33

1092 Words

“Belajar yang bener, nak.. selalu kabari Papa saat kamu pulang dan sudah sampai rumah apa belum. Jangan pernah lagi jalan kaki sendirian, mengerti Bian?” “Iya, Pa.” “Sebelum pergi tolong bangunkan Kak Uci, di kamar Abang.” Bian langsung beranjak dari tempatnya mendengar nama Uci, melupakan sarapannya. Ia sudah tidak bertemu kakaknya itu semenjak di pemakaman. Siswi SMA itu berlari menuju kamar abangnya dan saat akan membuka pintu ternyata Uci lebih dulu membuka pintu. “Kakak sakit?” tanya Bian. Uci yang kaget perlu waktu untuk mengatasi keterkejutannya dan juga mengolah pertanyaan BIan barusan. Tapi Bian tidak punya waktu sebanyak itu, ia segera memeluk Uci. Bian pernah berpikir ia tidak akan bertemu Kakak lagi karena Abangnya sudah tidak ada. “Setidaknya aku masih punya Kakak,” isak

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD