. “Bil, pinjam cas dong, hp aku baterainya abis nih.” “Ambil aja dikotak sebelah meja rias, biasanya aku taruh situ. Eh, Ra, aku atau kamu dulu yang mau mandi?” “Kamu aja deh, aku mau main hp dulu bentar.” Jawabnya sambil mencolokan cas hpnya. Nabila hanya mengangguk menanggapi sahabatnya, kemudian masuk kedalam kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. “Ra, cepetan mandi keburu magrib lho ntar.” “Iya, Bil.” Aira menerima handuk yang diberikan Nabilla. “Oh iya, ntar kalau ganti baju di kamar mandi aja ya, tau sendiri kan pintunya lagi rusak, dan belum dibenerin. Takutnya ntar kalau Papa atau Adik aku yang masuk bisa berabe lagi.” “Iya-iya tahu. Masa iya aku mau ganti baju disini, nggak kali. Walaupun pintunya baik-baik aja pun aku juga akan ganti baju di dalam.” “Ya udah. Aku mau keluar dulu bantuin Mama didapur bentar, ntar kesini lagi kok.” Aira mengangguk mengiyakan, kemudian hilang dibalik pintu kamar mandi. Setelah beberapa menit berlalu, ia pun ahirnya keluar dengan kaos dan rok panjang serta rambut yang basah. Sebenarnya ia tidak ingin keramas, tapi entah kenapa setelah masuk ke kamar mandi keinginan itu muncul. “Nabila lama banget sih.” Gerutunya sambil mengusap handuk kekepalanya, dan sesekali mengotak atik ponselnya. “Kak, maaf ya—” Ucapan itu berhenti ketika manik matanya bertemu dengan wanita yang ternyata bukan Kakaknya. “Aaaaa!!” Aira segera berteriak. Kaget. Tiba-tiba ada pemuda masuk ke kamar Nabila dan mendapatinya yang tidak berkerudung. Tak kalah kaget pemuda itu pun segera mendekat dan membungkam mulut Aira. Tubuhnya menegang. Tidak biasa disentuh lelaki. Aira mencoba memberontak tapi tidak bisa, malah akhirnya mereka terjerembab diatas ranjang. Ditempat lain. Nabila, Papa serta Mamanya yang mendengar teriakan dari tamu mereka pun akhirnya segera berlari kesumber suara. Tapi alangkah kagetnya  setelah melihat apa yang terjadi pada putra mereka. Rayhan sedang membekap mulut Aira, dan dalam keadaan rebahan diatas kasur. “Rayhan!” Teriak Papanya marah. Mendengar namanya dipanggil, ia pun segera menoleh dan melepas tangannya yang tadi berada di mulut Aira. Melihat hal itu, Aira yang sedari tadi memberontak segera mendorong tubuh Rayhan sampai terjerembab ke lanatai. Lelaki itu meringis saat bokongnya menatap kerasnya lantai. Lantas kemudian berdiri sambil mengusap pantat nya yang sakit. Nabila yang sigap dengan keadaan segera mengambil kerudung Aira dan memakaikan pada pemiliknya. “Apa yang kamu lakukan?!” Papanya bertanya marah. “Nggak lakuin apa-apa kok, Pa. Beneran. Tadi itu, aku kira Kak Nabila, nggak tahu kalau ternyata temannya.” Rayhan menjelaskan apa yang terjadi, karena itu memang benar faktanya. “Terus kenapa kamu bekap mulutnya segala?” “Aku reflek, Pa. Dia teriak. Aku panik, jadi langsung aku bekap. Kami beneran nggak ngapa-ngapain kok. Papa tahu sendiri kan jeda waktunya dia teriak dan insiden diatas ranjang tadi. Rayhan itu ambruk gara-gara dia terus berontak.” “Rayhan! Papa nggak pernah ngajarin kamu kayak gini, disini kamu yang salah kenapa nggak ngetuk pintu, atau manggil gitu sebelum masuk.” Rayhan yang tadinya hendak protes dengan masalah pintu jadi diam kembali gara-gara omongan terakhir Papanya. “Lihat! Akibat perbuatan kamu Aira jadi nangis.” Rayhan menoleh kebelakang, melihat bahu wanita yang dibekapnya tadi berguncang dalam pelukan Kakaknya. “Maaf, Pa.” Cicit Rayhan dia merasa bersalah atas tindakannya. “Bukan pada Papa, tapi Aira!” “Lain kali jangan gitu, Han. Aira itu jarang bersentuhan dengan laki-laki. Lihat akibat ulahmu dia gemetaran gini.” Nabila ikut bersuara, kecewa dengan adiknya itu. “Ma...Maaf. Maaf Kak Aira.” Rayhan merasa bersalah, dia hanya bisa menundukkan kepalanya. Sebenarnya Aira sudah agak tenang, tadi emang sempat menangis, tapi cuma sebentar, hanya saja dia malu untuk menghadap orangtua Nabila. Papanya menghembuskan napas perlahan “Semua nggak semudah itu, Han. Kamu harus bertanggung jawab.” “Maksud Papa?” Rayhan bertanya bingung. “Kamu harus menikahi Aira!” “APA?!” Baik Rayhan maupun Aira segera berteriak, kaget dengan ucapan lelaki paruh baya itu. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.2K
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
311.1K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.7K
bc

My Soulmate Sweet Duda (18+)

read
1.0M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook