Samar-samar terdengar dua orang tengah berbincang dengan suara halus dan sangat pelan, namun masih bisa didengar jelas oleh Bagas. Ia mulai siuman, lebih tepatnya sejak tiga puluh menit lalu. Bagas tidak segera membuka kedua matanya, ia justru masih memejamkan kedua matanya dan tidak bergerak sedikitpun layaknya orang tertidur pulas. "Bagaimana ini? Kenapa dia belum juga sadar?" Terdengar suara seorang wanita paruh baya, namun bukan suara Ibunya. "Mungkin sebentar lagi." Jawab satunya lagi. Bagas mengenali suara keduanya, itu suara Ayah dan juga Rinrin, Ibu tirinya. "Tapi sudah lama sekali, dia belum juga membuka matanya." Rinrin menghampiri bangkar yang ditempati Bagas, dan meraih satu tangan Bagas untuk digenggam. "Jangan khawatir, Dokter bilang tidak ada yang perlu kita cemaskan

