bc

Benih yang Tertukar

book_age18+
71
FOLLOW
1.3K
READ
love-triangle
family
HE
opposites attract
second chance
pregnant
arrogant
boss
heir/heiress
drama
tragedy
bxg
city
childhood crush
secrets
affair
like
intro-logo
Blurb

Bela dipaksa menikahi Davka untuk memperbaiki namanya yang tercoreng karena pernah masuk bui. Setahun menikah dengan Davka, Bela tidak kunjung hamil. Karena desakan dari keluarga besar mereka agar segera memiliki keturunan, Bela dan Davka melakukan upaya untuk hamil dengan melakukan inseminasi buatan. Namun siapa sangka, ternyata benih Davka yang seharusnya dimasukkan ke rahim Bela justru tertukar dengan benih Tristan–mantan sekaligus cinta pertama Bela.

Apa yang akan dilakukan Tristan dan Bela saat mengetahui hal itu? Bagaimana reaksi Davka saat mendapati istrinya mengandung benih pria lain?

chap-preview
Free preview
Bab 1. Kesalahan Fatal
“Garis dua!” Bela memekik senang bercampur tak percaya saat melihat dua garis merah di alat test pack ketiga yang ia gunakan. “Ya Tuhan, aku benar-benar hamil?” lirihnya dengan suara bergetar. Matanya berkaca-kaca menatap tiga alat test pack di atas wastafel yang ketiganya menunjukkan dua garis merah. Air matanya mulai menetes. Bibirnya bergetar menahan perasaan bahagia yang meluap. Satu tahun penuh Bela menunggu berita baik ini. Satu tahun penuh ia mendengar keluarganya dan keluarga sang suami mencemoohnya karena tak kunjung hamil. Dan setelah melalui rangkaian proses pemeriksaan serta prosedur inseminasi buatan sebanyak dua kali, akhirnya benih itu tumbuh di rahimnya. Bela mengusap air matanya. Ini bukan waktunya untuk sekedar menangis. Ia harus memberitahu Davka–suaminya. Lalu ia harus memberitahu Natasha–dokter kandungan yang bertanggung jawab atas proses inseminasi buatan itu. Ia cepat-cepat mengambil ponsel, tangannya yang gemetar membuat jemarinya berkali-kali tergelincir. Namun, pada akhirnya ia berhasil mengambil foto tiga test pack positif itu, mengirimkannya pada Davka dan Natasha. “Ah, centang satu?” lirih Bela kecewa saat melihat pesannya tak terkirim pada sang suami. “Oh, mungkin sudah flight.” Davka adalah seorang pilot, jadi Bela sudah terbiasa ditinggal pergi oleh sang suami hingga berminggu-minggu. Pesan tak terkirim begini sudah lumrah bagi Bela. Namun kemudian, pesan balasan dari Natasha membuat senyum Bela kembali ke bibirnya. [Dokter Natasha: Wah, selamat! Saya sekarang di rumah sakit, Bu. Silakan ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan USG, ya?] Tanpa pikir panjang, Bela segera menyambar tas dan kunci mobil di atas nakas, bergegas menuju rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, dokter cantik berwajah tegas itu menyambut Bela dengan senyum lebar. “Silakan berbaring di sini,” ucapnya sambil menunjuk ranjang pasien. Bela menurut, jantungnya berdebar tak karuan. Berbagai pikiran negatif dan positif berputar-putar di benaknya. “Rileks, Bu. Kalau sampai yang positif tiga test pack begitu, kemungkinan besar sudah pasti hamil.” Natasha mencoba menenangkan sambil mengoles gel di atas perut Bela yang masih rata. “Suami nggak ikut?” “Suami saya lagi ada jadwal flight ke Thailand, tapi minggu depan sudah pulang.” Bela menjelaskan dengan nada santai, berusaha menyembunyikan perasaan kecewa dan kesepiannya. Natasha hanya mengangguk dan memulai pemeriksaan. Tatapan Bela terkunci pada layar monitor yang digantung di dinding untuk memudahkan pasien melihat hasil tangkapan USG. Ia tak mengerti apa yang ada di sana. Sampai akhirnya …. "Selamat, Bu. Anda positif hamil. Ini ….” Natasha menunjuk bulatan di tengah layar. “Kantong kehamilannya sudah terlihat. Dada Bela menghangat, perasaan haru menyeruak di sana. Setahun penuh tekanan dan tuntutan akhirnya terbayar. Air mata mulai menggenang di sudut matanya. Ia menoleh ke arah Natasha yang duduk di sampingnya. “Dok, saya minta hasil USG-nya buat dikirim ke suami saya, ya?” pintanya dengan suara gemetar menahan haru. “Tentu saja, Bu.” Natasha segera mencetak hasil USG hari ini. "Sebelum Anda pulang, kami ingin melakukan pemeriksaan DNA rutin untuk mencocokkan data inseminasi. Tenang saja, ini hanya standar prosedur untuk pasien yang menjalani program ini." Bela hanya mengangguk tanpa curiga. Baginya, ini hanya formalitas biasa, seperti yang dikatakan oleh dokter kandungan itu. *** Satu minggu kemudian. Dunia Bela terasa hancur dalam satu kalimat. "Kami menemukan sebuah kesalahan dalam proses inseminasi, Bu,” ucap Natasha dengan ekspresi gelisah yang kental. Jemarinya saling meremas, otaknya sibuk menyusun kalimat yang paling masuk akal untuk menjelaskan kondisi ini. Hari ini Davka menemani Bela, kedua alisnya bertaut saat mendengar kalimat Natasha. "Apa maksudnya, Dok?" Natasha menarik nafas panjang, mencari cara agar ini tidak terdengar seburuk yang sebenarnya. Namun, tidak ada cara yang bisa membuat ini terdengar lebih baik. Ia menyodorkan dua lembar hasil tes paternal DNA dari janin yang dikandung Bela. “Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Ini benar-benar kesalahan fatal yang amat jarang terjadi. Bahkan ini satu-satunya yang terjadi selama saya bekerja di sini. Sepertinya karena hari itu ada cukup banyak orang yang melakukan pemeriksaan s****a bersamaan, jadi di dalam laboratorium terjadi kesalahan pemberian label–” “Jangan bertele-tele, Dok!” sergah Bela tak sabar, jantungnya sudah berdebar tak karuan. Ia merasakan firasat buruk dari penjelasan dokter. “Jelaskan langsung ke intinya saja!” Natasha menarik nafas sekali lagi. Ia sudah siap dengan semua konsekuensinya. Bahkan jika nantinya ia akan dituduh malpraktek sekalipun. "s****a yang kami gunakan dalam prosedur inseminasi … bukan milik suami Anda." Hening. Bela tidak bergerak. Tidak juga bernapas, apalagi berkedip. Waktu seolah berhenti berputar. "Jelaskan yang benar, apa maksud Anda, Dok!?" Davka lebih dulu berbicara. Suaranya terdengar dingin, tajam, dan penuh ancaman. Natasha meremas jemarinya sendiri semakin kuat di atas meja. "Ada kesalahan dalam labeling, dan kami sudah melacak donor yang sebenarnya …." Jeda. Natasha mencoba mencari kata-kata yang lebih aman, tapi sayangnya tidak ada. Ia menarik nafas lagi, menunjukkan angka-angka di atas kertas. "s****a yang digunakan saat itu adalah milik salah satu pasien kami yang bernama Tristan Ciptadi Wijaya. Kami sudah menghubunginya untuk membicarakan masalah ini.” Bela tak lagi bisa mendengar penjelasan Natasha, telinganya berdenging, langit di atas kepalanya seolah runtuh menimpa dirinya. Nafasnya pendek dan terputus-putus. Kedua tangannya gemetar, mencengkeram perutnya sendiri. "Nggak mungkin.” Bela menggeleng. “Tristan Ciptadi Wijaya?" Nama itu terasa pahit di lidahnya. Dan hanya satu orang yang ia kenal memiliki nama lengkap itu. Di samping Bela, wajah Davka mengeras. Matanya meredup oleh sesuatu yang gelap—kemarahan yang tidak tertahan. "Jangan bercanda, Dok!" Davka mendesis, suaranya bergetar menahan emosi. "Kalian main-main dengan hidup kami?" Natasha terlihat amat menyesal. "Saya benar-benar minta maaf, ini kesalahan medis yang seharusnya tidak terjadi." Bela ingin muntah. Dunia seakan runtuh dan menghimpit tubuhnya. Tangannya yang tadi melindungi perutnya kini terasa seperti luka bakar. Tiba-tiba Davka tertawa kecil, terdengar getir. "Kamu selingkuh, kan?" tuduhnya pada Bela. Kata-kata itu menusuk lebih tajam daripada pisau. Bela mengangkat wajah, matanya membelalak. "Apa?" "Kamu pasti sudah tidur dengannya waktu aku sibuk bekerja demi menghidupimu kan?" Davka berseru penuh amarah. "Jangan-jangan kamu sendiri yang merencanakan ini? Proses inseminasi buatan ini hanya alasan, kan? Biar aku tetap tenang sementara kamu menanam benih mantanmu di dalam perutmu?" Sebelum Bela sempat menjawab, sebuah tamparan melayang ke pipinya. Tangan Davka bergerak sebelum otaknya bisa berpikir. "Aku nggak pernah melakukan itu, Davka!" Suara Bela akhirnya pecah, air matanya akhirnya tumpah. "Bagaimana bisa kamu berpikir sekeji itu, hah!?" Natasha buru-buru menenangkan. "Tolong, ini kesalahan kami, kesalahan medis—" Davka berdiri tiba-tiba, kursinya hampir terjatuh ke lantai. Nafasnya memburu. Matanya penuh amarah. "Lalu bagaimana aku harus percaya padamu?" Davka menatap Bela jijik. "Anak itu bukan anakku! Kamu mau aku membesarkan anak dari laki-laki lain? Anak mantanmu, Bel!?" Bela mengusap wajahnya kasar. "Ini bukan salahku, Davka. Dokter Natasha sudah mengakui sendiri kalau ini kesalahan medis. Aku korban di sini! Kita korban dari malpraktek ini, Davka!" "Omong kosong!" sergah Davka tajam. "Aku yakin kamu selingkuh dengannya selama aku pergi. Iya kan?" Pintu ruangan Natasha mendadak terbuka, menginterupsi pertengkaran suami istri itu. Dan di sana, tepat di ambang pintu, berdirilah seseorang yang tidak pernah Bela duga akan muncul amat tepat waktu begini. Pria tinggi dengan tubuh atletis yang dulu pernah mengisi hati Bela. Ekspresi bingung bercampur terkejut menghiasi wajah tampannya. Tristan–mantan yang amat Bela benci kini terbukti menjadi ayah dari bayi yang ia kandung. Mata mereka bertemu dan waktu seakan berhenti. Di ruangan itu, tiga orang yang kini terikat oleh kesalahan fatal saling menatap dengan ribuan emosi yang tidak bisa mereka ungkapkan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Shifted Fate

read
595.4K
bc

Chosen, just to be Rejected

read
129.9K
bc

Corazón oscuro: Estefano

read
817.5K
bc

Holiday Hockey Tale: The Icebreaker's Impasse

read
134.1K
bc

The Biker's True Love: Lords Of Chaos

read
297.2K
bc

The Pack's Doctor

read
635.8K
bc

MARDİN ÇİÇEĞİ [+21]

read
748.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook