Rani masih menunduk sejak beberapa menit yang lalu saat ia duduk di sofa. Sementara Raga yang bingung harus melakukan apa terpaksa duduk di sebelahnya. Keduanya pun tetap diam tak bergeming selam tak ingin mengatakan apapun atau membuka pembicaraan apapun. Sesekali Raga melirik Rani lewat ekor mata. Kenapa canggung sekali? batinnya. Dan tentu .halnya dengannya, Rani merasakan hal serupa. Tak ingin mereka terus menerus tenggelam dalam situasi bigu seprti ini, Rabi berinisiatif membuka suara. Namun sebelum suaranya terlontar, suara Raga lebih dulu menginterupsi pendengarannya. "Jadi… bagaimana dengan lukamu?" Rani cukup terkejut karena Raga menanyakan mengenai hal itu. Namun ia tahu mungkin karena Raga juga tak ingin berada dalam situasi seperti ini. "Su– sudah sembuh," jawabnya. "Apa ay