Gerbang besi berukir membuka pelan, di mana mobil hitam metalik Elang meluncur masuk ke halaman rumah besarnya. Lampu taman menyala berjejer, menerangi jalur menuju pintu utama. Rumah itu megah, sunyi, dan berdiri angkuh di atas tanah pusat kota. Namun, bagi Elang malam itu, kemewahan yang dimiliki tak berarti apa-apa. Begitu masuk ke ruang tamu yang luas, Elang langsung melepaskan jas dan dasinya. Disambut pelayan. Oh, Elang menyugar rambut, lalu meremasnya, seolah mencoba mengusir sesuatu dari pikiran. Sayang, sia-sia. Bayangan itu kembali. Senyum Ava. Wajahnya yang memerah. Bibirnya yang lembut saat disentuh untuk pertama kali. Elang mendesah panjang. Berjalan ke balkon kamar, melewati setapak demi setapak anak tangga melingkar. Di balkon, angin malam menyambut. Membawa aroma bu